Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum menebus 51,2 persen saham perusahaan tambang PT Freeport Indonesia senilai US$ 3,85 miliar atau Rp 55,8 triliun (dengan kurs Rp 14.500 per dolar AS). Aksi korporasi tersebut dilakukan setelah Inalum melunasi transaksi divestasi saham Freeport kemarin. "Ini merupakan momen bersejarah setelah PT Freeport beroperasi di Indonesia sejak 1973. Kepemilikan mayoritas ini akan kami gunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat," ujar Presiden Joko Widodo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk menguasai saham Freeport, Inalum menerbitkan obligasi valuta asing senilai US$ 4 miliar atau Rp 58 triliun. Selain membeli saham, sisa hasil obligasi digunakan untuk refinancing. Inalum menunjuk BNP Paribas, Citigroup, dan MUFG untuk menjadi koordinator underwriter (penjamin emisi) penerbitan obligasi. Adapun CIMB, Maybank, SMBC Nikko, dan Standard Chartered Bank ditunjuk sebagai mitra underwriter.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selepas transaksi saham ini, Freeport mengantongi izin usaha pertambangan khusus (IUPK) operasi produksi. Jokowi mengatakan syarat lain untuk mendapatkan IUPK sudah dituntaskan. Adapun izin usaha khusus operasi produksi baru bisa didapatkan Freeport jika empat syaratnya telah dipenuhi, yakni pelunasan transaksi divestasi 51 persen, kewajiban pembangunan smelter dalam lima tahun disepakati, kewajiban perubahan rezim kontrak karya ke IUPK disepakati, serta penerimaan negara harus lebih besar setelah perubahan rezim.
"Untuk hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan, yang berkaitan dengan smelter, semuanya juga telah terselesaikan dan sudah disepakati. Artinya, semuanya sudah komplet dan tinggal bekerja saja," kata Jokowi.
Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin memastikan perusahaan akan memberikan 10 persen sahamnya untuk pemerintah daerah Papua. Sebanyak 7 persen saham akan diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten Mimika dan 3 persen untuk Provinsi Papua. Porsi pemerintah daerah akan diberikan secara bertahap. Inalum menunggu pemerintah daerah membentuk badan usaha milik daerah (BUMD) provinsi dan kabupaten.
BUMD tersebut nantinya akan bergabung dengan Inalum untuk membentuk perusahaan konsorsium. Perusahaan ini yang nantinya akan mengoperasikan tambang di Papua tersebut. "Setelah BUMD terbentuk baru kami alihkan," kata Budi Gunadi.
Chief Executive Officer PT Freeport-McMorran Copper & Gold Inc, Richard Adkerson, mengatakan akuisisi saham Freeport oleh Inalum sangat menguntungkan. Pasalnya, perusahaan telah mendapatkan kepastian mengenai kelanjutan bisnisnya terkait dengan kerja sama dengan Inalum hingga 2041. Diperkirakan, dalam dua tahun ke depan, produksi PTFI akan jauh menurun karena cadangan di tambang terbuka akan habis. Dengan demikian, Richard mencanangkan adanya pengembangan operasi tambang.
Richard menjanjikan investasi sebesar US$ 20 miliar untuk mengalihkan operasinya dari tambang terbuka (open pit) ke tambang bawah tanah. Sejak 1990, Freeport menambang secara terbuka. Setelah divestasi saham, Freeport akan mengoperasikan tambang dalam yang terbesar di dunia. "Ini investasi yang sangat besar. Kami akan berinvestasi sebesar US$ 20 miliar sampai 2041."
Sebelumnya Inalum, Freeport McMoRan Inc. (FCX) dan Rio Tinto telah menandatangani sejumlah perjanjian sebagai kelanjutan dari pokok-pokok perjanjian (head of agreement/HoA) mengenai penjualan saham FCX dan hak partisipasi Rio Tinto di Freeport Indonesia ke Inalum pada September 2018. Perjanjian tersebut meliputi perjanjian divestasi Freeport Indonesia, perjanjian jual-beli saham PT Rio Tinto Indonesia (PTRTI), dan perjanjian pemegang saham Freeport Indonesia.
FRISKI RIANA | VINDRY FLORENTIN | LARISSA HUDA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo