Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Eksistensi koperasi kian tergerus. Padahal, lembaga keuangan ini telah hadir di Tanah Air sejak 1906. Ketua Umum Koperasi Simpan Pinjam (Kospin) Jasa, Andy Arslan Djunaid, mengakui bahwa citra koperasi di mata masyarakat jelek. Penyebabnya adalah ulah pengurus koperasi yang tidak profesional dan kurangnya dukungan regulasi. Berikut ini petikan wawancara Andi Ibnu dari Tempo dengan pemimpin koperasi terbesar di Indonesia tersebut di kantornya, pekan lalu.
Pamor koperasi makin surut, apa penyebabnya?
Kalau ada yang bilang koperasi jadul, itu benar. Kesan koperasi di masyarakat sekarang jelek dan kampungan. Anak muda tahu saja tidak, apalagi tertarik. Bahkan ketika ditanya koperasi terbesar itu apa, pasti banyak yang tidak tahu.
Kalau zaman kakek-bapak dulu, orang lebih bangga ikut koperasi daripada perbankan. Sekarang paling koperasi itu kesannya cuma jual makanan-minuman. Terus enaknya, kalau Anda beli di koperasi kantor, bisa ngutang, kan? Ha-ha-ha.
Menurut saya, kesalahan ada di koperasi itu sendiri yang bikin citranya jelek. Contohnya kasus Koperasi Cipaganti dan Koperasi Langit Biru. Belum lagi berita tentang oknum pengurus koperasi yang menilep uang nasabah. Sistem kapitalisme itu kan kejam. Yang tidak berbenah akan sulit bersaing.
Apa bukti koperasi tak dilirik lagi?
Misalnya Anda punya Rp 1 miliar yang tidak tahu mau diapakan duitnya. Duit Anda ini merupakan peluang buat kami, juga perbankan. Koperasi datang menawari Anda supaya mau menyimpan uangnya di kami. Kami tawarkan bunga tinggi dan semua yang ditawarkan perbankan. Tapi, perbankan cukup menawarkan satu hal yang sederhana: jaminan negara. Langsung kalah telak saya. Mau dikasih bunga deposito yang lebih besar daripada perbankan juga sia-sia.
Pembenahan apa yang diperlukan?
Koperasi selalu berkutat pada idealisme kuno. Sudah kuno, bangga pula tanpa memikirkan perubahan zaman. Sedangkan lembaga bisnis lain sudah memberi perhatian ke teknologi informasi dan inovasi produk hingga layanan. Masyarakat kan sangat pragmatis dan rasional. Sebelum masuk koperasi, yang pertama dilihat itu ada-tidak manfaat yang bisa didapat.
Bagaimana komunikasi dengan pemerintah, ada upaya perbaikan?
Pemerintah cuma bisa bilang, "Iya, akan kami pelajari." Atau, "Sebenarnya kita sudah jalankan." Itu saja diulang-ulang. Kementerian Koperasi juga pasti akan kesulitan untuk membuat kebijakan, wong pendataan koperasi saja masih manual.
Menteri Koperasi pernah berpidato bahwa ada 200 ribu koperasi, tapi ternyata hanya 80 ribu yang masih aktif. Saya tidak yakin itu data konkret. Pemerintah mau membuat LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) untuk koperasi. Tidak akan berhasil kalau pendataan dasarnya saja belum benar.
Ada wacana koperasi akan di bawah pengawasan OJK. Anda setuju?
Saya sih setuju saja dengan ide tersebut. OJK punya standardisasi dan pemeringkatan di sektor perbankan. Bank buku I-IV seperti apa, lengkap dengan insentifnya. Adanya insentif dan pemeringkatan ini akan memacu koperasi berkembang. Misalnya Kospin Jasa ditaruh di buku II, akan saya uber supaya sampai ke buku IV.
Bagaimana Kospin Jasa bisa bertahan?
Kospin Jasa sudah berumur 42 tahun dan menjadi yang terdepan dengan aset Rp 5,8 triliun. Kami memiliki 130 cabang dengan jumlah karyawan 1.400 orang dan 8.000 anggota. Seluruh anggota kami asuransikan. Tiap hari raya ada THR. Kami juga punya gedung di jalur protokol Jakarta.
Saya meniru model bisnis perbankan. Semua bank besar pasti memiliki asuransi, manajemen aset, hingga bisnis syariah. Saya tidak peduli dibilang kolonialisasi koperasi. Toh, dengan cara itu saya berhasil mempertahankan Kospin Jasa hingga seperti ini. Boleh dicek, nilai-nilai jadul koperasi tetap kami pertahankan, kok.
Ada tip untuk orang yang mau mendirikan koperasi?
Sulit. Idealisme dan nilai-nilai koperasi jangan lagi dijadikan nomor satu. Selain perlu modal besar, tantangan datang dari perizinan. Setiap daerah memiliki standar perizinan yang berbeda. Maaf-maaf saja, kepala dinas banyak yang tidak mengerti koperasi dengan baik. Kalau tidak arogan, ya, ujung-ujungnya minta duit. Nasib koperasi semakin kritis jika tidak ada perubahan ekstrem dari semua pihak.
Biodata
Lahir: Pekalongan, 5 Juli 1971
Jabatan:
Pendidikan:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo