Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Empat bank melaju ke bursa

Setelah panin bank, menyusul lippobank, bank niaga, bii & bank surya go public. mereka menawarkan ke pasar modal 27,8 juta lembar saham dengan harga beragam. yayasan dana pensiun siap memborong.

7 Oktober 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PANIN Bank tak sendiri lagi. Bank yang go public empat tahun lalu itu akan didampingi empat teman baru yakni Lippobank, Bank Niaga, Bank Internasional Indonesia, dan Bank Surya. Keempatnya, bulan ini, akan membanjiri pasar modal dengan 27,8 juta lembar saham. Urutannya: BII menduduki peringkat pertama dengan meluncurkan 12 juta lembar. Menyusul Lippobank (6,8 juta lembar), Bank Niaga (5 juta lembar), dan Bank Surya (4 juta lembar). Masih sulit untuk menduga saham siapa yang akan muncul sebagai blue chip. Soalnya, mereka hampir bersamaan terjun ke bursa. Bank Surya melakukan finalhearing Rabu pekan lalu, sedangkan Niaga, Lippo, dan BII serempak melakukan dengar pendapat, Senin pekan ini. Mereka seperti berlomba saja. Dalam suasana persaingan itu, saham Lippo ditawarkan Rp 15 ribu per lembar. "Melihat semakin sengitnya pertarungan, mau tidak mau, kami harus segera menentukan posisi dari sekarang. Mau jadi bank besar, sedang, atau kecil?" kata James Tjahaja Riady, Presdir Lippobank. Akan sukseskah Lippo di pasar perdana? Para investor pun mulai menghitunghitung. Dengan jumlah kekayaan (aktiva) per Agustus 1989 sebesar Rp 1,014 trilyun, Lippo berhasil meraih laba bersih Rp 3.777 juta. Ini berarti naik sekitar 151% jika dibandingkan dengan laba tahun lalu, Rp 1.500 juta. Untuk tahun ini manajemen Lippo memperkirakan laba bersih Rp 8,158 milyar. Ini berarti bahwa selama empat bulan terakhir Lippo harus bisa meraih net profit Rp 4,381 milyar. Wah. Lain Lippo, lain pula Bank Niaga, yang terkenal konservatif. Tahun ini, ia hanya memproyeksikan laba bersih Rp 18.220 juta. Artinya, Niaga hanya memproyeksikan kenaikan laba sekitar 50% dari laba bersih tahun lalu, Rp 12.177 juta. Bila Lippo berniat meluaskan jaringannya, begitu pula Niaga -- dari 30 cabang menjadi 40 cabang, tahun depan. Selain itu, Niaga juga akan melakukan ekspansi kredit. "Perkembangan yang begitu cepat sudah tidak memungkinkan kami terus bergantung kepada pemegang saham lama," kata Robby Djohan, Presdir Bank Niaga. Kenapa bank yang memiliki kekayaan Rp 1,244 trilyun (tahun lalu). dan labanya jauh di atas Lippo, hanya memasang harga Rp 12.500 per saham? "Kami tidak mau ikut-ikutan bank lain. Harga yang kami pasang merupakan cermin dari Bank Niaga," kata Robby. Perkara nanti kurs di pasar sekunder melonjak lebih tinggi, itu urusan pasar," katanya lebih lanjut. BII juga menawarkan harga perdana Rp 11 ribu per saham. Menurut Indra Widjaja, Wakil Presdir BII, kelak dana yang diperolehnya dari bursa akan digunakan untuk menambah modal BII plus mendirikan 75 cabang baru pada 1990. Satu hal lagi, BII termasuk bank yang mampu meraih untung banyak. Tahun lalu, laba bersih BII Rp 6,5 milyar, sedangkan tahun ini diproyeksikan laba sesudah pajak Rp 12,2 milyar. Tapi, alangkah ambisiusnya BII karena proyeksi labanya tahun depan Rp 37,2 milyar. Makanya, BII terjun ke bursa saham. " Kami ingin memberikan kredit yang lebih besar. Dan itu membutuhkan suntikan modal baru," kata Indra. Nah, kalau bank besar seperti BII masih membutuhkan modal baru, apalagi yang kecil seperti Bank Surya (BS), yang menawarkan sahamnya Rp 7.500 per lembar. Bank peringkat ke-63 ini, per Juni lalu, hanya memiliki aset total Rp 94,3 milyar. Angka itu sudah lumayan jika dibandingkan dengan akhir tahun lalu yang hanya Rp 52,7 milyar. "Betul, kami tidak ada apaapanya, tapi sehat," kata Soejono A. Soekemi, direktur kredit BS. Seperti ketiga rekannya, BS menjual saham, juga untuk memperkuat struktur modal plus membuka 10 cabang baru. "Dengan modal tambahan, kami akan meraih nasabah yang lebih besar, dengan kredit maksimal Rp 2,5 milyar per nasabah, " kata Bambang Satyawan, Dirut BS. Lantas, apa yang menarik investor untuk membeli saham bank kecil seperti BS? Pertama-tama adalah nama Sudwikatmono sebagai pemilik BS. Itu sudah jaminan, menurut Bambang. Buktinya, sekuritas kredit BS yang dijual, Mei lalu, senilai Rp 3 milyar laku keras di bursa paralel Surabaya. Selain itu, laba yang diraihnya selalu meningkat (dari Rp 99 juta di tahun 1987 ke Rp 360 juta di tahun 1988). Tapi, tahun ini, BS memperkirakan labanya Rp 4,285 milyar -- 11 kali lipat lebih banyak. Caranya? Wallahualam. Yang jadi masalah, apakah saham Bank Surya, Lippo, Niaga, dan BII itu akan meledak di bursa Jakarta. Sangat sulit ditebak. "Ah, itu tidak masalah. Saya yakin, masih banyak investor lokal yang berduit, dan mau membeli saham kami," kata Robby Djohan. "Kami yakin, puluhan ribu nasabah BII, akan turut memperebutkan," kata Indra Widjaja. Bagaimana kalau perhitungan kedua bankir itu meleset? Tenang saja. Menurut sebuah sumber, beberapa yayasan dana pensiun -- yang sudah pasti punya duit banyak -- sudah siap memborong saham keempat bank tersebut.Budi Kusumah, Aji, Bachtiar Abdullah, Wahyu Muryadi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum