Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
AWAL tahun ini, sejak Bank Indonesia menurunkan suku bunga ke angka 6,75 persen, rupiah menguat ke level 13.100 dari 14.000 pada akhir tahun lalu. Memang masuknya dana portofolio asing, yang membantu tren ini, banyak dipakai untuk membeli obligasi pemerintah. Hal ini terjadi karena bunga obligasi pemerintah sekitar 7 persen, sedangkan bunga di negara maju hampir nihil atau bahkan negatif. Inflasi masih terjaga di tingkat 4,45 persen. Defisit transaksi berjalan stabil di tingkat 2 persen dari produk domestik bruto.
Hanya, pelaku pasar masih ragu sejauh mana tren ini dapat bertahan. Keraguan ini muncul karena kegiatan usaha masih lesu. Penjualan mobil dan sepeda motor awal tahun ini belum bergairah. Dengan ekspor yang lemah dan tingkat konsumsi yang belum pulih, satu-satunya pendorong ekonomi adalah belanja pemerintah. Masalahnya, sejauh mana belanja pemerintah dapat diandalkan jika penerimaan pajak tidak mencapai target.
Tren positif juga banyak dibantu oleh keadaan di luar yang seketika dapat berubah haluan. Bank sentral Amerika Serikat, misalnya, memberi sinyal kebijakan kenaikan suku bunga akan dilakukan bertahap, lebih lamban dari perkiraan semula. Tingkat suku bunga obligasi di negara maju masih rendah agar ekonomi mereka yang lesu dapat pulih kembali. Ini semua untuk mengurangi tekanan terhadap mata uang dunia lain, termasuk rupiah.
Tapi, beberapa pekan ini, tanda-tanda yang memberi harapan tren positif dapat terus berlanjut. Pertama, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro tetap mempertahankan belanja pemerintah untuk proyek infrastruktur. Kekurangan penerimaan pajak diatasi dengan mengetatkan belanja rutin. Selain itu, masih tersedia ruang untuk menutup defisit anggaran dengan menerbitkan obligasi tambahan. Yang menarik, efek Panama Papers bisa memicu kembalinya dana perusahaan dan perorangan di luar negeri, jika parlemen menyetujui amnesti pajak.
Pemerintah memicu kegiatan ekonomi dengan menyisakan lebih banyak uang bagi konsumen dan perusahaan untuk belanja. Misalnya harga bensin diturunkan. Porsi penghasilan yang tidak kena pajak ditingkatkan dari Rp 3 juta menjadi Rp 4,5 juta per bulan. Menteri Keuangan juga menyampaikan rencana penurunan tingkat pajak untuk penghasilan perusahaan dari 25 persen menjadi 20 persen.
Tidak ketinggalan, otoritas moneter juga menurunkan tingkat suku bunga kredit. Porsi Kredit Usaha Rakyat yang disubsidi pemerintah, yang berbunga 9 persen, diperbesar alokasinya. Perbankan juga diminta menurunkan suku bunga pinjaman ke tingkat satu digit pada akhir tahun.
Perbankan sibuk membuat rencana: sejauh mana bunga pinjaman dapat mencapai target. Untuk kelompok pinjaman berisiko rendah, bunga pinjaman satu digit mungkin tercapai pada akhir tahun ini. Tapi, untuk pinjaman yang berisiko tinggi, bunga pinjaman satu digit butuh waktu lebih lama. Apa pun hasilnya, tren turunnya suku bunga pinjaman sudah mulai terasa. Hal ini akan membantu meningkatkan konsumsi, yang menjadi pendorong utama pertumbuhan di masa lampau.
Dampak yang sudah terlihat, walau masih kecil, adalah pergerakan indeks harga saham gabungan dari level 4.600 pada awal tahun ke angka 4.800. Tahun lalu semua indeks sektoral menunjukkan tren menurun. Penurunan terbesar tahun lalu berasal dari indeks sektor pertambangan, diikuti oleh perkebunan dan manufaktur. Adapun pemulihan terbesar pada kuartal pertama tahun ini datang dari indeks sektor pertambangan, diikuti oleh konsumsi dan manufaktur.
Harga komoditas diperkirakan tidak naik seperti dulu, tapi tidak akan turun lagi. Akibatnya, tanpa ada gejolak yang besar, roda perekonomian seharusnya dapat pulih. Efeknya akan terasa pada semester kedua tahun ini. l
Manggi Habir (Kontributor Tempo)
KURS
Rp per US$
Pekan sebelumnya 13.197
13.238 Penutupan 14 April 2016
IHSG
Pekan sebelumnya 4.867
4.814 Penutupan 14 April 2016
INFLASI
Bulan sebelumnya 4,42%
4,45% Maret 2016 YoY
BI RATE
Sebelumnya 7,00%
6,75% 17 Maret 2016
CADANGAN DEVISA
29 Februari 2016 US$ 104,544 miliar
US$ miliar 107,543 31 Maret 2016
Pertumbuhan PDB
2015 4,73%
5,3% Target 2016
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo