Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk akan melakukan optimalisasi jumlah armada pesawat termasuk menurunkan lease rate, optimalisasi rute, dan menerapkan Power by the Hour (PBH) untuk mencapai neraca positif selama restrukturisasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Utama PT Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan pihaknya akan menerapkan Power by the Hour (PBH) atau hanya akan membayar pesawat yang diterbangkannya kepada lessor sesuai dengan durasi pemakaian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Jadi secara biaya sewa untuk pesawat narrow body ini secara average kami akan mengalami penurunan sampai 31 persen, sementara pesawat wide body 56 persen,” kata Irfan Setiaputra dalam konferensi pers, Selasa, 28 Juni 2022.
Garuda Indonesia, kata Irfan, juga akan mengoptimalisasi jumlah armada dengan mengurangi tipe pesawat dari 13 menjadi 7 dan jumlah pesawat dari 210 menjadi 120. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan tingkat utilisasi pesawat yang akan fokus pada rute-rute menguntungkan, serta biaya pemeliharaan agar menjadi lebih efisien.
Sementara itu, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan Garuda Indonesia juga telah menegosiasikan penyesuaian lease rate dengan lessor agar penyewaan pesawat lebih efisien.
“Jadi permasalahan utama Garuda di masa lalu adalah jumlah pesawat yang banyak dengan sewa pesawat yang terlalu mahal sehingga sulit mencapai profitabilitas,” kata Kartika dalam konferensi pers yang sama.
Dengan rencana restrukturisasi ini, katanya, Garuda Indonesia akan menekan lease rate untuk semua tipe body pesawat. Kartika mencontohkan lease rate pesawat wide body seperti Airbus A330-300 yang digunakan untuk rute jarak jauh atau internasional, menurun dari US$ 1,1 juta menjadi US$ 380 ribu atau turun 56 persen.
“Ini yang familier seperti Boeing 777 yang dipakai Pak Jokowi ke Eropa saat ini. Boeing 777 ini paling mahal lease rate-nya, dari US$ 1,570 juta sekarang turun menjadi US$ 484 ribu atau 69 persen,” katanya.
Adapun untuk narrow body yang banyak dipakai Garuda Indonesia yang melayani rute jarak pendek domestik, adalah Boeing 737-800. Lease rate pesawat tipe ini turun dari US$ 320 ribu menjadi US$ 215 ribu atau 35 persen. Sementara itu, pesawat Airbus A320-200 Citilink yang di-sublease dari Garuda Indonesia dan menjadi armada inti Citilink, juga mengalami penurunan lease rate dari US$ 320 ribu menjadi US$ 215 ribu atau 35 persen.
Garuda Indonesia juga akan mengoptimalisasi pendapatan kargo dan ancillary, dengan memanfaatkan belly capacity untuk kargo. Selain itu, Garuda Indonesia akan menerapkan proses digitalisasi operasional dan memperluas product offerings untuk pendapatan ancillary.
Garuda Indonesia saat ini sedang mengintensifkan diskusi bersama pemerintah untuk pemberian Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp 7,5 triliun melalui rights issue pertama.“Pemerintah akan menginjeksi Garuda Indonesia sebesar Rp 7,5 diharapkan triwulan III atas persetujuan DPR RI,” kata Kartika.