Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Stimulus Amerika Serikat mengancam pergerakan IHSG.
Insiden kapal di Terusan Suez juga menjadi sentimen negatif bursa saham.
Sejumlah sektor diharapkan mampu menopang IHSG di tengah banjir sentimen negatif.
JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) diperkirakan masih akan melemah akibat sejumlah sentimen negatif. Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuabi, mengatakan faktor eksternal, terutama yang ditimbulkan kebijakan pemerintah Amerika Serikat, membuat IHSG sulit keluar dari zona merah. “IHSG masih fluktuatif, tapi kemungkinan besar kondisi pekan lalu bisa masih akan terulang," kata dia kepada Tempo, akhir pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BEI mencatatkan pergerakan negatif IHSG pada 22–26 Maret lalu. Bila dibandingkan dengan saat penutupan pekan sebelumnya, IHSG turun 2,53 persen dari 6.356 menjadi 6.195. Kapitalisasi pasar turun 2,24 persen dan rata-rata volume transaksi harian melemah 6,79 persen, dari 16.793 miliar saham pada dua pekan lalu menjadi 15.653 miliar saham.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam pembukaan perdagangan akhir pekan lalu, IHSG melemah 0,12 persen pada level 6.109. Namun, pada sesi penutupan, IHSG naik 1,19 persen menjadi 6.195.
Menurut Ibrahim, stimulus Covid-19 yang dikucurkan Presiden Amerika Serikat Joe Biden sebesar USS 1,9 triliun (Rp 27 ribu triliun) memiliki risiko untuk negara berkembang, termasuk Indonesia. Aliran modal investor asing bisa berbalik arah ke Amerika Serikat dan negara maju lainnya.
Bila perekonomian Negeri Abang Sam pulih dengan cepat, kata Ibrahim, The Federal Reserve bisa saja menaikkan suku bunga acuan. Berkebalikan dengan Bank Indonesia, yang menurunkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate ke level 3,5 persen. “Faktor eksternal tak menguntungkan pasar saham saat ini,” tutur dia
Meski begitu, Ibrahim meyakini IHSG akan kembali ke zona hijau dalam waktu dekat, ditopang pergerakan saham perbankan, industri kelapa sawit, ataupun farmasi. “Tinggal menunggu sentimen negatif dari luar negeri mereda.”
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia, Haryadi Ramelan, optimistis pemulihan ekonomi Amerika bakal berdampak positif pada kinerja perdagangan luar negeri. "Akan memberi ruang meningkatnya permintaan," katanya.
Komplek perkantoran Bank Indonesia, Jakarta. Tempo/Tony Hartawan
Ekonom dari Center of Reform on Economics Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, mengatakan lesunya IHSG juga disebabkan oleh beberapa isu negatif, seperti terhambatnya jalur perdagangan karena insiden macetnya kapal di Terusan Suez, Mesir, serta munculnya kekhawatiran terhadap gelombang lanjutan Covid-19.
Negara-negara di Eropa menetapkan karantina untuk mencegah pandemi Covid-19 gelombang ketiga. “Kondisi IHSG akan sama,” ucapnya, kemarin. Isu ekonomi domestik, kata Yusuf, akan mempengaruhi sikap investor. “Misalnya pertumbuhan ekonomi di kuartal I yang sepertinya masih di area negatif.”
Larangan mudik Idul Fitri, menurut Yusuf, bisa membawa efek buruk di bursa saham. Sebab, kata dia, pergerakan uang menjelang Idul Fitri berpotensi menurun. Untuk diketahui, pemerintah memberlakukan larangan bepergian ke luar daerah pada 6-27 Mei. Kebijakan itu diputuskan untuk menekan potensi penularan Covid-19 setelah angka penularan dan kematian terus meningkat dan bed occupancy rate (BOR) atau keterisian tempat tidur rawat inap masih tinggi.
AHMAD FAIZ | MUHAMMAD HENDARTYO | YOHANES PASKALIS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo