KRISIS utang negara-negara berkembang kini menjadi topik besar dalam sidang tahunan - International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia (World Bank). Sidang tahunan ke-40 itu berlangsung pekan ini di Seoul, ibu kota Korea Selatan, yang kini merupakan negara pemllik utang terbesar nomor 4 di dunia (US$ 45 milyar). Sidang itu rupanya menjadi ajang perdebatan. Minimal ada tiga kelompok besar akan berdebat di situ, yakni kelompok negara maju (Eropa, Jepang, dan AS), Amerika Serikat sendiri, dan negara-negara berkembang. Negara-negara berkembang yang mempunyai Group 24 - yang terdiri dari delapan wakil Asia, Afrika, dan Amerika Latin - Agustus lalu di Washington mengeluhkan IMF terlalu keras menyusun kriteria sehingga gagal memenuhi aspirasi sebagian besar negara berkembang. G-24 itu mendesak agar kekayaan IMF ditingkatkan dan dana yang sudah dihentikan sejak 1981 disalurkan lagi tahun ini. Tapi AS sangat keras menolak usul itu. Presiden Ronald Reagan menginginkan dana Bank Dunia saja yang diperbesar lagi sekitar US$ 5,4 milyar. Bank Dunia, yang biasanya dipimpin orang AS, menyalurkan kredit jangka panjang untuk proyek-proyek pengembangan tertentu. Kendati sidang tahunan itu baru mulai Selasa, pertemuan sekitar 9.000 pejabat bank pemerintah 149 negara anggota itu sudah mulai bertarung suara sejak beberapa hari sebelumnya. Sebagian sudah mulai membelokkan suaranya. AS, misalnya, kabarnya menarik rencana usulnya tentang tambahan dana untuk World Bank dan IMF.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini