SUATU malam, di sebuah kamar Hotel Hilton International, dua orang yang tampak serius berbicara. Yang seorang eksekutif bank beken, yang wajahnya sering muncul di media massa. Lawan bicaranya, seorang asing, ditawari untuk pindah ke bank eksekutif tadi, dengan gaji lebih besar. Kira-kira begini proses kepindahan seorang pentolan The Chase Manhattan Bank ke sebuah bank swasta nasional. Pegawai Chase dan juga Citibank, kerap jadi incaran bank-bank lokal. Se jak Pakto digulirkan tiga tahun lalu, puluhan eksekutif dari dua bank asing itu terbang ke bank lain. Memang, akibat dereguIasi perbankan itu telah terjadi ledakan pembukaan bank. Sedangkan tenaga yang siap pakai belum tersedia. Di balik lika-liku bajak-membajak manajer itu, ada peran penting yang dimainkan konsultan atau lebih populer disebut headhunter. Tapi jangan kaget, headhunter ini hanya mau membajakkan pegawai atau manajer yang gajinya di atas Rp 3 juta sebulan. "Di bawah itu, sorry saja, kami tak melayani," ujar seorang konsultan berkebangsaan Amerika. Salah satu headhunter adalah Sampoerna Executive Resources Center (SERC). Anak perusahaan Sampoerna Group ini, dengan anggaran Rp 3 milyar, semula dibentuk untuk memenuhi kebutuhan sendiri akan sumber daya manusia. Namun, karena banyak permintaan dari perusahaan lain, Sampoerna pun membentuk Executive Search, di bawah divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia. Selain SERC, ada nama beken, seperti SGV Utomo, Price Waterhouse, atau Indonesia Executive Search yang dikelola perorangan. "Biro" headhunter itu biasanya punya ribuan nama eksekutif yang difile dalam komputer. Jika ada yang membutuhkan, si konsultan tinggal buka file. Walau belum tentu nama-nama itu cocok dengan keinginan pemesan. Konsultan sering memasang iklan di media massa. "Cuma, biasanya, eksekutif puncak kurang respon pada iklan," ujar Elita D. Nugroho dari SERC. Menurut pengamatan para konsultan itu, perusahaan yang berkembang pesat adalah mereka yang memanfaatkan jasanya dalam mencari manajer. Mereka tak perlu memilih dan mendidik lagi pegawainya. Kecuali lama, biaya pun tak kurang dari Rp 20 juta sampai Rp 30 juta seorang, termasuk gaji selama setahun pendidikan. Yang banyak memanfaatkan jasa headhunter antara lain bank. Juga ada beberapa BUMN yang minta tolong headhunter ini, termasuk Merpati Nusantara Airline (MNA). Tugas paling sulit adalah mencari eksekutif puncak. Diperlukan kontak berkali kali dan secara rahasia. Setelah sampai ada tanda-tanda berminat, barulah dilakukan negosiasi. "Biasanya sih di hotel berbintang atau restoran terkenal," ujar seorang konsultan. Bajak-membajak manajer tentu saja tak sama dengan main sambar babu. Ada aturan mainnya. Yang pertama, menurut Kemal A. Stamboel, Managing Director Price Waterhouse, si konsultan biasanya tak mengincar manajer perusahaan kliennya. Kedua, kerahasiaan klien maupun pegawai yang dibajak harus dijaga. Dan yang penting lagi, si konsultan tak akan merekrut orang yang sama dalam waktu yang relatif pendek untuk dipindahkan ke tempat lain. Untuk jasa menyediakan tenaga eksekutif tadi, si konsultan biasanya menarik fee antara 15% dan 20% dari penghasilan kotor si manajer dalam setahun. Bila manajer yang dicari tergolong sulit, konsultan bisa memasang tarif 30%. Atau ada juga yang menarik fee secara paket. Untuk jabatan direktur dikenakan Rp 10 juta, dan untuk jabatan manajer sedikit di bawahnya. Dengan demikian, telah terjadi bisnis baru, mat comblang manajer. Bambang Aji
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini