KANTOR Pertamina Eksplorasi & Produksi (EP) Wilayah III,
Cirebon, kebobolan. Berbagai peralatan untuk pengeboran minyak
seperti bor bermata intan (diamond bit) dan pipa bor (drill
string) yang harganya bukan main, menguap dari gudang. Dugaan
sementara, menurut Kasi Pendak VIII Ja-Bar Letkol Pol J.J.
Manurip, Pertamina menderita rugi Rp 2,3 milyar.
Perkara itu nampaknya bukan sekadar pencurian biasa. Sebuah tim
dipimpin Letkol Pol. Hidayat Sutisna dari Bandung kini tengah
bekerja keras untuk mengungkapnya. Polisi Cirebon pun tak diam.
Akhir Januari lalu, mereka telah menemukan kembali sebagian
barang yang hilang. Jumlahnya 12 truk. Terdiri dari 253 jenis
barang berupa komponen peralatan untuk eksplorasi minyak. Selain
pipa dan bor bermata intan, didapati krangan (komponen mesin
bor) dan christmas tree (alat untuk mendistribusikan minyak dari
sumur ke pipa) yang beratnya 300 kilogram.
Bersamaan dengan itu, 12 tersangka telah ditangkap. Tiga di
antaranya karyawan Pertamina dan empat orang -- sungguh diluar
dugaan -- tak lain rekanan Pertamina EP Wilayah III sendiri.
Barang sebanyak 12 truk yang disita, memang diambil dari lima
buah toko milik rekanan Rertamina itu, beralamat di Jalan
Karanggetas, Jalan Bahagia dan Jalan Pekalangan. Semuanya di
Cirebon.
Peristiwa pencurian itu memang mengagetkan. Sebab gedung megah
berlantai tiga di Jalan Klayan itu selalu dijaga ketat. Masuk ke
dalam kompleks, orang paling tidak harus melewati dua pos
penjagaan. Maklum, selain ada beberapa gudang untuk menyimpan
peralatan pengeboran, di sana juga terdapat pelabuhan khusus
minyak.
Tak bisa lain, ada permainan dengan orang dalam. Semula, menurut
sebuah sumber, pihak EP Wilayah III hendak menyelesaikannya
secara intern. Tapi karena orang luar tersangkut, perkara itu
akhirnya dilaporkan ke polisi sekitar tiga bulan lalu. Dan
polisi cepat bisa mencium, ke mana kira-kira larinya
barang-barang yang dicuri. Sebab, kata Manurip, barang yang
hilang itu pemakainya terbatas, yaitu Pertamina sendiri.
Beberapa leveransir Pertamina di kota itu pun, yang sudah
beberapa lama adi rekanan, segera dicurigai:
Kebetulan, di antara rekanan itu ternyata ada yang mampu
menyediakan peralatan yang dibutuhkan Pertamina dalam waktu
relatif cepat. Ia sanggup mengadakan barang, yang harus diimpor
dari luar negeri, hanya dalam 20 hari. Padahal umumnya, rekanan
lain minta tenggang waktu sampai dua bulan. Kecurigaan polisi
bertambah kuat ketika di toko rekanan yang dicurigai, dijumpai
barang-barang Pertamina yang hilang dari gudang.
Tapi apakah mereka hanya sebagai tukang tadah atau justru yang
menjadi otapencurian, belum diketahui. Kedua belas tersangka,
termasuk empat rekanan itu, kini terus diperiksa.
Sementara menunggu hasil pemeriksaan, rupanya yang terjadi:
pencuri, bekeja sama dengan orang dalam, mengeluarkan
barang-barang dari gudang. Barang itu lalu jatuh ke tangan
rekanan, yang kemudian menjual kembali ke Pertamina sebagai
barang baru. Maka, kata Manurip, "bisa jadi barang yang sama
dijual sampai dua tiga kali ke Pertamina." Menurut sumber di
Pertamina Pusat (Jakarta, barang yang dicuri dari gudang
sebenarnya barang bekas. Artinya, peralatan itu sudah pernah
dipakai di lapangan. Tapi sebelum dijual kembali ke Pertamina,
peralatan itu telah digosok -- entah dengan cara bagaimana --
sehingga menyerupai barang yang baru keluar dari pabrik.
Kerugian Pertamina mungkin jauh lebih besar dari perkiraan Rp
2,3 milyar. Sebab pencurian serupa sudah terjadi sejak lama.
Bahkan menurut sebuah sumber, Pertamina EP Wilayah III Cirebon,
mengalami kebocoran sejak 1977, dan kerugian ditaksir sampai Rp
16,7 milyar.
Paling tidak, kata sumber itu lagi, pencurian dari gudang pernah
terjadi pada Juli 1981. Ketika itu, Sertu Oki Hendra dari Kores
852, Cirebon, memergoki tiga buah krangan. Komponen mesin bor
yang tak terlalu besar itu harganya di atas Rp 5 juta sebuah
Barang itu didapati di rumah seorang pengemudi Pertamina di Desa
Goa, Kecamatan Gegesik. Ia mengaku dititipi barang tersebut oleh
seorang kenalan yang bekerja di bagian pemasangan pipa
pengeboran.
Dari peristiwa itu, EP Wilayah III sebenarnya harus lebih
mengetatkan pengamanan di gudang yang menyimpan peralatan untuk
eksplorasi lepas pantai di Balongan dan Arjuna (Karawang) serta
sumur Cemara dan Mundu (Indramayu). Kini, selain 12 tersangka
yang ditangkap, ada sekitar 80 karyawan Pertamina EP III dari
bagian logistik dan petugas Satpam, yang ditanyai tim pimpinan
Letkol Pol. Hidayat. Sejumlah faktur (daftar nama barang) yang
diduga palsu, dan melampiri barang curian yang dijual kembali ke
Pertamina, juga tengah diteliti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini