PINTU air, yang namanya mengingatkan kita pada skandal Watergate di AS, kini bisa pula menghasilkan devisa. Pekan lalu, PT Barata Indonesia telah membuktikannya, dengan mengekspor 15 set pintu air seberat 145 ton ke Laos. Devisa yang diperoleh dari ekspor kecil-kecilan ini, hanya 52 juta yen (sekitar Rp 660 juta). "Meskipun nilainya kecil, kami telah membuktikan pada dunia bahwa Barata mampu membuat produk yang berkualitas internasional, dengan harga bersaing," kata Noor Widjojodi. Dirut PT Barata Indonesia. Pesanan dari Laos itu memang tidak diperoleh langsung dari Sumitomo Corp., yang menjadi pemborong utama proyek PLTA di sana. Melainkan lewat Marshima Aqua Corp., yang memenangkan tendernya, dan kemudian menyalurkannya ke Barata. Hubungan dengan Marshima, yang sudah dibina 10 tahun belakangan ini, memang cukup erat. "Selama ini, kami memperoleh bimbingan teknis dan rekayasa dari mereka," kata Noor. Ditambahkannya, pintu air sejenis itu akan pula diekspor ke Mali dan Syria. Dan siapa tahu, akan ada peminat dari negara lain. Bukankah banyak negara maju yang, seperti kata Noor, "Tidak mau lagi mengerjakan barang-barang kotor, yang harganya tak seberapa ini."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini