Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Imc (pesero) tumbang

Pt indonesia motor company (imc) yang merakit mobil rumania akan dilelang. pt krama yudha surabaya majapahit motor (ksmm) ditutup. akibat lesunya pemasaran dan pertimbangan efisiensi.(eb)

31 Mei 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INI lesunya penjualan kendaraan komersial, hawanya sudah sampai ke industri perakitan. Paling tidak sangat terasa bagi PT Indonesia Motor Company (IMC), milik pemerintah, yang merakit mobil buatan Rumania. Pekan lalu Direktur Jenderal Industri Mesin dan Logam Dasar (IMLD), Eman Yogasara, mengatakan bahwa ada kemungkinan perusahaan ini akan dilelang. Tidak hanya itu. Ternyata, PT Krama Yudha Surabaya Majapahit Motor (KSMM), yang produksinya dulu terkenal sebagai raja jalanan, pekan lalu juga dinyatakan ditutup, dan karyawannya di-PHK. Namun, yang terkena bukan hanya 350 karyawan KSMM. Rupanya, mumpung ada kesempatan, Krama Yudha juga mem-PHKkan 150 karyawannya yang bekerja di Jakarta. Alasannya cukup kuat. "Pasar kendaraan bermotor dalam lima tahun terakhir menurun drastis," kata Sjarnoebi Said, Presiden Direktur Krama Yudha Group (KYG). Maka, tak heran penjualan KYG, yang pada 1984 masih bisa mencaDai 34 ribu unit. tahun lalu turun menjadi 27 ribu unit. Dari jumlah itu KSMM, yang memiliki kapasitas terpasang 3.000 unit, hanya mampu berproduksi 200 per bulan. Lagi payah memang. Padahal, untuk mencapai titik impas, sedikitnya KSMM harus merakit 250 unit. Dengan jumlah rakitan yang minimum itu, selama dua tahun terakhir, terpaksa KSMM bekerja dengan merugi. Tapi kerugian yang terjadi belum merupakan alasan kuat untuk menutup KSMM. "Kalau saja tidak ada pertimbangan efisiensi dari Krama Yudha sebagai grup," kata sebuah sumber di KSMM. Hal ini diakui Sjarnoebi: sepanjang 1985 KYG rugi Rp 12,6 milyar dan kerugian 1986 diduga akan mencapai Rp 10 milyar. Dengan ditutupnya KSMM, praktis perakitan truk Fuso dan Colt Diesel dipindahkan ke perakitan di Jakarta, juga milik KYG. Sebab, PT Krama Yudha Kesuma Motor yang merakit sedan dan kendaraan niaga kecil, serta Krama Yudha Ratu Motor yang merakit truk (keduanya ada di Jakarta), produksinya saat ini belum mencapai kapasitas terpasang, 100.000 unit. Dengan mengalihkan perakitan ini, sedikitnya KYG bisa menghemat ongkos angkut komponen Jakarta-Surabaya dan biaya-biaya lainnya. Konon, pemerintah, yang memegang 15% saham KSMM, menyetujui memindahkan perakitan itu. Sementara itu, untuk IMC, yang sebagian besar sahamnya dimiliki pemerintah, tampaknya belum ada alternatif lain, kecuali likuidasi. Sebab, kata Dirjen IMLD Eman Yogasara, perakit dan yang memasarkan mobil merk Bucegi dan Aro itu sejak 1979 praktis tidak beroperasi lagi. Alasannya sama, IMC tidak mampu mengembangkan usahanya. Tidak semua pabrik perakitan saat ini mati langkah. PT Gaya Motor (GM), misalnya, yang merakit merk Daihatsu, Peugeot, Renault, dan Nissan Diesel, hingga sekarang masih mampu berproduksi dengan layak. Jumlah mobil yang dirakitnya pun sejak Januari naik. Pada Januari, GM merakit hampir 2.500 unit, dan jumlah ini naik pada April lalu menjadi lebih 3.700 unit. "Ini berkat kerja sama yang baik dengan agen tunggal sebagai pemberi order," kata Ir. Achmad Sajoeti, Direktur Umum GM. Wajar, memang, kalau GM lebih mudah melaju dibanding para pesaingnya. Sebab, selain yang dirakitnya merupakan merk-merk laris, peranan agen tunggal sebagai pemberi order sekaligus pemegang saham tampaknya menentukan. Grup Astra misalnya, yang diwakili PT Astra International dan PT Multi Astra, menguasai 55,36% saham GM. Sehingga, mau tidak mau, agen tunggal pun harus menjaga kelangsungan hidup pabrik perakitannya. "Tapi hubungan itu tidak menjamin order kami," ujar Achmad. Sebab, apa pun, kelancaran order sangat bergantung pemasaran, katanya. Nah, apa pun, terbukti masih ada alternatif lain bagi semacam IMC selain dilikuidasikan. Dengan merger, misalnya. Budi Kusumah, Laporan Yopi H. (Surabaya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus