Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Senior Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) Bustanul Arifin menyebut Iran dan Israel memang tidak punya kontak perdagangan, utamanya komoditas pangan, yang langsung dengan Indonesia. Namun, efek pertikaian kedua negara di Timur Tengah itu bisa menganggu sistem logisik global.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sistem logistik terganggu dan kami paham dolar AS sudah Rp 16.200. Itu akan menaikan harga pangan dan inflasi," kata Arifin dalam diskusi "Dampak Kebijakan Ekonomi Politik di Tengah Perang Iran-Israel" pada Senin, 22 April 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Bustanul, konflik Iran-Israel perlu diantisipasi sebagai krisis. Persoalan logistik global diyakini bisa menyebabkan lompatan inflasi yang mengkhawatirkan.
Bustanul mengatakan, kondisi perdagangan Indonesia saat ini sebenarnya tidak buruk, bahkan surplus. Namun dalam sektor pertanian pertumbuhannya rendah.
"Di sektor pertanian hanya tumbuh rendah 1,3 persen. Jadi jika tumbuh rendah seperti itu ada persoalan diproduksi," ujar guru besar pertanian tersebut.
Memang faktor El Nino pada 2023 lalu menjadi faktor utama banyak gagal panen. Sehingga stok beras menipis dan berdampak pada harga beras melambung tinggi sampai menjelang Lebaran 2024.
"Inflasi kita itu lebih banyak disebabkan karena dorongan volatile food dengan harga pangan yang bergolak," ujarnya. "Selama 2 tahun terakhir betul terkendali, tapi volatile food tinggi di 10,33%. Itu tinggi sekali dan harus diwaspadai."
Indonesia sendiri menurut Bustanul masih di peringkat ke-4 sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi terbaik setelah India, Vietnam, dan Filipina. Meski masih tinggi, Bustanul meminta pemerintah agar memantau efek yang bisa disebabkan konflik Iran-Israel.