Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Hotel di DIY Catat Okupansi 87 Persen Selama Libur Nataru

PHRI Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyebut rata-rata okupansi atau keterisian kamar hotel mencapai 87,23 persen selama periode Nataru.

2 Januari 2025 | 16.55 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Hotel Tentrem Yogyakarta. Foto: IG @hoteltentremyogyakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyebut rata-rata okupansi atau keterisian kamar hotel di provinsi ini mencapai 87,23 persen selama periode libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024-2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketua PHRI DIY Deddy Pranowo Eryono saat dihubungi di Yogyakarta, Kamis, mengatakan angka itu meleset dari target yang dipatok sebesar 90 hingga 95 persen selama libur akhir tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Setelah kami evaluasi, ternyata wisatawan banyak yang 'kesedot' (menginap) di kampung wisata, kemudian, homestay, desa wisata, dan vila yang bukan anggota kami. Jadi, tidak masuk dalam data kami," ujar Deddy.

Khusus untuk perhotelan di wilayah tengah DIY atau pusat Kota Yogyakarta, ia mencatat keterisian kamar tertinggi masih bisa menyentuh 90-95 persen.

Deddy menduga banyaknya wisatawan yang memilih tempat menginap selain hotel dipengaruhi tarif sewa kamar yang lebih murah.

"Termasuk tempat-tempat indekos harian. Pengunjung juga 'kesedot' ke situ," ucap dia.

Pola tersebut, menurut dia, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang masih mampu mencatatkan okupansi rata-rata 90 persen.

Kendati penginapan di kampung-kampung wisata maupun desa wisata berada di bawah binaan dinas pariwisata, Deddy mengatakan seharusnya tetap dipungut pajak akomodasi sehingga lebih adil dan tidak meredupkan pangsa pasar hotel.

"Mereka lebih murah karena enggak ada beban pajak. Jadi sebetulnya kalau dari PHRI (melihat) pemerintah kebocoran," ujar dia.

Deddy mengakui selama periode Nataru hotel anggota PHRI DIY sepakat melakukan penyesuaian tarif sewa kamar dengan batas maksimal 70 persen.

Meski begitu, rata-rata hotel tidak berani memasang tarif terlalu tinggi karena harus bersaing dengan homestay, vila, desa wisata, dan kampung wisata.

Menurut dia, sebagian besar tamu hotel selama libur Nataru berasal dari DKI Jakarta, disusul Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah, dengan kategori wisatawan keluarga dengan rata-rata lama tinggal masih berada di angka 2 hingga 2,8 hari.

Setelah puncak libur Nataru, Deddy mengakui okupansi hotel di DIY turun drastis. Per 1 Januari 2025 rata-rata okupansi merosot menjadi 60 persen.

Meski demikian, pelaku bisnis perhotelan di DIY optimistis pada pertengahan Januari 2025 okupansi kembali merangkak naik didukung rombongan pelajar yang mengadakan tur sekolah.

"Insyaallah pertengahan Januari naik lagi tapi didominasi rombongan pelajar," ujar dia.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus