Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Holding Penerbangan dan Pariwisata Mulai Berbenah

Pada tahap pertama, holding penerbangan beranggotakan lima perusahaan. 

6 Oktober 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Bandara I Gusti Ngurah Rai yang dikelola Angkasa Pura I di Kuta, Bali, 10 Mei 2021. Johannes P. Christo untuk TEMPO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) mulai memetakan potensi anggota holding penerbangan.

  • Anggota holding penerbangan akan menjadi pengelola aset hasil konsolidasi.

  • Proses inbreng untuk holding BUMN penerbangan sedang berjalan.

JAKARTA - Peleburan enam badan usaha milik negara (BUMN) bidang penerbangan dan pariwisata akan diikuti pembenahan internal. Direktur Utama PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero), Dony Oskaria, mengatakan induk usaha atau holding yang ia pimpin mulai memetakan potensi dan kekurangan anggotanya. “Masing-masing anggota akan kami benahi hingga menjadi global player,” kata dia kepada Tempo, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: SK-336/MBU/10/2021 yang terbit pada 4 Oktober lalu mengukuhkan jajaran direksi dan komisaris PT Aviasi Pariwisata Indonesia. Entitas yang menjadi holding penerbangan dan pariwisata ini awalnya bernama PT Survai Udara Penas (Persero). Nama dan statusnya berubah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pengunjung berfoto di kompleks Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, 17 September 2021. ANTARA/Anis Efizudin

Pada tahap pertama, holding ini beranggotakan PT Angkasa Pura I (Persero); PT Angkasa Pura II (Persero); PT Hotel Indonesia Natour atau HIN (Persero); PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (Persero); serta PT Sarinah (Persero).

Dony mengatakan proses inbreng atau penyuntikan modal untuk holding sedang berjalan. “Sambil menunggu peraturan pemerintah (PP), kami susun road map untuk setiap anggota yang sudah bergabung dulu,” tuturnya.

Menurut Dony, setiap anggota holding ditargetkan menjadi pengelola aset hasil konsolidasi. HIN, yang merupakan bagian dari Grup Inna, akan mengelola 112 hotel milik anggota holding. “Sekarang operatornya berbeda-beda,” ucap Dony. “Secara bertahap, kami satukan di bawah HIN agar bisa berkompetisi dengan operator hotel internasional.”

Skala bisnis PT Taman Wisata Candi alias TWC yang mengelola kawasan wisata pun akan diperluas. Saat ini, perusahaan pariwisata tersebut mengelola Candi Borobudur di Jawa Tengah, Candi Prambanan dan Ratu Boko di Yogyakarta, serta baru mengambil alih pengoperasian Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di DKI Jakarta. Dony yakin jasa TWC akan dipakai para pengelola destinasi wisata di daerah yang ingin asetnya dikelola secara profesional oleh BUMN.

-

“Pasti banyak operator kawasan yang ingin wilayahnya dibenahi,” ujarnya. Gabungan Angkasa Pura I dan II ditargetkan menyaingi pengelola internasional. Adapun Sarinah akan memimpin usaha retail dan aset mal para anggota holding.

Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, memastikan beberapa perusahaan lainnya akan menyusul masuk holding. PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) dijadwalkan masuk setelah menyetor modal menjelang akhir tahun ini. Adapun PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dijadwalkan bergabung pada 2023 setelah merampungkan restrukturisasi. “Kami tidak mau holding ini membawa beban,” ucap Arya, kemarin.

Pada Juli lalu, Kementerian BUMN mengusulkan penyertaan modal negara (PMN) Rp 9,3 triliun untuk mendukung kinerja para anggota holding menjelang konsolidasi. Namun belum ada kelanjutan soal pengajuan tersebut.

Direktur Utama PT Sarinah (Persero), Fetty Kwartati, memastikan para anggota holding aviasi pariwisata siap mengeksekusi rencana kerja yang sedang diselesaikan. Menurut dia, integrasi konsumen yang dikelola para anggota tak akan rumit. “Customer Sarinah termasuk wisatawan yang juga pengguna bandara dan hotel,” katanya.

Menteri BUMN Erick Tohir dan Direktur Utama PT. Sarinah (Persero) Fetty Kwartati meninjau pembangunan gedung Sarinah di Jakarta, 28 September 2021. TEMPO/Muhammad Hidayat

Sebelum dilebur, Fetty meneruskan, produk Sarinah pun sudah terjual di gerai bandara ataupun kawasan wisata prioritas. “Holding mempermudah bundling produk.” Vice President Corporate Secretary PT Angkasa Pura I (Persero), Handy Heryudhitiawan, mengatakan akan membuka peluang kolaborasi antar-anggota. “Terutama soal sharing sumber daya untuk menekan biaya operasional,” kata dia.

Presiden Direktur Aviatory Indonesia, Ziva Narendra Arifin, mengharapkan rencana kerja yang matang dan konkret dari manajemen holding BUMN penerbangan. Dia memberi contoh, bandara milik Angkasa Pura bisa langsung dioptimalkan sebagai pendukung penerbangan carter ke area wisata terpencil. “Harus ada kreativitas dalam pemasaran, baik kepada pangsa pasar domestik maupun internasional,” ujarnya.

FRANSISCA CHRISTY ROSANA, YOHANES PASKALIS

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus