Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Hadiah Ramadan dari Yellen

13 Juni 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ANGKA penyerapan pekerja di Amerika Serikat yang mengecewakan diperkirakan menunda rencana Federal Reserve menaikkan suku bunga dolar Amerika akhir bulan ini. Pekan lalu, Kepala Federal Reserve Janet Yellen menekankan peningkatan ketidakpastian yang dihadapi ekonomi Amerika, dan para analis menerjemahkan ini sebagai sinyal bahwa kebijakan kenaikan suku bunga dolar akan diundurkan ke Agustus atau September.

Munculnya berita ini pada awal Ramadan memberi tambahan napas bagi rupiah dan beberapa mata uang regional lainnya. Rupiah kembali menguat di kisaran 13.200 setelah pekan sebelumnya rontok hingga hampir 13.700 per dolar Amerika. Tentu saja itu dibantu dengan intervensi Bank Indonesia, sehingga membuat cadangan devisa BI turun dari US$ 107,7 miliar ke US$ 103,6 miliar.

Pertanyaannya adalah sampai kapan tren ini dapat bertahan dan apakah BI akan melanjutkan penurunan suku bunga rupiahnya yang saat ini berada di level 6,75 persen?

Setiap Ramadan, roda perekonomian mendapat dorongan positif akibat naiknya konsumsi. Masalahnya, jika lonjakan permintaan ini tak disertai dengan persediaan bahan makanan yang cukup, dengan mudah inflasi akan melambung. Ujungnya, BI akan kesulitan melanjutkan penurunan suku bunga.

Pemerintah kelihatannya tak mau mengambil risiko. Itu sebabnya keran impor bagi sejumlah makanan pokok, seperti beras, bawang putih, cabai, bawang merah, dan daging sapi, dibuka lebar. BI pun sepertinya akan menunggu hingga habis Lebaran untuk menentukan apakah akan kembali menurunkan suku bunga, dengan catatan nilai rupiah dan inflasi terkendali.

Pemerintah tampaknya juga akan lebih mengandalkan peningkatan belanja negara untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Itu sebabnya revisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2016 menunjukkan pertumbuhan penerimaan pajak yang sangat agresif (23 persen dibanding rata-rata 8 persen selama tiga tahun lalu).

Ada juga rencana membiayai naiknya belanja ini dengan menerbitkan tambahan obligasi pemerintah. Keputusan perusahaan peringkat Standard & Poor's (S&P) yang tidak mengubah peringkat Indonesia pada satu tingkat di bawah investment grade cukup mengecewakan. Tapi agaknya ini tak sampai menghentikan usaha penerbitan obligasi pemerintah di pasar modal. Baru-baru ini penerbitan obligasi pemerintah sebesar 3 miliar euro mendapat respons pasar yang jauh di atas ekspektasi.

Perubahan asumsi pemerintah pada revisi anggarannya cukup menarik untuk dicermati. Terlihat kali ini pemerintah lebih percaya diri untuk menetapkan asumsi rupiah di level 13.500 per dolar dibandingkan dengan Rp 13.900 sebelumnya. Inflasi juga diproyeksikan mencapai 4,0 persen sesuai dengan target BI dibanding 4,7 persen sebelumnya. Namun asumsi harga minyak di angka US$ 35 per barel terlihat jauh lebih konservatif dari harga US$ 50 per barel sebelumnya, yang sebenarnya sudah cukup tepat memprediksi menguatnya tren harga minyak saat ini.

Walau ini pertanda baik bagi pendapatan pemerintah, mungkin hasilnya tak akan cukup menutup naiknya belanja negara. Itu sebabnya kebijakan amnesti pajak, yang sedang dibahas di parlemen, menjadi semakin penting agar selisih penerimaan dan belanja negara dapat tertutup. Tantangannya adalah sejauh mana kebijakan amnesti pajak dapat cepat disetujui parlemen agar dapat berdampak pada akhir tahun ini.

Beberapa tren menggembirakan memang mulai terlihat pada awal Ramadan ini. Konsumsi sudah mulai meningkat dan beberapa proyek infrastruktur besar mulai bergerak. Tapi, dengan sisa tahun ini tinggal tujuh bulan lagi, perbaikan ekonomi kita tampaknya akan lebih terasa pada 2017. l

Manggi Habir (kontributor Tempo)


KURS
Rp per US$
Pekan sebelumnya 13.695
13.231 Penutupan 9 Juni 2016

IHSG
Pekan sebelumnya 4.833
4.876 Penutupan 9 Juni 2016

INFLASI
Bulan sebelumnya 4,36%
3,33% Mei 2016 YoY

BI RATE
Sebelumnya 6,75%
6,75% 19 Mei 2016

CADANGAN DEVISA
29 April 2016
US$ 107,711 miliar
US$ miliar 103,591
31 Mei 2016

Pertumbuhan PDB
2015 4,73%
5,3%
Target 2016

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus