Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Ini masalah teman dan kepentingan nasional

Apa kata prof. dr. sumitro djojohadikusumo tentang perannya sebagai f51chairman astra dan hostile takeover.

8 Agustus 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SORE itu Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo mengenakan setelan jas warna cokelat dengan kemeja bergaris latar gelap. Wajah ahli ekonomi yang juga tokoh koperasi ini jauh lebih muda dari usia sebenarnya (75 tahun pada 29 Mei 1992). Dua puluh empat jam sebelumnya beliau resmi menjadi chairman PT Astra International Inc., sesudah serah terima dengan William Soeryadjaya. Segala sesuatu mengenai kesibukannya yang baru itu diungkapkan oleh Prof. Sumitro kepada tim wartawan TEMPO, Ahad 2 Agustus ini. Selamat ya, Pak, sejak Sabtu siang kemarin Anda resmi menjadi chairman Astra. Persoalannya sudah saya endapkan. Malam itu saya belum chairman. Tetapi paginya saya sudah chairman. Jadi, saya sekarang diwawancara sebagai chairman. Masyarakat kenal Profesor Dr. Sumitro sebagai pakar ekonomi. Tapi agaknya baru kali ini mendengar Bapak bertindak sebagai chairman (presiden komisaris). Soal pengalaman, saya di luar negeri duduk sebagai advisory board dari perusahaanperusahaan besar. Yang pertama, Total (Prancis) kedua, United Technology, perusahaan nomor 15 di dunia. Omzetnya 15 juta dolar AS. Selama sepuluh tahun sebagai konsultan, saya tahu persis liku-likunya. Waktu di Malaysia saya ditunjuk World Bank sebagai konsultan untuk Malaya Steel Corporation. Tentu, sebagai advisor (penasihat) lain dengan chairman. Kalau sebagai advisor, saran saya tidak digubris, biasanya saya mengundurkan diri. Biasanya peranan saya sebagai chief executive (presiden direktur). Chairman dan chief executive bisa sama lingkup kegiatannya. Tapi di sini, waktu serah terima, saya chairman dan chief executive Teddy Rachmat. Jadi, saya terapkan di sini pola kerja yang memungkinkan saya mengamati dan memantau operations. American system. Begitu pula di Indo Consult dan Bank Universal. Saya terapkan suatu pola kerja yang membuka peluang bagi dewan komisaris dan management operational untuk membina hubungan kerja yang erat. Di Astra, sampai akhir tahun ini saya kira pola pertemuan itu harus diterapkan seminggu sekali. Salah satu syarat yang Bapak minta adalah bisa menentukan siapa calon pembeli saham Astra. Andai kata tidak menemukan pembeli dengan harga yang pantas, bagaimana? Saya ingin ikut menentukan dalam tiga hal. Yaitu lingkup, bidang, dan sifat kegiatan apa persis komisaris itu. Biar jelas, agar tidak keluar kerangka. Sekarang yang paling berat adalah penjualan. Saya tidak menjual saham, William yang menjual. Yang memutuskan menjual atau tidak adalah pemilik saham. Hanya saya di situ berhak memberi atau tidak memberi persetujuan. Salah satu tugasnya adalah mencegah penjualan saham itu menjadi akuisisi. Nah, peranan saya adalah mencegah saham jatuh pada satu grup yang tujuannya bukan pada investasi, tapi sasarannya adalah menguasai. Advis saya, saham jangan jatuh pada satu grup. Berapa kira-kira saham yang akan dilepas Om Willem? Bapak yakin akan berhasil? Waktu serah terima saya bilang, saya yakin tidak lebih dari 70 juta, saya bisa. As minimum as possible. Ini juga bergantung pada harga dan dari kemampuan Willem mencairkan aset dari Summa. Jadi, ada dua variabel. Sorry, saya korban dari latar belakang ekonomi (tergelak). Masalahnya sudah saya pelajari. Ini proses sudah dua bulan. Bukan seminggu ini. Ada yang bilang, kok, rencananya tertutup rapi. Tapi saya tidak menutupnutupi. Ada teman dengan problemnya datang pada saya. Saya sedang ada di Kebumen, di pertapaan saya. Saya sendiri, kebutuhan saya yang paling mendesak adalah main tenis dan buku. Tetapi ini teman yang datang. Katanya ada yang mau ambil Summa, tapi sasarannya Astra. (Ketawa) Kok, mungkin. Saya kan banyak bantu juga perusahaan dari luar yang ada hubungannya dengan keluarga Cendana. Ini nggak ada urusan dengan keluarga saya, nggak ada urusan dengan keluarga saya di Cendana. No, no, no, bukan itu, kata teman saya. Waktu itu saya bilang, tunggu dulu. Tanggal 7 Juni saya bilang sama Willem dan Edwin, saya bersedia jadi advisor. Tapi 22 Juni pihak Astra resmi menawarkan posisi chairman pada saya. Setelah jelas tidak ada dari manajemen yang tidak setuju barulah saya menerima tawaran itu. Sekarang, bagaimana program Bapak? Yang penting sekarang ini, membantu Willem dalam penjualan saham. Paling banyak 70 juta lembar. Dengan harga sekarang sekitar enam dolar, jadi paling banyak Rp 1 trilyun. Tapi tergantung berapa harganya. Tergantung Summa dapat mencairkan asetnya atau tidak. Bapak berkali-kali menyebut hostile takeover. Apakah memang ada indikasi kuat ke arah itu? Pertanda kuat sekali akan adanya hostile takeover. Saya memandangnya begitu. Dan memang benar, saya membantu Willem untuk membentengi Astra dari hostile takeover itu. Saya harus mencegahnya. Adakah alasan yang kuat sekali untuk itu? Ini masalah teman. Saya pernah mengalami di saat saya butuh teman tidak ada yang membantu. Saya tidak akan memaafkan diri saya kalau saya menolak permintaan Willem. Apalagi ini kepentingan nasional. Astra adalah asset nasional.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus