Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Pangkalpinang - Komisi VI DPR RI meminta PT Timah Tbk. untuk mempercepat pembangunan industri hilirisasi dari timah, mineral ikutan maupun Logam Tanah Jarang (LTJ). Hal tersebut diperlukan untuk meningkatkan kembali kontribusi PT Timah terhadap Bangka Belitung, sebagai daerah penghasil maupun negara.
Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Mohamad Hekal mengatakan, kontribusi PT Timah untuk menopang perekonomian Bangka Belitung dari tahun ke tahun semakin menurun.
"Tahun 2010 PT Timah berkontribusi sekitar 29,8 persen. Sekarang tinggal 17 persen. Padahal kita lihat ekspor timah cukup berkembang. Kita ingin PT Timah sebagai produsen logam timah punya rencana pengembangan hilirisasi dan untuk mineral ikutan bisa ada processing lebih lanjut," ujar Hekal saat memimpin rapat audiensi dengan PT Timah Tbk. di Pangkalpinang, Jumat, 7 Februari 2020.
Padahal, Hekal menuturkan, PT Timah seharusnya bisa mengolah mineral ikutan dan LTJ supaya menjadi bagian penting industri di masa mendatang. Sebab LTJ sampai saat ini belum diproduksi secara komersial.
"Hilirisasi ini diperlukan karena posisi PT Timah rentan terhadap fluktuasi harga timah dimana untung saat harga logam timah naik dan rugi saat harga turun," ujar dia.
Dalam pengembangan hilirisasi, kata Hekal, Komisi VI menyarankan PT Timah untuk bekerja sama dengan buyer langsung agar proses produksi barang kebutuhan industri dari timah benar-benar tepat sasaran karena sudah memiliki pembeli.
"Kita dengar PT Timah sudah membangun smelter besar yang diperkirakan 19 bulan lagi jadi. Untuk LTJ, proses apa yang dipakai agar bisa diproduksi komersial karena selama ini PT Timah masih pakai pilot project dan sistem yang ketinggalan zaman. Jangan salah juga menerapkan teknologi. Saran kita lebih baik bekerja sama dengan buyer," ujar Hekal.
Direktur PT Timah TBK Mochtar Riza Pahlevi Tabrani mengatakan hilirisasi yang sudah disiapkan saat ini adalah pabrik solder dan tin chemical yang ada di Cilegon. Namun hilirisasi tersebut, kata dia, masih menghadapi persoalan.
"Problemnya yang beli juga ada pabrik elektronik. Itu sayangnya. Tentunya kami senang industri LTJ bisa berkembang karena LTJ sudah bertahun-tahun di Bangka sudah jadi dan monazite tidak dimanfaatkan," ujar dia.
Menurut Riza, PT Timah dalam mengembangkan LTJ sudah melakukan pilot project baru untuk ujicoba meski itu bukan domain PT Timah. "Domainnya sebenarnya di lembaga riset. Karena lembaga riset untuk LTJ di Indonesia tidak banyak kami akhirnya bekerja sama dengan Batan dengan menggunakan teknologi hidroksida," ujar dia.
Riza menambahkan untuk penggunaan teknologi, PT Timah sudah menjajaki beberapa perusahaan dari luar negeri, terutama Cina. Namun hal tersebut terkendala karena pihak provider ingin mengolah sendiri.
SERVIO MARANDA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini