Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - PT Garuda Indonesia Tbk menyatakan belum siap beroperasi di Bandar Udara Halim Perdanakusuma pada 10 Januari mendatang. "Kemungkinan Februari," kata Senior Manager Public Relations Garuda Indonesia, Ikhsan Rosan, saat dihubungi kemarin.
Menurut Ikhsan, saat ini Garuda masih berkutat pada persiapan sistem pendukung penerbangan, seperti lounge penumpang, sistem check in, serta ground handling.
Juru bicara Garuda Indonesia, Pujobroto, menambahkan, persiapan sistem itu perlu dilakukan untuk memastikan standar pelayanan di Bandara Halim sama dengan di Bandara Soekarno-Hatta. "Garuda adalah penerbangan full service yang sangat memperhatikan sarana dan prasarana, seperti executive lounge dan pelayanan check in. Kami tidak mau memaksakan beroperasi jika belum siap," ujarnya.
Seperti diberitakan, Bandara Halim Perdanakusuma rencananya mulai beroperasi untuk penerbangan komersial berjadwal pada Jumat pekan ini. Bandara militer tersebut akhirnya dibuka untuk penerbangan komersial guna mengurangi beban Bandara Soekarno-Hatta yang dinilai padat.
Untuk mengurangi kepadatan itu, Pujobroto mengatakan Garuda telah mengajukan pemindahan 10 rute penerbangan dari Bandara Soekarno-Hatta ke Bandara Halim. "Kami memilih penerbangan yang rutenya paling padat, seperti Jakarta-Surabaya dengan frekuensi 16-17 kali per hari," tuturnya.
Menurut Pujo, dalam sehari Garuda memiliki frekuensi penerbangan sebanyak 520 kali. Jam paling sibuk adalah pada pukul 05.00-10.00 WIB, di mana ada 40 jadwal penerbangan. "Antrean pesawat pada pagi hari berefek domino pada penerbangan siang dan sorenya," katanya.
Adapun juru bicara Kementerian Perhubungan, Bambang Ervan, memastikan Bandara Halim Perdanakusuma siap beroperasi pada 10 Januari. "Tetapi maskapai menyusul, menunggu persiapan mereka. Maskapai membutuhkan waktu untuk mempersiapkan kantor dan peralatan-peralatannya," ujarnya kemarin.
Bambang mengatakan hasil rapat terakhir antara Kementerian Perhubungan dan pihak terkait memutuskan, Jumat pekan ini, Bandara Halim Perdanakusuma siap dioperasikan sebagai bandara komersial. "Menteri Perhubungan akan membuat keputusan resmi setelah mengecek di lapangan nantinya," kata dia.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bakti Singayuda Gumay mengatakan ada tiga maskapai yang berminat mengalihkan sebagian rute penerbangannya ke Bandara Halim. Ketiga maskapai tersebut adalah Garuda Indonesia, Citilink, dan AirAsia.
Vice President Marketing and Communication PT Citilink Indonesia, Harismawan Yudi, mengatakan Citilink siap terbang via Bandara Halim Perdanakusuma. Sesuai dengan rapat terakhir, Citilink akan memulai penerbangan dari Halim, dan sedang mempersiapkan kantor perwakilan di lokasi tersebut.
"CEO kami menyatakan siap, dan kami sedang dalam persiapan kantor perwakilan di Halim," kata Harismawan Yudi. Dia menjelaskan, persiapan kantor Citilink di Halim sudah 50 persen.
Sebelumnya, Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono menyatakan belum bisa memastikan apakah Bandara Halim bisa beroperasi komersial pada 10 Januari. Menurut dia, hingga saat ini pihaknya masih mempersiapkan kapasitas pendukung bandara tersebut.
"Kami masih mengkajinya. Sekarang masih menghitung kapasitas optimalnya dan kapasitas pendukung seperti layout," kata Bambang, akhir tahun lalu.
Selain itu, masalah infrastruktur menuju ke Halim serta pembagian kapasitas dengan VIP dan tempat latihan Angkatan Udara juga menjadi pertimbangan. MARIA YUNIAR | ALI HIDAYAT
Jumlah Penumpang Pesawat
DOMESTIK | ||
Tahun | Datang | Berangkat |
2009 | 33.848.123 | 33.227.906 |
2010 | 43.277.129 | 42.192.044 |
2011 | 57.543.427 | 52.975.908 |
2012 | 60.611.318 | 56.770.838 |
INTERNASIONAL | ||
2009 | 6.762.576 | 6.687.377 |
2010 | 9.733.824 | 9.743.848 |
2011 | 10.600.395 | 10.582.844 |
2012 | 11.734.039 | 11.665.681 |
Jumlah Penumpang Per Maskapai
2009 | ||
Garuda | 8.398.017 | 19,17% |
Lion Air | 13.377.826 | 30,.54% |
Sriwijaya Air | 5.464.615 | 12,47% |
Batavia Air | 6.107.526 | 13,94% |
Merpati Nusantara | 2.193.009 | 5,01% |
Citylink | ||
2010 | ||
Garuda | 9.993.272 | 19,30% |
Lion Air | 19.698.493 | 38,05% |
Sriwijaya Air | 7.016.715 | 13,55% |
Batavia Air | 6.772.583 | 13,08% |
Merpati Nusantara | 2.361.755 | 4,56% |
Citylink | ||
2011 | ||
Garuda | 13.701.879 | 22,76% |
Lion Air | 24.971.795 | 41,48% |
Sriwijaya Air | 7.382.467 | 12.26% |
Batavia Air | 6.754.844 | 11,22% |
Merpati Nusantara | 2.186.174 | 3,63% |
Citylink | ||
2012 | ||
Garuda | 15.304.472 | 21,43% |
Lion Air | 29.441.502 | 41,22% |
Sriwijaya Air | 8.100.475 | 11,34% |
Batavia Air | 6.972.749 | 9,76% |
Merpati Nusantara | 2.520.971 | 3,53% |
Citylink | 1.444.830 | 2,02% |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo