TAK kurang dari Rp 20 milyar disediakan oleh Batik Keris Solo agar bisa menguasai Benteng Vastenberg. Jenderal Baron van Imhoff, yang mendirikan benteng itu (1745) di tengah Kota Solo, jelas sudah sirna. Ketika tahun 1984 Batik Keris "menyerang" benteng dengan maksud mendirikan pusat pertokoan, perkantoran, hotel, serta panggung budaya di sana, yang dihadapinya adalah Kodam IV Diponegoro. Soalnya, benteng itu selama ini dimanfaatkan oleh Brigif VI/Kostrad sebagai asrama. Negosiasi untuk merebut Vastenberg yang seluas 10 hektare itu memakan waktu empat tahun. Akhirnya, PT Benteng Perkasa Utama (Batik Keris) berhasil, melalui perjanjian yang ditandatangani dengan pihak Kodam IV, Juni 1988. Sebagai tebusannya, Batik Keris menyediakan lahan (di Palur, tepi kota) dan membangun sarana perkantoran, perumahan, lengkap dengan pusat pelatihan bagi Brigade VI Kostrad. Ini masih ditambah perumahan dan perkantoran Batalyon 413 di Mojolaban, Sukoharjo, berikut sejumlah sarana untuk lingkungan Kodam IV, dengan total biaya Rp 10 milyar. Januari ini, Benteng Vastenberg mulai "disulap" menjadi pusat kegiatan bisnis. Investasi Batik Keris untuk proyek ini sekitar Rp 10 milyar. Gerbang benteng dan temboknya akan dipertahankan bahkan direnovasi. Karena itu pula, pihak Dinas Purbakala tak berkeberatan. "Keinginan kami membuat Solo tambah cantik," kata Pimpinan Batik Keris Handoko pada TEMPO. Dan, barangkali, tambah menguntungkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini