DOLAR Amerika mulai goyang. Kedudukan rupiah pun dikhawatirkan. Pekan lalu Prof. Sumitro Djojohadikusumo, sesudah bertemu Presiden, memperingatkan agar otoritas moneter hati-hati mengendalikan rupiah. Lampu kuning itu tampaknya perlu dinyalakan, mengingat bobot rupiah - yang terkait dolar dalam nilai tukar mengambang terkendali itu cukup besar. Kata para pengamat, melemahnya dolar sebagian besar karena banyaknya penerbitan surat berharga pemerintah dan perusahaan AS. Washington memang perlu menerbitkan banyak surat berharga untuk mencari dana, guna membiayai defisit anggaran belanjanya. Tahun lalu, besarnya defisit ini bisa ditolong berkat mengalirnya investasi asing ke negeri itu. Sampai September 1983 itu, investasi asing di AS mencapai US$ 49 milyar, sedangkan investasi oleh perusahaan Amerika di luar negeri hanya berjumlah US$ 28,5 milyar. Menurut Martin Feldstein, Ketua Dewan Penasihat Ekonomi bagi Presiden Reagan, tahun ini separuh dari investasi diharapkan datang dari penanaman modal asing. Tapi dia merasa perlu memperingatkan bahwa target mengurangi defisit, dari US$ 195 milyar (1983) jadi US$ 180 milyar tahun ini, mungkin tak tercapai tanpa tindakan radikal. Tapi usulnya untuk menaikkan pajak ternyata ditolak Reagan. "Kalau pemerintah dan Kongres tidak berusaha menaikkan penerimaan, defisit akan meroket jadi US$ 210 milyar," kaanya. "Jika itu terjadi, akan berlangsung lama dan bakal menghambat kebangkitan ekonomi."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini