Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Sebuah Industri Yang Menanti Normal Baru

Pembukaan kembali sektor ekonomi di Cina dan pembatasan-pembatasan yang mulai dilonggarkan di banyak negara memberi secercah harapan bagi industri acara pameran global. Meski begitu, kapan dan bagaimana industri ini akan pulih masih dalam ketidakpastian.

1 Agustus 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Salah satu kegiatan pameran Pusat Promosi Perdagangan Indonesia di Barcelona, Spanyol. Dokumentasi IPTC Barcelona

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Orang-orang dengan sabar mengantri pemeriksaan suhu dan masker sebelum memasuki Pusat Pameran Internasional Baru di Shanghai, Cina. Mereka bersedia bersabar demi menghadiri China Beauty Expo, salah satu pameran dagang besar yang pertama kalinya diadakan sejak merebaknya pagebluk coronavirus musim panas 2020 ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Begitu masuk area pameran, para pengunjung terlihat nyaman berkeliling melihat-lihat pameran produk perawatan seperti mineral concealer, losion mata, dan produk-produk lain yang menjanjikan keajaiban kecantikan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meski dihadiri lebih dari 135 ribu orang — turun 10 persen dari jumlah pengunjung di tahun sebelumnya, "Satu dari empat merek asing mengundurkan diri di saat terakhir," ujar perwakilan Informa sebagai penyelenggara. Tak kurang dari 300 peserta pameran dari Beijing juga batal hadir karena lompatan wabah baru yang terjadi pada akhir Juni.

Pembukaan kembali sektor ekonomi di Cina dan pembatasan-pembatasan yang mulai dilonggarkan di banyak negara memberi secercah harapan bagi industri acara pameran global — bernilai sekitar $30 miliar menurut lembaga keuangan Citi. Lazimnya, setiap pameran membutuhkan persiapan hingga berbulan-bulan, terutama untuk menyelenggarakan acara besar berskala global. 

Sebuah mobil tank penghancur 4x4 dihadirkan dalam sebuah pameran militer internasional di Kielce, Polandia, 7 September 2017. REUTERS

 

Tetapi kapan dan bagaimana industri ini akan pulih masih dalam ketidakpastian. Ada momok akan karantina lokal seperti yang berlaku di Melbourne, Australia dan Manchester, Inggris. Juga wabah infeksi virus yang terus berlanjut di Amerika dan beberapa negara Eropa. Belum lagi  keengganan perusahaan untuk mengirim staf mereka bepergian karena masalah kesehatan.

Kepala eksekutif Informa Stephen Carter menegaskan bahwa mereka optimistis dapat mengatasi situasi sulit ini. Informa adalah perusahaan acara terbesar di dunia, yang tahun lalu saja melangsungkan 450 pertemuan berskala internasional.

“Saya tidak khawatir tentang model bisnis. [Semua perusahaan penyelenggara acara] akan dapat menghasilkan margin yang sama lagi,” kata Carter pada Financial Times. Menurutnya, permintaan akan acara bakal naik setelah masa pagebluk ini, terutama setelah para staf diperbolehkan melakukan kontak dekat tatap muka. “Satu-satunya debat yang ada adalah apakah mereka akan bangkrut di tengah masa sekarang dan normal?” ujarnya.

FT/ Firdhy Esterina C

Informa yang telah kehilangan dua perlima dari nilai pasarnya sejak pandemi merebak sudah mengantisipasi bahwa pendapatannya akan anjlok sekitar sepertiga hingga £ 2 miliar tahun ini.

Grup FTSE 100 menempatkan £1 miliar sebagai nilai saham darurat setelah menyadari bahwa krisis yang terjadi akan jauh lebih dalam, tidak stabil, dan meluas daripada yang dibayangkan.

Meski begitu, pembiayaan melalui pasar modal bukan pilihan bagi semua orang. Menurut perkiraan Citi, sektor acara yang sangat terfragmentasi dengan 19 pemain besar, hanya mempunyai lebih dari seperempat pangsa pasar modal. Perusahaan yang lebih kecil dengan pendanaan terbatas tidak punya pilihan selain jatuh bangkrut karena kehabisan modal. 

“Kami kehilangan bisnis senilai £ 250.000, kalikan itu dengan semua perusahaan acara kecil maka jumlahnya akan cukup besar,” kata David Mann, Direktur Engineroom, firma konsultan acara dan penyewaan alat asal Inggris untuk grup perusahaan teknologi dan keuangan.

Mann, yang memiliki empat karyawan penuh waktu, terakhir membayar gaji mereka pada Maret dan menduga tidak akan bisa membayar lagi tahun ini. “Kami sekarang hidup dari uang yang kami tabung untuk investasi pada orang dan aset,” ujarnya.

Risiko infeksi virus gelombang kedua atau pengetatan pembatasan juga terus mengintai.

Ryan Simonetti, salah satu pendiri dan kepala eksekutif Convene, firma penyedia ruang yang berbasis di New York, mengaku harus memangkas tenaga kerjanya dari 900 orang menjadi 200 orang dalam beberapa bulan. “[Beberapa] minggu yang lalu saya bisa katakan bahwa bisnis akan kembali normal dengan cepat,” katanya. Tetapi dengan kasus yang melonjak di seluruh AS, tambahnya, dia tidak bisa lagi menebak kapan itu akan terjadi.

Mark Shashoua, kepala eksekutif Hyve Group London yang mengoperasikan sekitar 130 pameran dagang dan konferensi di seluruh dunia, mengatakan pandemi tentu akan menutup banyak pertunjukan kecil.

“Setelah krisis keuangan, semua acara pameran tingkat empat dan tiga menghilang dan tidak akan kembali,” katanya. “Setelah ini, hanya ekshibisi besar yang akan bertahan.”

Hyve melaporkan kerugian sebelum pajak sebesar £ 168 juta dalam enam bulan hingga Maret, dibandingkan dengan keuntungan sebesar £ 2 juta pada periode yang sama tahun lalu, setelah terpaksa menunda atau membatalkan kira-kira setengah dari agendanya. Pada Mei 2020, perusahaan itu menerbitkan £ 126 juta saham sebagai "keamanan tambahan".

Selama tiga tahun terakhir, Shashoua sebenarnya sudah fokus mengganti acara yang kurang menguntungkan dengan acara besar seperti festival ritel Las Vegas Shoptalk dan Groceryshop.

Sarah Simon, analis di Berenberg, berharap pemain yang lebih besar akan menawarkan banyak penawaran di sektor ini "setelah pandemi berlalu". “Ada banyak sekali perusahaan pertunjukan kecil, yang dengan mudahnya dapat ditawari biaya operasional dan kesempatan membawa mereka ke platform yang lebih besar,” katanya.

Tetapi hal itu akan memakan waktu, bahkan untuk pemain besar seperti Informa dan saingannya Relx. Keduanya memiliki bisnis penerbitan yang cukup besar untuk membantu mereka mengatasi masa sulit dan mendapatkan kembali kepercayaan diri mereka.

Pameran otomotif GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2018 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang Selatan, Banten,

Pertengahan 2020 lalu, Relx mengumumkan labanya sebelum pajak di paruh pertama terjun lebih dari sepertiga menjadi £ 666 juta, karena kerugian £ 117 juta dari sektor pameran. Kepala keuangan Nick Luff mengatakan perusahaan yang hanya fokus pada bisnis acara "tidak diragukan lagi akan mengalami kesulitan".

Lord Carter berpendapat bahwa berkurangnya kontak profesional reguler bakal memicu kebutuhan akan acara-acara di mana komunitas profesional internasional dapat berkumpul secara langsung. “Permintaan [untuk pameran dagang dan konferensi] akan naik, bukan turun,” katanya seraya menambahkan bahwa biaya untuk menyediakan masker wajah dan pembersih tangan dapat dibagi dengan pemilik tempat.

Sejak mengambil alih perusahaan itu enam tahun lalu, Carter memangkas proporsi konferensi dalam portofolio agenda Informa dari sekitar 65 persen menjadi di bawah seperlima dengan alasan bahwa pameran dagang yang membantu perusahaan memenangkan kesepakatan menjadi lebih tangguh dalam menghadapi kerugian.

Meski begitu, banyak pihak yang mempertanyakan apakah daya tarik acara semacam itu akan bertahan ketika banyak orang sudah tidak merasa perlu lagi bekerja di kantor. O’Reilly Media, penerbit teknologi AS yang tahun lalu menyelenggarakan 14 konferensi dan menghasilkan untung $ 35 juta, menutup bisnis pamerannya pada bulan Maret dan memberhentikan 75 karyawan.

“Tanpa memahami kapan darurat kesehatan global ini mungkin akan berakhir, kami tidak dapat merencanakan atau menjalankan bisnis yang akan berubah selamanya sebagai akibat dari krisis ini,” ujar presiden perusahaan Laura Baldwin saat itu.

Dia mengatakan kepada FT bahwa pihaknya tidak akan mengesampingkan kemungkinan untuk meluncurkan kembali bisnisnya di masa depan, tetapi: "Saya rasa tidak ada yang dapat memprediksi bagaimana dan kapan industri acara akan kembali normal."

Artikel ini pertama dimuat di Financial Times pada 9 Agustus 2020. 

Penerjemah: D. E. Muthiariny

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus