Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Ekspor dengan tarif murah

Ekspor radio kaset, televisi & pengeras suara akan terangkat naik. bea masuk sejumlah komponen pokok diturunkan tarifnya. dikhawatirkan barang elektronik membanjiri pasar lokal setelah deregulasi.(eb)

24 Januari 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JADI penghasil alat-alat rumah tangga dari listrik memang perlu punya syaraf kabel. Jika tak pandai berkelit, bukan mustahil mereka bakal mabok kena tonjok kenaikan nilai yen maupun dolar, setelah rupiah didevaluasi. Untuk di saat kritis, bea masuk sejumlah komponen pokok diturunkan tarifnya. Evaporator khusus untuk lemari es, freezer, AC window dan split, misalnya, bea masuknya kini hanya 10% sebelumnya 40%. Tidak besar memang penurunan tarif itu. Bahkan kompresor untuk ketiga jenis barang konsumsi itu tarifnya juga hanya diturunkan dari 30% ke 10% saja. Kedua komponen impor itu tampaknya belum diberi angin lebih baik, karena penjualan lemari es maupun freezer dianggap masih lebih ' banyak berada di pasar lokal. Toh Jamien Tahir, Wakil Presiden Direktur National Gobel, cukup senang mendengarnya. "Keputusan ini akan banyak membantu kami dalam menekan biaya produksi," katanya. Langkah deregulasi perlu dilakukan, karena setelah pemerintah mendevaluasikan rupiah sebesar 45% melawan dolar, biaya membeli komponen impor mereka otomatis tertendang naik. Pengusaha sendiri sebenarnya sudah berusaha mengurangi kenaikan biaya itu dengan, misalnya, membeli lebih banyak komponen dari luar Jepang. Tapi hasilnya tetap belum klop untuk menutup kenaikan harga akibat devaluasi. Deregulasi di bidang tata niaga lalu dilakukan. Loud speaker dalam keadaan terbongkar sama sekali, umpamanya, bea masuknya diturunkan dari 40% jadi 10%. Dengan penurunan itu biaya produksi untuk menghasilkan pengeras suara diharapkan bisa banyak dihemat. Tapi bagi Telnic Industries di Bandung, yang juga menghasilkan pengeras suara, beleid itu belum berarti banyak. "Hasilnya lebih kurang tetap, karena sebelum tarip diturunkan, dolarnya sudah naik 45%," kata Iis Risjaman Takijoedin, Presi den Direktur Telnic. Bagi National Gobel, penurunan tarip bea masuk loud speaker itu rupanya berpengaruh cukup baik. Menurut Jamien, sebelun deregulasi tata niaga itu dikeluarkan, harga beli komponen pengeras suara itu nyaris sama dengan harga jual produknya setelah selesai dirakit. Setelah deregulasi, usah ekspor pengeras suara ke Jepang yang sudah dimulai sejak 10 tahun lalu itu, tentu, akal makin terangkat. "Kalau pasar dalam negeri kuat, kami akan mampu melakukan ekspo itu," katanya. PMA patungan antara Matsuhita Jepang dengan kelompok Gobel (Indonesia) itu memang, akan banyak ditolong dengar deregulasi tata niaga, mengingat produk yang dihasilkannya cukup banyak. Mula-mula patungan ini hanya menghasilkan radio transistor Cawang, lalu televisi, lemari es seterika listrik, radio kaset, batu baterai, yang sudah dieskpor ke pelbagai negara. Belakangan ini, AC juga dihasilkannya. Ekspor radio kaset National, agaknya, akan makin terdorong, karena bea masuknya turun dari 40% jadi 0%. Yang tampaknya masih perlu menempuh jalan panjang menuju pasar eskpor adalah AC, karena tingkat pemakaian komponen impornya masih tinggi -- mencapai 65%. "Butuh waktu lima tahun lagi untuk menurunkan porsi komponen impor jadi 30%," kata Jamien Tahir. Usaha merintis pasar ekspor memang membutuhkan kesabaran dan sikap ulet. Bagi pengusaha sendiri, harus diakui, pasar ekspor baru tampak di mata, hanya jika pasar dalam negeri sudah terasa penuh sesak. Yang jadi pertanyaan, apa sebenarnya tujuan deregulasi itu ?. "Kalau kebijaksanaan baru itu hanya bertujuan untuk menurunkan harga pokok suatu barang, maka hasilnya belum tentu akan mendorong ekspor," kata Ekonom Kwik Kian Gie. Sebab, menurut Kwik, para produsen masih punya pilihan untuk menjual produknya di pasar dalam negeri tanpa susah payah mencari pembeli di luar. Guna mencegah terjadinya hal itu, Kwik menganjurkan agar deregulasi itu dibarengi dengan beleid yang bisa merangsang produsen untuk menghasilkan barang di atas kebutuhan nasional. "Kalau barangnya melimpah, mereka akan dipaksa untuk mencari pasar di luar negeri," kata Kwik. Untuk menciptakan kondisi itu soalnya memang tidak mudah. Beleid deregulasi tata niaga, buktinya, keluar secara bertahap. Itu kata Kwik, mencerminkan ketidakmampuan kita mengkaji persoalan ekonomi secara mendalam dan menyeluruh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus