Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Erupsi Merapi Tak Berdampak Langsung pada Bisnis Wisata Yogya

ASITA Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan erupsi Gunung Merapi tak berdampak langsung pada dunia bisnis pariwisata di Yogya.

27 Mei 2018 | 16.21 WIB

Warga beraktivitas di Dusun Kalitengah Lor, Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, dengan latar belakang Gunung Merapi, 22 Mei 2018. Setelah mengalami beberapa erupsi freatik, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) meningkatkan status Gunung Merapi dari level I (normal) menjadi level II (waspada). ANTARA
Perbesar
Warga beraktivitas di Dusun Kalitengah Lor, Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, dengan latar belakang Gunung Merapi, 22 Mei 2018. Setelah mengalami beberapa erupsi freatik, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) meningkatkan status Gunung Merapi dari level I (normal) menjadi level II (waspada). ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Association Of The Indonesian Tours & Travel Agencies (ASITA) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyatakan erupsi Gunung Merapi yang terjadi berentetan pada 21-24 Mei 2018 tak berdampak langsung pada dunia bisnis wisata di daerah tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Pengaruh secara langsung dari erupsi Merapi itu memang tidak ada,” ujar Ketua ASITA DIY Udhi Sudiyanto kepada wartawan, Sabtu, 26 Mei 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Namun Udhi menuturkan sebenarnya industri pariwisata Indonesia dan Yogyakarta saat ini seperti mendapat dua dampak ganda dari dua peristiwa.

Sebelum erupsi Merapi, industri pariwisata mendapat dampak lebih dulu dari kasus rentetan teror bom di Surabaya. Kemudian sesudahnya baru mendapat tambahan kasus erupsi Merapi.

“Jadi dampak yang lebih terasa terkait kondisi pariwisata itu sebenarnya dari kasus teror bom Surabaya, bukan dari erupsi Merapi,” ujar Udhi.

Udhi menuturkan sebagian wisatawan mancanegara berpendapat kasus erupsi Merapi merupakan kasus yang disebabkan alam dan di mana saja bisa terjadi. Berbeda dengan teror bom.

“Ada sekitar lima persen penjadwalan ulang kunjungan turis mancanegara ke Indonesia atas dampak peristiwa teror bom Surabaya maupun erupsi Merapi itu. Bukan pembatalan, melainkan postpone atau rescheduling,” ucapnya.  

Rescheduling kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia, termasuk Yogyakarta, untuk menunggu situasi keamanan benar-benar pulih pasca-bom Surabaya. “Dari rescheduling itu, yang disebabkan karena erupsi Merapi tak begitu banyak,” tutur Udhi.

Adapun wisatawan mancanegara yang banyak melakukan penjadwalan ulang kunjungan itu kebanyakan dari negara Asia, seperti Singapura, Malaysia, Korea, Tiongkok, dan Vietnam.

“Untuk kunjungan wisatawan asal Eropa kebanyakan masih on schedule karena mereka memang rencananya datang akhir Mei sampai Juli nanti,” ujarnya.

Udhi menuturkan wisatawan Eropa sebagian besar tak mengubah jadwal kunjungannya karena menurutnya mereka memahami bahwa Indonesia wilayahnya cukup luas dan kasus yang terjadi hanya di titik tertentu. Jadi mereka tak begitu khawatir.

Untuk mengantisipasi dampak yang tak diinginkan terkait dengan kunjungan wisatawan, ASITA DIY pun saat ini terus memberikan sosialisasi informasi yang jelas mengenai sejumlah peristiwa di Indonesia, khususnya kondisi destinasi wisata di Yogya.  

“Kami jelaskan kalau destinasi-destinasi wisata itu sekian kilometer dari Merapi, abu lari ke mana,” kata Udhi.

Ali Akhmad Noor Hidayat

Ali Akhmad Noor Hidayat

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus