PT Inalum, sejak September-lalu, bagaikan perawan ditinggal pacar. Para pembeli aluminium di dalam negeri tak lagi memesan. Sebab, harga di luar negeri masih lebih murah kendati harus dikenai beban bea masuk dan ongkos angkut US$ 150 per ton. Harga di luar negeri hanya US$ 1.100 per ton, sedangkan harga Inalum US$ 1.450 per ton. Akibatnya, persediaan aluminium produksi Inalum untuk jatah pasar dalam negeri menumpuk sampai 44.000 ton lebih. Jumlah itu tidak termasuk 9.000 ton jatah importir Jepang, yang mestinya sudah diangkut awal Oktober ini. Tertundanya jatah importir Jepang itu, menurut manajer umum Inalum di Medan, O. Higuchi, mungkin karena jadwal kapal laut yang dicarter terganggu. "Importir Jepang tetap membeli aluminium Inalum, karena selain ini proyek persahabatan Jepang-Indonesia, juga mutu barang kita number one di dunia," kata Higuchi. Karena 12 importir di Jepang masih mau membeli, Inalum tak bersedia menurunkan harga untuk pasar dalam negeri yang cuma 25% dari hasil produksi. Bila harga diturunkan, kerugian akan makin besar. Ongkos produksi Inalum, menurut perhitungan Juni lalu hampir US$ 1.600 per ton, dan baru menguntungkan kalau dijual minimum US$ 1.700 per ton.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini