INDUSTRI Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), yang dipimpin Menteri B.J. Habibie, bikin "kejutan" lagi. Pekan lalu, BUMN yang masuk ke dalam kelompok BPIS (Badan Pengelola In dustri Strategis) ini menjual tujuh unit pesawat CN235 kepada pemerintah Uni Emirat Arab. Ketujuh pesawat itu ternyata dijual tunai seharga US$ 200 juta (sekitar Rp 400 milyar). Ini benar-benar sukses gemilang. Maklum, selama ini IPTN sering dianggap lebih banyak menghabiskan ketimbang mencetak dana. Hanya saja, para direksi IPTN sedang berada di Abu Dhabi, hingga tak bisa ditanyai soal ini. Namun, menurut Soleh Affandi (Humas IPTN), IPTN sudah menjual 300 unit pesawat ke mancanegara (antara lain ke Muangthai, Malaysia, Botswana, Turki, Prancis, dan beberapa negara Amerika Latin). Adapun jenisnya beraneka, mulai dari Puma NSA330, Super Puma NSA332, serta pesawat bersayap lebar semodel CN235 dan CN212. "Lima puluh enam unit dari pesawat-pesawat tersebut dijual ke luar negeri. Sedangkan sisanya, 244 unit, dijual di dalam negeri," ujar Soleh. Dengan sederet transaksi, apakah IPTN berhasil memetik untung? Semestinya ya, tapi yang pasti, selain menjual pesawat, IPTN juga punya unit usaha seperti ACS (Air Craft Service) yang memberi pelayanan purnajual, dan UMC (Univer sal Maintenance Centre) yang melayani perawatan mesin pesawat. Kedua unit ini tentu menghasilkan rupiah juga. Dan masih ada pendapatan ekstra dari jasa IPTN memproduksi beberapa komponen Boeing 737, Boeing 767, serta komponen pesawat tempur F 16.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini