Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Bobolnya Pertamina Di Cirebon

Kantor pertamina eksplorasi dan produksi wilayah III, cirebon, kebobolan. berbagai peralatan untuk pengeboran minyak dicuri & dijual lagi ke pertamina. permainan segi tiga yang melibatkan rekanan. (krim)

19 Februari 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KANTOR Pertamina Eksplorasi & Produksi (EP) Wilayah III, Cirebon, kebobolan. Berbagai peralatan untuk pengeboran minyak seperti bor bermata intan (diamond bit) dan pipa bor (drill string) yang harganya bukan main, menguap dari gudang. Dugaan sementara, menurut Kasi Pendak VIII Ja-Bar Letkol Pol J.J. Manurip, Pertamina menderita rugi Rp 2,3 milyar. Perkara itu nampaknya bukan sekadar pencurian biasa. Sebuah tim dipimpin Letkol Pol. Hidayat Sutisna dari Bandung kini tengah bekerja keras untuk mengungkapnya. Polisi Cirebon pun tak diam. Akhir Januari lalu, mereka telah menemukan kembali sebagian barang yang hilang. Jumlahnya 12 truk. Terdiri dari 253 jenis barang berupa komponen peralatan untuk eksplorasi minyak. Selain pipa dan bor bermata intan, didapati krangan (komponen mesin bor) dan christmas tree (alat untuk mendistribusikan minyak dari sumur ke pipa) yang beratnya 300 kilogram. Bersamaan dengan itu, 12 tersangka telah ditangkap. Tiga di antaranya karyawan Pertamina dan empat orang -- sungguh diluar dugaan -- tak lain rekanan Pertamina EP Wilayah III sendiri. Barang sebanyak 12 truk yang disita, memang diambil dari lima buah toko milik rekanan Rertamina itu, beralamat di Jalan Karanggetas, Jalan Bahagia dan Jalan Pekalangan. Semuanya di Cirebon. Peristiwa pencurian itu memang mengagetkan. Sebab gedung megah berlantai tiga di Jalan Klayan itu selalu dijaga ketat. Masuk ke dalam kompleks, orang paling tidak harus melewati dua pos penjagaan. Maklum, selain ada beberapa gudang untuk menyimpan peralatan pengeboran, di sana juga terdapat pelabuhan khusus minyak. Tak bisa lain, ada permainan dengan orang dalam. Semula, menurut sebuah sumber, pihak EP Wilayah III hendak menyelesaikannya secara intern. Tapi karena orang luar tersangkut, perkara itu akhirnya dilaporkan ke polisi sekitar tiga bulan lalu. Dan polisi cepat bisa mencium, ke mana kira-kira larinya barang-barang yang dicuri. Sebab, kata Manurip, barang yang hilang itu pemakainya terbatas, yaitu Pertamina sendiri. Beberapa leveransir Pertamina di kota itu pun, yang sudah beberapa lama adi rekanan, segera dicurigai: Kebetulan, di antara rekanan itu ternyata ada yang mampu menyediakan peralatan yang dibutuhkan Pertamina dalam waktu relatif cepat. Ia sanggup mengadakan barang, yang harus diimpor dari luar negeri, hanya dalam 20 hari. Padahal umumnya, rekanan lain minta tenggang waktu sampai dua bulan. Kecurigaan polisi bertambah kuat ketika di toko rekanan yang dicurigai, dijumpai barang-barang Pertamina yang hilang dari gudang. Tapi apakah mereka hanya sebagai tukang tadah atau justru yang menjadi otapencurian, belum diketahui. Kedua belas tersangka, termasuk empat rekanan itu, kini terus diperiksa. Sementara menunggu hasil pemeriksaan, rupanya yang terjadi: pencuri, bekeja sama dengan orang dalam, mengeluarkan barang-barang dari gudang. Barang itu lalu jatuh ke tangan rekanan, yang kemudian menjual kembali ke Pertamina sebagai barang baru. Maka, kata Manurip, "bisa jadi barang yang sama dijual sampai dua tiga kali ke Pertamina." Menurut sumber di Pertamina Pusat (Jakarta, barang yang dicuri dari gudang sebenarnya barang bekas. Artinya, peralatan itu sudah pernah dipakai di lapangan. Tapi sebelum dijual kembali ke Pertamina, peralatan itu telah digosok -- entah dengan cara bagaimana -- sehingga menyerupai barang yang baru keluar dari pabrik. Kerugian Pertamina mungkin jauh lebih besar dari perkiraan Rp 2,3 milyar. Sebab pencurian serupa sudah terjadi sejak lama. Bahkan menurut sebuah sumber, Pertamina EP Wilayah III Cirebon, mengalami kebocoran sejak 1977, dan kerugian ditaksir sampai Rp 16,7 milyar. Paling tidak, kata sumber itu lagi, pencurian dari gudang pernah terjadi pada Juli 1981. Ketika itu, Sertu Oki Hendra dari Kores 852, Cirebon, memergoki tiga buah krangan. Komponen mesin bor yang tak terlalu besar itu harganya di atas Rp 5 juta sebuah Barang itu didapati di rumah seorang pengemudi Pertamina di Desa Goa, Kecamatan Gegesik. Ia mengaku dititipi barang tersebut oleh seorang kenalan yang bekerja di bagian pemasangan pipa pengeboran. Dari peristiwa itu, EP Wilayah III sebenarnya harus lebih mengetatkan pengamanan di gudang yang menyimpan peralatan untuk eksplorasi lepas pantai di Balongan dan Arjuna (Karawang) serta sumur Cemara dan Mundu (Indramayu). Kini, selain 12 tersangka yang ditangkap, ada sekitar 80 karyawan Pertamina EP III dari bagian logistik dan petugas Satpam, yang ditanyai tim pimpinan Letkol Pol. Hidayat. Sejumlah faktur (daftar nama barang) yang diduga palsu, dan melampiri barang curian yang dijual kembali ke Pertamina, juga tengah diteliti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus