Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Inflasi Juni 2022 Tertinggi dalam 5 Tahun, Sri Mulyani: Akibat Disrupsi Suplai Sangat Serius

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan tekanan inflasi ditimbulkan oleh disrupsi yang sangat serius dari sisi supply. Hal utu terjadi karena berbagai hal, utamanya akibat kondisi geopolitik perang Rusia dan Ukraina dan juga dari leader market."Disrupsi dari sisi supply sangat serius terjadi karena berbagai hal termasuk dari geopolitik namun lebih juga dari leader market dan kemudian menimbulkan tekanan inflasi lalu," ujar Sri Mulyani di gedung DPR RI, Jakarta pada Jumat, 1 Juli 2022.

1 Juli 2022 | 12.33 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani membacakan pandangan akhir Pemerintah atas RUU tentang APBN saat rapat paripurna ke-6 masa persidangan I tahun sidang 2020-2021 di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa, 29 September 2020. TEMPO/M Taufan Rengganis
Perbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani membacakan pandangan akhir Pemerintah atas RUU tentang APBN saat rapat paripurna ke-6 masa persidangan I tahun sidang 2020-2021 di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa, 29 September 2020. TEMPO/M Taufan Rengganis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan tekanan inflasi ditimbulkan oleh disrupsi yang sangat serius dari sisi pasokan atau supply.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Disrupsi dari sisi suplai sangat serius terjadi karena berbagai hal termasuk dari geopolitik, namun lebih juga dari leader market dan kemudian menimbulkan tekanan inflasi," ujar Sri Mulyani di gedung DPR, Jakarta pada Jumat, 1 Juli 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun pemulihan ekonomi saat ini yang bersamaan dengan penanganan Covid-19 semakin memberikan keyakinan kepada masyarakat agar bisa terus beraktivitas. Meskipun ada resiko baru yang bisa membebani perekonomian nasional maupun dunia.

Terutama, kata Sri Mulyani, risiko yang berhubungan dengan geopolitik. Sebab, berlangsungnya perang antara Rusia dan Ukraina telah berimbas pada lonjakan harga sejumlah komoditas, terutama pangan, energi hingga pupuk.

Sri Mulyani menjelaskan saat ini bank sentral menjadi sumber dan pemain utama yang akan sangat menentukan atau menstabilkan dari sisi harga. Dengan kenaikan inflasi, menurut dia, maka pemerintah perlu meresponsnya dengan strategi kebijakan moneter dan fiskal.

Sedangkan dari sisi suplai, menurut bendahara negara ini, permintaan atau demand masyarakat di masa pemulihan ekonomi ini juga berkontribusi pada tekanan inflasi. "Kita juga memahami walaupun sebagian sangat besar adalah karena sisi supply yang terdistrupsi, juga karena demand side dengan pemulihan ekonomi memberikan kontribusi. Jadi kita harus balance memberikan kelolanya hari ini dan ke depan," tutur Sri Mulyani.

Lebih lanjut ia memaparkan hampir seluruh komoditas terutama minyak, gas, dan mineral serta makanan mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan. Bahkan kenaikan harga komoditas itu sebenarnya sudah mulai terjadi sejak awal pandemi yakni tahun 2021.

Meskipun ada upaya ekspansi kegiatan ekonomi di sisi manufaktur, menurut Sri Mulyani,tapi belakangan juga terlihat tanda-tanda stagnasi dari ekspansi tersebut. "Artinya tidak terjadi kenaikan yang terus menerus atau sudah mulai menunjukkan adanya saturasi. Sebab, kenaikan harga-harga komoditas membuat confidence dari masyarakat mengalami tekanan karena adanya inflasi yang tinggi."

Tingginya laju inflasi di Amerika Serikat juga telah memaksa bank sentral atau The Fed mengerek suku bunga patokannya dan secara tak langsung memperketat likuiditasnya. Hal itu yang dinilai berpotensi menimbulkan gejolak volatilitas karena peranan dolar AS di dalam transaksi dunia sangat besar, hingga mencapai lebih dari 60 persen.

Akibatnya, inflasi di AS memberikan dampak yang sangat signifikan kepada seluruh dunia. "Amerika dengan adanya kenaikan inflasi yang tinggi telah menurunkan consumer confidence sangat dramatis," tuturnya. Bahkan kata Sri Mulyani, indeks keyakinan konsumen di negara Abang Sam kini lebih rendah ketimbang saat awal pandemi yakni pada tahun 2020.

Selanjutnya: Ekonom yang pesimistis memperkirakan bakal terjadi resesi di AS.

Hal-hal itu yang kemudian membuat sejumlah ekonom dan pembuat kebijakan pesimistis dengan kondisi di AS dan memperkirakan bakal terjadi resesi. "Ini kombinasi yang sangat tidak baik sehingga menurunkan confidence secara sangat dramatis."

Dengan situasi ini, kata Sri Mulyani, pemerintah Indonesia harus bisa mengendalikan sumber risiko yang berasal volatilitas sektor keuangan. Risiko ini muncul akibat perubahan kebijakan dan perkembangan terakhir dari disrupsi suplai dan inflasi yang harus distabilkan. 

Ia menjelaskan aliran modal di Tanah Air juga terpengaruh perubahan yang terjadi di Amerika Serikat tersebut. Hal ini yang kemudian harus diantisipasi dengan strategi fiskal yang semakin hati-hati. Sebab, Indonesia tidak bisa mengandalkan suatu permintaan dan stabilitas yang terutama berasal dari asing.

Strategi kebijakan fiskal ini yang akan sangat menentukan dan juga memberikan ruang pada Bank Indonesia untuk menstabilkan kondisi perekonomian. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dan Kementerian Keuangan sebagai otoritas fiskal dalam praktiknya akan semakin diperhatikan oleh pasar.

"Akan semakin dilihat apakah kita (Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan) bisa berjalan secara sinkron dan bersama-sama memulihkan ekonomi, namun juga mempertahankan stabilitas," ucap Sri Mulyani.

Badan Pusat Statistik atau BPS pada hari ini mengumumkan inflasi tahunan Indonesia mencapai 4,35 persen pada Juni 2022. Angka tersebut adalah tertinggi dalam lima tahun sejak 2017.

"Inflasi year on year 4,35 persen ini merupakan inflasi yang tertinggi sejak Juni 2017, di mana inflasi kita 4,37 persen," kata Kepala BPS Margo Yuwono pada Jumat, 1 Juli 2022.

Sedangkan inflasi bulanan Indonesia sebesar 0,61 persen. Kemudian inflasi tahun kalender 2022 sebesar 3,19 persen. Mergo menyebutkan secara tahunan, makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang inflasi tahunan terbesar. Andil untuk kelompok tersebut mencapai 0,47 persen dengan inflasi 1,77 persen.

Angka Inflasi tahunan itu melampaui perkiraan Bank Indonesia yang sebelumnya memproyeksikan inflasi per Juni 4,2 persen secara year on year. Besar inflasi Indonesia juga di atas sasaran bank sentral yang ditetapkan 2-4 persen pada tahun ini. Meski begitu, bank sentral memastikan inflasi inti dan ekspektasi inflasi masih bisa terkendali dalam kisaran 2 hingga 4 persen.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Riani Sanusi Putri

Lulusan Antropologi Sosial Universitas Indonesia. Menekuni isu-isu pangan, industri, lingkungan, dan energi di desk ekonomi bisnis Tempo. Menjadi fellow Pulitzer Center Reinforest Journalism Fund Southeast Asia sejak 2023.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus