DI Indonesia agaknya tidak dikendurkan upaya pengembangan sumber
energi alternatif sebagai akibat harga minyak bumi di pasaran
dunia semakin turun. Buktinya ialah pekan lalu Presiden Soeharto
meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang
yang berkapasitas 30 MW.
Tenaga panas bumi bersama batubara, tenaga air dan gas bumi
merupakan sumber energi alternatif utama yang sangat berarti
bagi Indonesia. Semua program pengembangan sumber energi itu
"tidak ada problem," ujar Dirjen Ketenagaan, Prof. Dr. Ir.
Samaun Samadikun pada TEMPO.
Kalaupun sementara ada hambatan, menurut Prof. Samaun, itu hanya
karena alokasi dana tahun anggaran ini diperketat. Tapi itu pun
tidak perlu mengganggu kelancaran berbagai program pengembangan,
"asal saja kita kerja dengan lebih baik lagi," ujar Dirjen itu.
Khususnya di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, kata Ir.
Wardiman, Asisten I Menteri Ristek, "kita melaksanakan on-going
projects." Artinya, pelaksanaan proyek yang sedang berjalan
tetap dilanjutkan.
BPP Teknologi antara lain giat menjalankan berbagai program
penelitian dan pengembangan sumber energi non konvensional
seperti tenaga surya, bio-gas dan etanol. "Jangka panjang upaya
ini tetap punya perspektif yang baik," ujar Ir. Koeswandi
Wasito, pimpinan proyek Pilot Plant Etanol dan Perkebunan Energi
BPP Teknologi. "Bahkan dengan kenaikan harga BBM dalam negeri,
harga etanol menjadi semakin menarik." Koeswandi memperkirakan
ongkos produksi 1 liter etanol kini sekitar Rp 300.
Pabrik etanol sedang dibangun di daerah transmigran Tulang
Bawang, Sum-Sel. Proyek itu diharapkan mulai berproduksi
Oktober-November nanti dengan kapasitas terencana 15.000 liter
sehari. Sementara pabrik etanol lainnya di Sulusuban Sum-Sel,
yang dibangun dengan bantuan (grant) dari Jepang, akan mulai
berproduksi Maret, lebih awal 2 bulan dari target. Kapasitasnya
diperkirakan mencapai 8.000 liter sehari. Bahan bakunya ialah
ubi jalar dan singkong, produksi kaum transmigran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini