Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog Wahyu Suparyono mengatakan tak akan merealisasikan sisa kuota impor jika stok cadangan beras pemerintah (CBP) mencukupi. Setelah merealisasikan impor beras sebesar 2,8 juta ton dari target kuota impor sebesar 3,6 juta ton, perusahaan pelat merah itu saat ini masih memiliki sisa kuota impor sebesar 840 ribu ton.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wahyu Suparyono mengatakan, impor beras itu tak diperlukan jika stok cadangan beras pemerintah (CBP) telah mencapai 2 juta ton. Sedangkan saat ini Bulog telah mengamankan stok sebesar 1,8 juta ton. Sisanya, Wahyu mengatakan akan mengoptimalkan serapan dalam negeri. "Kan keren kalau bisa penyerapan dalam negeri," katanya kepada wartawan di Graha Mandiri, Jakarta, Kamis, 21 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Eks Direktur Utama PT Asabri (Persero) itu juga mengatakan, sampai saat ini belum mendapatkan perintah impor antarpemerintah (G2G) dengan India. Isu impor beras 1 juta ton dari India mencuat usai pertemuan Presiden Prabowo Subianto dengan Perdana Menteri India Narendra Modi di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Rio de Janeiro, Brasil, Senin, 18 November 2024.
Namun, Wahyu mengaku telah melapor kepada Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi agar impor tak perlu dieksekusi jika stok dapat mencapai 2 juta ton.
Sampai saat ini, Wahyu telah mendapatkan stok sebesar 70 ribu ton dari dalam negeri. Ia optimistis sampai 31 Desember 2024 mampu meningkatkan serapan hingga menutupi kekurangan dari target 2 juta ton.
Menteri Perdagangan Budi Santoso sebelumnya mengatakan negosiasi impor beras sebesar 1 juta ton dari India bertujuan memenuhi kuota impor sebesar 3,6 juta ton pada tahun ini. Penjajakan impor telah dilakukan Kemendag dengan sejumlah negara sejak penugasan impor beras bertambah dari 2 juta ton menjadi 3,6 juta ton.
“Pada prinsipnya, siapa saja yang memang bisa menjadi supplier, kita nggak masalah, yang penting harganya kompetitif,” kata Budi Santoso kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu, 20 November 2024.
Dengan India, Budi Santoso mengatakan pemerintah telah mengajukan penawaran impor sebesar 1 juta ton. Ia menyebut proses antarperusahaan (B2B) telah selesai. Kini pemerintah sedang mengupayakan pendekatan antarpemerintah (G2G) supaya pengadaan impor beras lebih cepat.
“Diusahakan tahun ini, makanya kita kejar G2G. Mungkin nanti kalau nggak India, kita akan koordinasi terus dengan Bulog mau ambil dari mana,” kata Budi Santoso.