Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Gemuk Sapi oleh Pengendur Napas

Penggunaan hormon pertumbuhan sapi bisa berefek negatif terhadap manusia yang mengkonsumsi daging. BPOM menyelidiki rantai peredaran obat non-hewani itu.

29 Juni 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIM peneliti Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementerian Pertanian supersibuk sebulan terakhir. Mereka harus menguji lebih dari 600 sampel pakan ternak yang dikirimkan 35 perusahaan penggemukan sapi alias feedloter. Uji laboratorium tahap kedua di Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan ini untuk mengetes kembali kandungan salbutamol pada pakan sapi.

Langkah itu merupakan tanggapan atas rumor yang beredar di masyarakat bahwa perusahaan penggemukan sapi memakai obat untuk manusia guna menaikkan bobot sapi mereka. "Pada uji sebelumnya, kami cuma mengetes 100 sampel. Sekarang harus mengecek 661 sampel dari 35 feedloter," kata Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Akhmad Junaidi kepada Tempo, Selasa pekan lalu.

Salbutamol adalah produk turunan dari beta2-agonist, zat yang dilarang digunakan pada ternak. Pelarangan itu tertuang dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Nomor 30059/HK.340/F/11/2011. Di situ disebutkan zat yang termasuk kelompok beta2-agonist antara lain clenbuterol, salbutamol, salmoterol, farmoterol, cimaterol, dan zilpaterol.

Pelarangan itu didasarkan pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Pada pasal 50 ayat 1 disebutkan obat hewan yang dibuat dan disediakan dengan maksud untuk diedarkan harus memiliki nomor pendaftaran. Juga pasal 51 ayat 3 bahwa setiap orang dilarang menggunakan obat hewan tertentu pada ternak yang produknya untuk konsumsi manusia.

Dokter hewan Fadjar Sumping Tjatur Rasa memastikan salbutamol adalah obat manusia, bukan untuk hewan. Zat yang biasa diberikan kepada penderita asma ini berfungsi mengendurkan otot polos organ-organ tertentu, seperti jantung. Pada penderita asma, otot napas tegang sehingga menyempit. "Makanya, dikendurkan, dibuat rileks, supaya napas lancar," Kepala Balai Besar Veteriner Kementerian Pertanian di Wates, Yogyakarta, ini menjelaskan kepada Tempo, Jumat pekan lalu.

Fadjar menjelaskan, penggunaan beta2-agonist pada ternak, sapi misalnya, bisa mengubah jaringan lemak menjadi otot. Akhmad menambahkan, beta2-agonist meningkatkan konversi pakan. "Kalau biasanya setelah sapi makan bobot naik 1 kilogram, dengan penambahan zat ini kenaikan daging bisa 1,5 kilogram."

Metode ini, kata Fadjar, mulanya digunakan pada usaha penggemukan babi—menggunakan clenbuterol. Pebisnis percaya bahwa pemakaian zat tersebut tak cuma mengurangi lemak. Pemakaiannya juga bisa menyebabkan lemak tidak mengumpul di satu titik, tapi tersebar merata. Maka secara fisik bagus untuk diolah menjadi daging steak. Di Inggris, clenbuterol juga ditambahkan ke pakan kuda pacu yang mengalami alergi atau sesak napas.

Meski tergolong obat manusia, Fadjar menambahkan, bukan berarti beta2-agonist aman dikonsumsi orang. "Berbahaya juga. Makanya harus menggunakan resep dokter. Bila berlebihan, akan mengganggu kerja jantung, menjadi berdebar-debar, badan gemetar, dan berkeringat. Dirjen Peternakan, Akhmad menambahkan, telah melayangkan surat ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Lembaga inilah yang seharusnya mengawasi peredaran obat untuk manusia.

Kepala BPOM Roy Sparringa mengaku baru menerima surat dari Kementerian Pertanian. Ia menjelaskan, saat ini ada 70 salbutamol yang diproduksi dan terintegrasi pada 20 produsen. Sedangkan clenbuterol dibuat oleh satu produsen. Selanjutnya, berdasarkan data internal, BPOM meneliti jalur importasi, distribusi, dan pemasaran produk-produk itu. "Bisa saja bocor, tapi besar kemungkinan juga produk yang ada di pakan sapi itu produk ilegal yang masuk ke sini. Jadi perlu didalami dulu."

Guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Wiku Adisasmita, menganalisis efek beta2-agonist terhadap manusia yang mengkonsumsi daging sapi. Prinsipnya, hormon pertumbuhan sapi itu berpotensi mengganggu fungsi fisiologis dan hormonal manusia. "Bisa lebih rentan terhadap penyakit dan mengganggu sistem imunitas," ucap Wiku.

Kini Akhmad menunggu hasil uji laboratorium tahap kedua. Hasil sementara, dari 661 sampel, beberapa di antaranya masih menunjukkan positif terhadap beta2-agonist. "Kami akan bertindak, bekerja sama dengan BPOM. Karena ini menyangkut obat pada manusia."

Retno Sulistyowati, Gustidha Budiartie


Akhmad Junaidi, Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementerian Pertanian:
Desas-desus Sejak Dulu

Bagaimana Kementerian Pertanian menemukan beta2-agonist?

Kami mendengar desas-desus sejak 2011 tentang penggunaan obat terlarang itu. Makanya ada surat edaran Dirjen Peternakan sejak 2011 yang melarang penggunaan beta2-agonist karena bukan obat hewan. Baru sekarang kami menemukannya di pakan, daging, dan hati sapi.

Kenapa baru terdeteksi sekarang?

Karena pengujiannya bukan untuk beta2-agonist. Semua pengujian berdasarkan tujuannya. Karena isu atau desas-desus itu, kami mencari tahu.

Anda menegur pengusaha?

Tentu, kami panggil. Tapi tidak ada feedloter yang mengaku. Katanya tidak mencampurkan. Perusahaan feedloter kebanyakan meramu sendiri pakan. Karena tidak mengaku, mereka kami minta bikin surat pernyataan bahwa tidak menggunakan obat ini.

Pengusaha mempertanyakan akurasi metode uji laboratorium Anda?

Ada metode Elisa dan HPLC (high-performance liquid chromatography). Elisa sensitivitasnya tinggi, tapi tidak spesifik. HPLC sensitivitasnya rendah, tapi spesifik. Itu bisa dipastikan bahannya. Tapi di Indonesia belum ada. Kami menguji ke Singapura.

Apa sanksi bagi perusahaan yang terbukti memakai obat ini?

Bisa dibekukan izinnya, ditarik, tidak boleh selamanya.

Bahan obat asma untuk pakan ternak. Apa kegunaannya?

Meningkatkan konversi pakan. Kalau biasanya bobot sapi naik 1 kilogram, dengan tambahan bahan ini bisa naik 1,5 kilogram, misalnya.

Dikonsumsi penderita asma aman-aman saja?

Itu di bawah kontrol dokter. Dalam dosis yang sangat terukur.

Efek pada manusia yang mengkonsumsi daging sapi mengandung beta2-agonist?

Hipersensitif ke jantung. Menyerang saraf.

Johny Liano, Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo):
Pakai BA-2, Keluar dari Apfindo

Benarkah ada pro-kontra atas penggunaan beta2-agonist (BA-2) di Apfindo?

Anggota kami ada 38 perusahaan yang target pasarnya sama, komoditasnya sama. Masing-masing punya formula ransum berbeda-beda, sesuai dengan keahlian, research and development. Hasilnya beda kualitas, beda harga. Muncul kecemburuan, kecurigaan, jangan-jangan pakai ini.

Faktanya, Kementerian Pertanian menemukan indikasi pakan yang mengandung zat itu?

Kami dipanggil. Lantas mengadakan pertemuan internal. Mengapa bisa begini? Apfindo sepakat memacu produktivitas ternak yang berkualitas tanpa menggunakan bahan terlarang.

Kesepakatan tertulis?

Itu formal, ada notulen rapat. Kalau tidak sepakat, keluar dari Apfindo.

Surat edaran Direktur Jenderal Peternakan 2011 melarang penggunaan beta2-agonist?

Saya tidak pernah mendapat surat edaran. Mungkin untuk ayam.

Anda mengetahui beta2-agonist dilarang dari mana?

Undang-undang.

Ketika dipanggil Kesehatan Masyarakat Veteriner, sebagian besar anggota Anda berdalih tidak tahu dengan melempar masalah ke pemasok bahan baku pakan?

Itu satu hal. Makanya, ke depan, kami meminta pemasok declare. Perlu sertifikat laboratorium yang menunjukkan bahan ini free. Kedua, kami meminta uji laboratorium tetap akan dilanjutkan dengan HPLC.

Anda menolak metode uji Elisa yang dipakai Kementerian Pertanian?

Itu baru men-screening saja, tidak membedakan apakah BA-2 atau BA-1. BA-1 itu sudah ada izin edarnya, boleh digunakan.

Kenapa barang terlarang dipakai?

Kalau memakai obat itu tapi tidak mengikuti prosedur, risiko tinggi. Persoalan ini tidak main-main. Bisnis bisa ambruk. Nyatanya, anggota Apfindo tidak ada yang menolak menandatangani surat pernyataan. Artinya, ngapain harus takut?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus