Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Provinsi Bali mengharapkan panitia penyelenggara pertemuan IMF-World Bank agar turut mempromosikan kesenian daerah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Apalagi ini level dunia, supaya nanti tidak sampai mengecewakan nama negara kita sebagai tuan rumah, dan juga membawa nama buruk bagi Bali," kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Dewa Putu Beratha di Denpasar, Selasa, 21 Agustus 2018.
Menurut Dewa Putu Beratha, tidak jarang dalam sejumlah kegiatan nasional dan internasional yang diselenggarakan di Bali, panitia yang melibatkan event organizer (EO) justru sering mencari kesenian yang terkesan "murahan", sehingga kualitas kesenian yang ditampilkan jauh dari harapan.
"Hal seperti itu tentu akan mengecewakan dan bisa membawa nama buruk bagi Bali. Kami tidak ingin hal ini sampai terjadi dalam pertemuan IMF-World Bank pada Oktober mendatang," ujarnya.
Dewa Putu Beratha mengaku sudah beberapa kali mengingatkan hal tersebut setiap kali rapat dengan pemerintah pusat. "Oleh karena itu, agar betul-betul EO yang bertanggung jawab yang menangani seni budaya, sehingga bisa ditampilkan kesenian Bali maupun kesenian daerah lain yang bermutu di mata tamu-tamu internasional," ucapnya.
Di sisi lain, pihaknya sampai saat ini masih menunggu kepastian dari IMF terkait rencana penampilan pawai budaya Bali di sela-sela pertemuan tersebut. "Kami sudah menyiapkan dana Rp 1 miliar, sesuai dengan arahan Bapak Presiden maupun Bapak Gubernur Bali. Kami sampai saat ini terus berkoordinasi dengan Sekretariat Panitia Nasional (Sespanas) IMF," katanya.
Adapun pertemuan tahunan IMF-World Bank dijadwalkan berlangsung 8-14 Oktober 2018 di Nusa Dua, Kabupaten Badung yang rencananya dihadiri sekitar 17 ribu delegasi dari 189 negara. Selain dihadiri sejumlah kepala negara, pertemuan akbar itu juga dihadiri para menteri keuangan atau menteri ekonomi, gubernur bank sentral masing-masing negara, serta sejumlah pelaku ekonomi dan keuangan dunia lainnya.
ANTARA