Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Dua tahun sesudah tapos

Presiden soeharto mendapat penghargaan dari international cooperative alliance karena usahanya dalam pengalihan saham konglomerat kepada koperasi. akan ditiru oleh koperasi di asia pacifik.

29 Februari 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PRESIDEN Soeharto mendapat penghargaan internasional lagi. Kali ini dari organisasi koperasi internasional, ICA (International Cooperative Alliance), yang berkantor pusat di Jenewa, Swiss. Pekan lalu, sebuah plakat yang ditandatangani Presiden ICA, Lars Marcus, diberikan kepada Pak Harto usai membuka Konperensi Menteri Koperasi se-Asia Pasifik di Jakarta. ICA bukan hanya mengamati tapi juga mengagumi komitmen Pak Harto yang begitu besar kepada koperasi. Dalam penilaian ICA, usaha Soeharto untuk mengembangkan koperasi terbilang unik, terutama program pemerataan melalui pengalihan saham konglomerat kepada koperasi. Usaha itu dicetuskan dua tahun lalu, ketika Presiden Soeharto memanggil 31 pengusaha besar ke peternakannya di Tapos, Bogor. Saat itulah ia menggulirkan gagasan agar para pengusaha yang kemudian dikenal sebagai Kelompok Tapos mau berbagi saham dengan koperasi. Semula memang tersendat-sendat, tapi kini dalam data Departemen Koperasi, tercatat 127 perusahaan yang telah mengalihkan lebih dari 46 juta saham kepada 1.121 koperasi/KUD. Adapun total saham yang akan diberikan tahun ini sekitar 55,6 juta dengan nilai nominal Rp 1.000. Jika itu terealisasi semua, sekitar 1.500 koperasi akan menerima alih saham dari 165 perusahaan. Menurut Dirjen Bina Usaha Koperasi, Subiakto, dari rencana itu hanya 38 perusahaan yang belum melaksanakannya terutama karena masalah teknis. Hingga tahun lalu, lebih dari 100 perusahaan mengalihkan sahamnya, tapi baru 12 yang sudah membagi dividen. "Bukan karena tidak untung," ujar Subiakto, "tapi karena mereka belum mengadakan rapat umum pemegang saham." Dari 12 perusahaan yang membagi dividen tersebut, Bank Internasional Indonesia (BII) tercatat sebagai pemberi dividen terbesar. Kepada 11 koperasi yang membeli sahamnya, BII membagi dividen sebesar Rp 1,8 milyar, hampir separuhnya diberikan secara tunai. Setingkat di bawah BII adalah PT Gudang Garam, yang membagi dividen sebesar Rp 721 juta, Rp 153 juta di antaranya diterima oleh 116 koperasi, yang kemudian dipakai sebagai tambahan modal. Sisanya untuk mengangsur pinjaman yang dipakai koperasi untuk membeli 4,8 juta saham Gudang Garam. Tampaknya, untuk beberapa tahun ke depan, karena koperasi harus mengangsur pembelian saham perusahaan, dividen bukanlah penghasilan yang bisa diharapkan. Yang penting adalah kecocokan antara perusahaan dan koperasi, hingga terjalin kerja sama yang saling menguntungkan. Kerja sama itu telah dinikmati KUD Ciwiday di Bandung Selatan. Sekarang koperasi itu setiap hari menyetor 20 ton sayur-mayur ke perusahaan yang mengalihkan sahamnya, yaitu Hero Supermarket di Jakarta. Padahal, sebelumnya desa itu hanya dapat menjual sayur ke tengkulak. Di lain pihak, Hero Supermarket juga untung, karena suplai sayur terjamin, lebih murah dan lebih bermutu. Tapi apakah setiap pengalihan saham akan membuahkan sukses, agaknya masih harus melalui ujian yang panjang. Apalagi rata-rata perusahaan cuma menyisihkan 1% saham, belum 25% seperti yang diharapkan Presiden Soeharto. Sebaliknya bagi pengusaha, menyisihkan 1% itu konon sudah terasa berat. Kendati hasilnya belum terlalu nyata sementara kerja sama pengusaha besar dan koperasi belum kuat berakar, bagi ICA, gagasan Presiden Soeharto dinilai sangat penting. "Program kerja sama swasta dan koperasi seperti ini sekarang dijadikan model bagi pengembangan koperasi di Asia Pasifik," kata Subiakto, mengutip salah satu hasil Konperensi Menteri Koperasi seAsia Pasifik, pekan lalu. G. Sugarhetty Dyan K., Dwi Setyo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus