Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Indofarma Tbk memastikan kebutuhan alat kesehatan (alkes) untuk kegiatan vaksinasi Covid-19 yang direncanakan pada tahun depan bisa terpenuhi. Direktur Utama Indofarma Arief Pramuhanto berujar industri alat kesehatan sudah bersiap memenuhi kebutuhan sejak program vaksinasi disampaikan pemerintah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sehingga, kata Arief, perusahaan alat kesehatan dapat memenuhi kebutuhan progam vaksinasi tersebut. "Indofarma sendiri sudah memproduksi jarum suntik sehingga diharapkan pada saat program vaksinasi dimulai, maka jarum suntik sudah tersedia," ujar Arief kepada Tempo, Ahad 6 Desember 2020.
Menurut Arief, Indofarma akan menggenjot sejumlah alkes yang mendukung vaksinasi, seperti alcohol swab, alat pelindung diri (APD), vaccine carrier (cool pack). Ia mengatakan pengadaan alkes itu merupakan peluang untuk memberikan kontribusi maksimal dalam memastikan penyediaan stok untuk vaksinasi 170 juta penduduk Indonesia.
Adapun kapasitas produksi beberapa pabrik jarum suntik mampu menghasilkan 30-50 juta jarum suntik dalam satu bulan agar memadai untuk kebutuhan vaksin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Arief, kriteria khusus alat kesehatan khususnya jarum suntik untuk program vaksin Pemerintah adalah auto destruct syringe (ADS) untuk memastikan jarum suntik sekali pakai. "Target produksi jarum Suntik Indofarma di kisaran 35-40 juta jarum suntik per bulan," kata Arief.
Direktur Itama Ranoraya Pratoto Raharjo mengatakan telah mendapatkan pesanan pengadaan jarum suntik Auto Disable Syringe (ADS) dari pemerintah. Pada tanggal 27 November lalu, ujar Pratoro, perusahaan distribusi alat kesehatan ini telah melakukan penandatanganan kontrak Sales and Purchase Agreement (SPA) sebanyak 111 juta unit jarum suntik ADS.
"Kemungkinan ke depan akan bertambah, karena jarum suntik yang dipakai itu salah satunya dari PT Oneject Indonesia, jenis jarumnya itu ADS yang mana akan rusak setelah dipakai," ujar Pratoto.
Pratoro menuturkan jarum suntik ADS yang dibawa perusahaanya telah bersertifikasi World Health Organisation (WHO) dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di atas 60 persen. Selama ini, kata dia, pemerintah selalu menggunakan jarum suntik produksi Oneject Indonesia setiap produk imunisasi. Pratoto mengatakan pengadaan jarum itu sudah dalam proses pengiriman (delivery) setelah diperiksa oleh Kementerian Kesehatan.
Menurut Pratoto, peningkatan belanja alat kesehatan untuk penanggulangan Covid-19 telah menjadi penopang tingginya pertumbuhan kinerja Itama Ranoraya ke depan.
Ia optimistis target pertumbuhan kinerja perusahaan yang ditetapkan pada awal tahun bisa tercapai. "Kami targetkan growth dari awal tahun sebesar 15-20 persen bisa tercapai, mungkin bisa lebih," kata Pratoto.
Selain jarum suntik, Pratoto mengatakan Itama Ranoraya juga mendapatkan pesanan alat untuk terapi plasma konvalesen. Terapi itu merupakan salah satu cara pengobatan Covid-19 dengan memberikan plasma (bagian darah yang mengandung antibodi) penyintas (survivor) Covid-19 kepada pasien lain.
"Pemerintah membeli kepada kami sebanyak 45 unit mesin terapi, sekarang kami sedang berkeliling untuk instalasi di rumah sakit," ujar Pratoto.
Kepala Bidang I Promosi Produk Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (Aspaki) Erwin Hermanto berujar asosiasi sudah mengantisipasi kebutuhan program vaksinasi pemerintah.
Menurut Erwin, beberapa anggota asosiasi sudah mampu memproduksi syringe dengan kapasitas produksi total 850 juta jarum suntik per tahun, seperti PT Oneject Indonesia, PT Jayamas Medica Industri, dan PT Top Point Medical.
Selain itu, Erwin menjelaskan perusahaan lainnya juga sudah mampu memproduksi produk alcohol swab dengan kapasitas total sekitar 150 juta buah per bulan, seperti PT Arista Latindo dan PT Jayamas Medica Industri.
Kemudian, kebutuhan produk lemari pendingin atau freezer medis, juga diproduksi oleh PT Kalmed Manufaktur Indonesia dan PT Panasonic Healthcare Indonesia dengan kapasitas total sekitar 200 unit per bulan.
"Kemudian fasilitas kesehatan dan transportasi vaksin juga akan membutuhkan alat pendingin yang memadai. Ini tentu saja menjadi peluang yang sangat atraktif bagi industri alat kesehatan," kata Erwin.
LARISSA HUDA