Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kabar masuknya dua jenis industri berbeda dari jiran ini tentu sangat menggembirakan. Kehadiran mereka dapat menggairahkan upaya Indonesia untuk bangkit dari krisis ekonomi. Namun, simpan dulu optimisme Anda. Batu ujian sesungguhnya bagi Gus Dur adalah bagaimana pelaksanaan kedua proyek ini kelak.
Bagi Mustafa Zuhad Mughni, pengusaha yang juga Wakil Ketua Dewan Pimpinan Pusat Nahdlatul Ulama, rencana Gus Dur menghidupkan kembali Timor dapat membawa kemaslahatan bagi umat, asalkan dalam pengembangannya proyek mobil nasional tersebut mengikutsertakan produsen komponen lokal. Misalnya produsen pelek mobil di Ceper, Klaten, Jawa Tengah. "Dengan demikian, akan tercipta pemerataan rezeki (trickle-down effect)," ujar Komisaris PT Hawari Sekawan ini.
Namun, untuk industri sebesar mobil Timor, tidak mungkin bergantung pada industri kecil dan menengah semata. Peran investor strategis yang bersedia membenamkan modal jutaan dolar dan memiliki manajemen yang tangguh justru lebih penting.
Sejauh ini, baru si ibu kandung Timor, Kia Motors, yang telah memberikan lampu hijau untuk menanamkan modal. Malah, dalam pembicaraan dengan Gus Dur, Chairman Kia Motors, Chung Mong Koo, tidak hanya menjanjikan pasokan dana, tapi juga tekad untuk menjanjikan Indonesia pusat pengembangan mobil Kia di ASEAN. Sebagai tanda jadi, Kia Motors siap memasok US$ 100 juta ke Indonesia, April nanti.
Tekad besar Kia Motors ini tak urung mengundang tanda tanya. Maklum, tiga tahun silam, mereka sempat pingsan setelah terbelit utang sebesar 9,5 triliun won (sekitar Rp 35 triliun dengan kurs tahun 1997Red.) dan rugi hingga 125,6 miliar won. Akibatnya, pemerintah Korea Selatan terpaksa turun tangan melalui Bank Pembangunan Korea untuk menyelamatkan salah satu industri mobil terbesar kedua di Negeri Ginseng tersebut. Sayangnya, pejabat Kia Motors untuk urusan mobil nasional, Kim Soon Pay, menolak untuk berkomentar lebih lanjut tentang rencana perusahaannya menghidupkan si Timor, ketika dihubungi Agus Hidayat dari TEMPO.
Tanda tanya besar lain juga menyelimuti rencana proyek industri microchip alias keping pintar komputer. Korea Selatan memang dikenal sebagai pemain tangguh di bisnis ini dengan kehadiran Samsung Electronics Co. (SEC) atau Hyundai, yang menggandeng Semicon di pasar semikonduktor. SEC, misalnya, sempat memimpin di pasaran dunia dengan produk keping pintarnya yang bernama DRAM.
Zuhad menyatakan tidak tahu-menahu soal ini, tapi mengakui bahwa pihaknya memang tengah mengepakkan sayap bisnis di bidang komputer. Misalnya, rencana pembangunan cybercity dengan menggandeng pengusaha Edward Soeryadjayayang dulu pernah bekerja sama dengan NU dalam pendirian Bank Perkreditan Rakyat NU Summamelalui pembentukan PT Cybercity Indonesia.
Kota pintar yang bakal dibangun di bekas Bandara Kemayoran ini akan memiliki fasilitas komputer, internet, dan juga industri semikonduktor untuk memproduksi microchip. "Peminatnya banyak sekali. Kami tidak menutup kemungkinan kerja sama dengan siapa saja," tutur Edward.
Untuk mewujudkan mimpi besar ini, pagi-pagi Zuhad telah menggandeng L&M System dari Singapuraperusahaan program komputeruntuk mendirikan L&M System Indonesia. Investasi awal cybercity diperkirakan sebesar US$ 50 juta. Pekan silam, sebuah anak perusahaan Deutsche Telecom sepakat untuk memasok sepuluh persen dari modal awal ini ke PT Cybercity Indonesia.
Sisa kebutuhan dana cybercity akan ditalangi oleh L&M System Indonesia dan mitra usaha yang lain. Kandidatnya antara lain sebuah perusahaan telekomunikasi terkemuka di Asia dan, sebagaimana dituturkan sumber TEMPO, sebuah perusahaan internet asal Korea Selatan, DA.com, yang berkali-kali menyatakan minatnya untuk bergabung. Bisa jadi, dari sinilah muncul dugaan adanya paket two-in-one di balik negosiasi masuknya kembali Kia Motors ke Indonesia.
Widjajanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo