DARI seluruh utang negara berkembang yang mencapai US$ 950 milyar, di tahun lalu, hampir US$ 446 milyar ternyata di tangan 17 negara - sebagian besar, tentu sudah diketahui, adalah negara-negara Amerika Latin. Menurut laporan Bank Dunia, Development and Debt Service, pekan lalu, Brasil mempunyai utang paling besar: lebih dari US$ 107,3 milyar, atau hampir tujuh kali volume penerimaan APBN Indonesia pada tahun ini. Menyusul kemudian Meksiko US$ 99 milyar, Argentina US$ 50,8 milyar, dan Venezuela US$ 33,6 milyar. Meksiko dan Venezuela, negara pengekspor minyak, diduga akan lebih sulit mengangsur karena harga minyak lagi jatuh. Bank swasta, yang mengenakan bunga agak tinggi dan bermacam-macam tingkatnya itu, komposisinya pukul rata mencapai 80% - untuk Venezuela bahkan hampir 100%. Karena itu, 17 negara harus membayar bunganya saja sampai US$ 106,9 milyar, padahal cicilan pinjaman pokoknya hanya US$ 88 milyar. Tertundanya cicilan, otomatis, menyebabkan bunga pinjaman jadi bunga-berbunga. Mengatasi utang tak bisa lagi dilakukan dengan memberikan pinjaman baru. Jalan keluarnya, "Mendorong pertumbuhan ekonomi mereka," tulis laporan itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini