SURPLUS dari uang minyak Indonesia akhirnnya mengalir juga ke
proyek by drockacker di Dumai. Setelah lama tertunda, dan
sering disoroti pers luar negeri, proyek yang kini diperirakan
akan menelan US$ 1 milyar itu -- dua setengah tahun lalu masih
US$ 680 juta-telah diputuskan oleh pemerintah untuk dibayai
dari kantung sendiri.
Mulanya, dengan tak memngganggu anggaran belanja negara, proyek
pengilangan untuk mengolah jenis minyak berat itu akan dibangun
sebagai usaha patungan yakni antara Pertamina dengan suatu
konsorsium Spanyol-Taiwan yang akan menguasai 51% dari dalam
proyek patungan itu.
Keputusan baru itu kabarnya data dari Menko Ekuin Widjojo
Nitisastro dan sudah pula mendapat restu dari Presiden. Maka
Union Explosivos Rio Tinto (ERT), perusahaan petrokimia terkenal
di Spanyol yang sedianya akan tampil sebagai partner. Dengan
sendirinya mundur. Sebagainya dengan garansi pemerintah
Spanyol, ERT kabarnya bersedia menanam andil US$ 290 juta.
Selain ERT, adalah Cina Petroleum Co., Pertaminanya Taiwan,
yang urung menjadi partner. Begitu pula sebuah perusahaan
bernama New Hebrides Enterprises Ltd. di Hongkong, yang tadinya
bersedia urunan US$ 80 juta, mengalami nasib serupa. Perusahaan
di Hongkong itu bekerjasama dengan pengusaha terkenal Liem Sioe
Liong di Indonesia.
"Kini proyek di Dumai itu sepenuhnya kembali di tangan
pemerintah, sperti proyek Cilacap dan Balikpapan," kata sebuah
sumber di Migas. Seperti diketahui, pemerintah telah
membiayai proyek perluasan pengilangan (semacam
Hydrockracker) di Cilacap dan Balikpapan, dengan dibiaya US$
1,8 mjlyar lebih.
Tapi tak semua perlu mundur. Dua kontraktor Spanyol, Centunion
dan Technicas Reunidas SA, tetap dipakai. Kedua swasta Spanyol
sebagai calon pemborong di Dumai itu pernah menimbulkan
ketidak-luasan, baik di luar negri maupun di dalam negri --
antara lain pernah dikemukakan Dubes RI untuk Jerman Barat, J.
Muskita, yang meragukan kebolehan swasta Spanyol tadi (TEMPO
5 Juli).
Keraguan kepada kemampuan perusahaan Spanyol ini didasarkan
pada alasan kurangnya pengalaman perusahaan Technicas Reunidas.
Memang pernah mendirikan 3 kilang hidrockracker. Salah satu
Argentina. Tapi kapasitasnya hanya 20.000 barel sehari. Sedang
pengilangan di Dumai yang direncanakan akan mengolah residu
lilin berkadar belerang rendah (LSWR)
Ada argumentasi bahwa kalau saja pemerintah Indonesia langsung
menggonakan kontraktor dari AS biayanya tentu lebih murah. Tapi
tetap dipertahankannya kedua swasta Spanyol itu, seperti kata
sebuah sumber yang mengetahui, karena mengingat mereka sejak
lama bersungguh-sungguh. "Kan tak enak kalau mereka
disingkirkan begitu saja " kata sumber tersebut.
Kontrak dengan Spanyol sampai sekarang memang belum
ditandatangani sekalipun sudah lama mereka menyatakan niat
menjadi pemborong. Untuk itu pemerintah Spanyol akan tetap
menyediakan kredit ekspor sebanyak U$ 290 juta dengan tingkat
bunga 7,6% sepanjang 10 tahun. Apalagi yang bisa diberikan
Spanyol munrkin baru akan diketahui setelah Menteri
Perdagangan dan Koperasi Radius Prawiro kembali dari sana.
Menperdakop Radius Prawiro yang berangkat ke Spanyol sejak
akhir bulan lalu oleh Presiden memang orang yang ditunjuk
untuk mengetuai perencanaan proyek timur di Dumai itu.
Termasuk juga diatasi untuk menjajaki kemungkinan memperoleh
kredit komersial dari konsorsium perbankan dipimpin American
Expres (Amex), di Eropa. Kini tugas cari kredit ini jelas
tak perlu lagi.
Pemerintah Indonesia juga akan tetap menerima perusahaan
kontruksi Voerst Alpine dari Austria untuk ambil bagian dalam
pembuatan proyek hydrockricker di Dumai . Pemerintah Austria
akan menyediakan kredit ekspor US$ 150 juta dengan bunga 7,3%
selama 10 tahun.
Austria seperti halnya Spanyol juga tak seterkenal Amerika dan
Jerman Barat misalnya dalam membuat proyek serumit hydrocracker,
Keputusan untuk tetap menyatakan mereka sebagai kontraktor,
sementara pemerintah sendiri oleh banyak pengamat dipandang
sebagai tindakan yang tepat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini