Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Sampit -Keberadaan kapal bermuatan CPO atau crude palm oil atau minyak sawit mentah MT Namse Bangdzod yang hilang saat perjalanan dari Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah menuju Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara sejak 27 Desember 2018 lalu, hingga kini masih misterius.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sempat muncul terdeteksi, tapi saat diperiksa di lokasi ternyata tidak ditemukan. Hingga saat ini dinyatakan masih 'missing' atau 'lost contact' dan masih dicari," kata Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan atau KSOP Sampit Thomas Chandra, di Sampit, Kamis.
Menurut Thomas, MT Namse Bangdzod dengan GT/NT 1128 merupakan kapal berbendera Indonesia. Kapal ini dioperasikan oleh PT Surabaya Shipping Lines yang berkantor pusat di Surabaya.
MT Namse Bangdzod dinakhodai Muhammad Asdar Wijaya, dengan anak buah kapal sebanyak 11 orang, yaitu Yanuardin Mendrofa dan Husni Mubarak sebagai mualim, Andi Tasyriq sebagai KKM, Satria Idam Sulistio dan Bambang Mulyono sebagai masinis, Agustinus Piter, Asrun Suriansa dan Dahar sebagai juru mudi, serta Wardani, Ardiyanto dan Dwi Wahyu Sabtono sebagai juru minyak.
"Kapal ini bertolak dari Sampit pada 27 Desember 2018 lalu dan seharusnya sudah sampai di Pelabuhan Tanjung Priok, namun hingga kini belum diketahui keberadaannya. Posisi terakhir hingga kapal saat hilang kontak berada di perairan dekat Pelabuhan Tanjung Priok," katanya pula.
Thomas mengatakan, pemerintah sedang berkonsentrasi mencari kapal tersebut secara maksimal. Hingga kini tidak ada penghentian pencarian meski belum ada tanda-tanda keberadaan kapal itu.
Rapat gabungan dilakukan 18 Januari lalu membahas pencarian kapal MT Namse Bangdzod. Tim terus melakukan pencarian tanpa berspekulasi kemungkinan kapal itu dirompak atau penyebab lain tanpa ada data valid.
Informasi terkait hilang kapal MT Namse Bangdzod telah disebar ke seluruh grup pelayaran di seluruh Indonesia supaya menginformasikan jika ada informasi. Pihak perusahaan kapal, pemilik muatan CPO, dan pihak keluarga juga ikut membantu pencarian.
"Untuk bicara yang kemungkinan lain itu harus ada data. Kalau kecelakaan ada batas waktu pencarian, kalau ini kan belum tahu. Titiknya juga tidak jelas," ujar Thomas, didampingi Kepala Seksi Keselamatan Berlayar Penjagaan dan Patroli KSOP Sampit Baslan Damang.
Sejumlah praduga muncul dari masyarakat terkait hilang kapal bermuatan CPO atau minyak sawit mentah ini, termasuk kemungkinan akibat ulah perompak atau pembajak, seperti pernah dialami kapal lain yang bertolak dari Sampit beberapa tahun lalu. Namun KSOP Sampit belum mau menanggapi spekulasi dugaan itu, karena tim masih melakukan pencarian.