TEKNIK pembuatan batik IJ kini dipinjam oleh pabrik Selerang untuk membuat bahan busana dengan corak Melayu Riau. Pabrik itu, resmi berdiri dua pekan silam, merupakan pabrik batik printing pertama di Riau. Dilayani 20 tenaga kerja, pabrik ini hanya mampu memproduksi 300 meter dalam sehari. Modalnya Rp 80 juta, 62% merupakan pinjaman dari Bapindo. "Kami memang belum besar," kata Ny. Yuliar Rafa'i, pemilik Selerang. Tapi wanita ini yakin, usahanya akan cepat berkembang. Dengan memasang harga Rp 2.000-Rp 3.000 per meter, pesanan membanjir dari berbagai penjuru Riau, mulai dari SD, SLTP, kelompok Dharma Wanita, hingga ibu-ibu PKK. "Walaupun harganya murah, kami jamin produk Selerang tak akan luntur," katanya berpromosi. Ny. Yuliar Rafa'i, lulusan Sekolah Kepandaian Putri ini, tampak sangat bangga dengan pabriknya. Bagaimana tidak? Ide mendirikan Selerang muncul secara kebetulan. Pada suatu hari, pada awal 1980, Yuliar menemukan secarik kain batik kuno bercorak Melayu Riau. Sudah cabik-cabik, memang. Tapi dari situlah ide membangun Selerang muncul. Selama tujuh tahun, sejak 1982, Yuliar bolak-balik ke Pekalongan dan Klaten, khusus mempelajari cara memproduksi batik. Jerih payahnya sungguh tak sia-sia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini