RAKSASA telekomunikasi Amerika, AT&T, kini sudah menginjakkan kakinya di Batam. Kamis dua pekan lalu, Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Sanyoto Sastrowardoyo, telah meresmikan beroperasinya pabrik PT AT&T Consumer Pro ducts Indonesia. Terletak di kawasan industri Muka Kuning, pabrik ini antara lain memproduksi peralatan telepon tanpa kabel, seri 5400, 5405, dan 5455. Telepon ini mempunyai 10 saluran yang otomatis mencari sendiri nomor yang lowong. Tak jelas, apakah mutunya lebih baik dari produk yang sama buatan PT Inti, ataukah seperti yang dipasarkan PT Electrindo Nusantara dengan harga sekitar Rp 18 juta. Untuk itu, AT&T menanamkan modal US$ 12 juta (sekitar Rp 24 milyar) dan telah merekrut 600 tenaga kerja Indonesia dan 25 tenaga pelatih dari Singapura. Menurut salah seorang pimpinannya, yakni direktur operasi B.N. Tan, motivasi AT&T ke Batam terutama karena "Batam akan menjadi satelit Singapura". AT&T yang bermarkas di New Jersey, AS, juga telah memiliki pabrik divisi produksi telepon tanpa kabel di Singapura -- tampaknya tak mungkin diperluas lagi. Produk AT&T dari Batam seluruhnya akan diekspor. Padahal, tak sedikit yang mengharapkan agar telepon tanpa kabel itu bisa juga dipasarkan di dalam negeri. Mengapa? Karena harga telepon tanpa kabel di sini tergolong tinggi (Rp 11 juta sampai 18 juta). Di Singapura, telepon yang sama canggihnya cuma berharga Sin$ 500 (Rp 600 ribu).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini