Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Inflasi Harga Bahan Pangan Terus Melonjak

Inflasi akibat lonjakan harga dan keterbatasan stok pangan berlanjut. Pemerintah diminta segera mencari pasokan.

3 Juni 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Perkerja memproduksi mi di UMKM binaan Bogasari di Sudimara Timur, Kota Tangerang, Banten, 12 Mei 2022. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Inflasi pada Mei 2022 mencapai 5,93 persen. Tertinggi sejak Desember 2017.

  • Kenaikan harga bahan pangan di tingkat global masih tertahan oleh stok di dalam negeri.

  • Pengusaha diperkirakan mulai menaikkan harga di tingkat konsumen pada bulan ini.

JAKARTA — Kenaikan harga pangan mulai mempengaruhi inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tren inflasi dari bahan makanan tahun ini terus melonjak. Dimulai pada Februari sebesar 0,17 persen menjadi 5,93 persen pada Mei.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala BPS, Margo Yuwono, menuturkan kenaikan harga pangan terutama dipengaruhi oleh konflik Rusia dan Ukraina. Perang tersebut menghambat pasokan beragam bahan pangan. Ditambah lagi beberapa negara memilih mengamankan stok domestik mereka dengan melarang ekspor sejumlah komoditas, seperti gandum, daging sapi, ayam, gula, hingga pupuk.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Ada enam negara yang membatasi ekspor pangan dan empat negara membatasi ekspor pupuk," tutur Margo, kemarin.

Di Indonesia, efek kenaikan harga ini sudah terasa. Hanya, dampaknya baru sampai tingkat produsen. Margo menyatakan konsumen belum menghadapi inflasi. "Suplai pangan dalam negeri masih bagus, jadi tidak terlalu terganggu perkembangan global."

Margo menyatakan kenaikan harga di kelompok makanan, minuman, dan tembakau menyumbang porsi terbesar dalam inflasi umum pada Mei 2022 sebesar 0,20 persen. Kontributor utamanya adalah telur ayam ras yang harganya melonjak karena kesulitan pasokan pakan impor.

Pada periode tersebut, inflasi umum tercatat turun secara bulanan, yaitu 0,95 persen pada April dan 0,40 persen pada bulan selanjutnya. Namun, dilihat secara tahunan, inflasi Mei 2022 tercatat paling tinggi sejak Desember 2017 yang mencapai 3,61 persen.

Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk, David Sumual, menuturkan kondisi pasokan global yang tersendat berpeluang terus mendorong tingkat inflasi tahun ini. Sama seperti Margo, dia berpendapat Indonesia masih tertolong oleh pasokan pangan yang terjaga, termasuk beras yang memiliki andil besar dalam inflasi.

Namun, dengan harga pupuk yang semakin meningkat, David menilai pemerintah perlu segera mengantisipasi lonjakan inflasi. "Di dalam negeri juga dikhawatirkan persoalan cuaca bisa mengganggu stok pangan. Jadi, harus diperhatikan produktivitas dari dalam negeri, apa bisa masih cukup sampai tahun depan," katanya.

Pedagang menata telur di Pasar Tebet, Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan

Direktur Riset Center of Reform on Economics, Piter Abdullah, menyatakan perlu ada tindakan khusus dalam menjaga ketersediaan barang pangan impor, seperti gandum, kedelai, dan gula. "Mendorong produksi barang-barang tersebut sangat sulit dalam jangka pendek. Artinya, yang bisa dilakukan Indonesia adalah perlu segera menggunakan hubungan diplomasi ke negara-negara produsen untuk mengamankan pasokan ke depan," ujar dia.

Saran yang sama disampaikan Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia, Shinta Kamdani. Dia menuturkan pelaku usaha perlu bantuan pemerintah untuk memasok bahan-bahan baku impor yang terhambat disrupsi suplai saat ini.

"Kami harap pemerintah melakukan negosiasi-negosiasi bilateral yang diperlukan. Khususnya ke negara-negara yang saat ini memberlakukan larangan ekspor sementara terhadap komoditas pangan yang kita perlukan. Agar ke depannya kita lebih mudah mengamankan suplai pangan, baik untuk industri maupun untuk rumah tangga," kata Shinta.

Shinta menyatakan saat ini pelaku usaha yang mengolah bahan baku impor, seperti gandum, serealia, dan gula, mulai kesulitan mendapatkan pasokan. Ditambah lagi harga barang yang tersedia sudah melonjak tinggi. Produsen dalam negeri masih bisa menanggung dampak kenaikan harga tersebut, setidaknya sampai Juni. Sebab, mereka masih memiliki stok cadangan.

"Tapi setelahnya kami rasa akan sulit untuk menahan kenaikan harga jual di pasar karena peningkatan harga komoditas pangan di pasar global masih terus terjadi," tuturnya. Kenaikan harga di tingkat konsumen bakal kembali mendorong tingkat inflasi.

VINDRY FLORENTIN
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus