Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Rektor Universitas Paramadina sekaligus pendiri INDEF, Profesor Didik J. Rachbini, memperingatkan pemerintah jangan menganggap enteng konflik Iran-Israel. Dampak dari perseteruan itu bisa memicu efek perdagangan dan moneter dalam negeri Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Perang ini akan seperti air yang menerobos Dubai (banjir Dubai). Akan lewat jalur perdagangan luar negeri. Perdagangan Timur Tengah itu memegang komoditas utama dunia yakni minyak," kata Didik dalam webinar bertajuk "Dampak Kebijakan Ekonomi Politik di Tengah Perang Iran-Israel" yang digelar INDEF pada Senin, 22 April 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Didik, pasar ekspor di Afrika Utara dan Eropa kena dampak langsung dari konflik tersebut. Kendati demikian, pasar ekspor utama Indonesia seperti ASEAN, Cina, India dan Jepang sendiri tidak terganggu lseccara angsung dengan konflik Iran-Israel. Untuk itu Didik mendorong Indonesia mencari celah keuntungan dari dampak konflik tersebut.
Didik juga memperingatkan agar kebijakan Bank Indonesia (BI) tidak memberikan tekanan tambahan terhadap inflasi. Jika nilai tukar rupiah terus merosot dibanding dolar AS, maka Presiden Joko Widodo bisa terguling, seperti yang terjadi di era Soeharto pada 1998.
"Kalau ini dolar bisa Rp 18.000 sampai Rp 19.000, Jokowi bisa jatuh. Enggak boleh main-main, walaupun (pemerintahan Jokowi tinggal beberapa bulan. Karena itu BI harus menjaga betul-betul inflasi ini," paparnya.
Menurut Didik, kebijakan berikutnya yang mesti diperhatikan pemerintah adalah fiskal. Pemerintah tidak boleh jor-joran menghabiskan uang negara. Dia mengkritik soal proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) yang dianggap jor-joran.
"Fiskal ini adalah instrumen yang langsung bisa dipakai. Ribuan triliun ini bisa dipakai. Enggak boleh jor-joran seperti yang sekarang dilakukan," ujarnya.
Didik juga mendeksak pemerintah lebih memperhatikan dunia usaha terutama Usaha Mikro Kecil dan Menengah agar tetap produktif dalam masa sulit seperti sekarang ini.
"Kalau mereka kekurangan bahan baku, dan mereka punya masalah kredit pada situasi seperti sekarang, maka ini harus diselesaikan," ujarnya.
Didik mengatakan pemerintah juga harus melindungi golongan yang paling rentan di masyarakat agar tidak terhempas terlalu dalam saat masa konflik di Timur Tengah.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik atau BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdagangan Indonesia. Pasalnya, nilai perdagangan barang Indonesia dengan Iran dan Israel relatif kecil.
"Keduanya bukan merupakan mitra dagang utama Indonesia di kawasan Timur Tengah," ujar Pelaksana Tugas Kepala BPS Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta pada Senin, 22 April 2024.