Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Investasi paling aman?

Sejumlah bank berlomba mengiklankan diri sebagai pembeli kpr. developer kewalahan melayani pembeli. harga-harga rumah real estate meski harga tinggi cepat habis. permintaan tanah ikut naik. investasi aman.

11 Agustus 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUARA wanita yang sedang bersenandung itu terdengar merajuk. "Janji sana, janji sini . . . ," katanya menyindir sang suami. Wanita ini kesal. Suaminya menjanjikan rumah, tapi tidak kesampaian juga. Tapi itu dulu. Kini suami tersebut sudah mendapat kemudahan dari sebuah bank, untuk membeli cicil rumah idaman. Dan ini bisa didengar dari radio yang mempromosikan KPR yang ditawarkan sebuah bank. Dan bukan suatu kebetulan jika promosi KPR itu hanya satu dari sekian banyak promosi kredit rumah yang begitu gencar. Belakangan ini bank-bank berebut mengiklankan diri sebagai pemberi KPR yang paling menguntungkan. Sementara itu, beberapa developer juga mengaku kewalahan melayani pembeli yang datang bertubi-tubi. Bahkan ada yang sudah memasang harga 1991 untuk penjualan sekarang. Ini sekadar upaya untuk menekan penjualan yang kelewat laris. "Tapi dengan harga yang sudah dinaikkan itu pun, ada yang berani membayarnya, bahkan dengan kontan," kata Kepala Kawasan Realty Persada Kemala Ir. Sulfas Erts Anto. Persada Kemala merupakan perumahan kelas menengah ke atas yang dibangun oleh PT Wijaya Karya, BUMN yang selama ini dikenal andal di bidang konstruksi dan sejak dua tahun silam terjun ke bisnis real estate. Dari sekitar 400 unit yang disiapkannya mulai pertengahan tahun silam, kini tinggal beberapa unit lagi -- itu pun sudah diincar calon pembeli. Rumah yang berlokasi di Bekasi ini, harga terendah: Rp 34 juta, tertinggi: Rp 150-an juta (per Juli 1990). Pada kuartal kedua tahun lalu, yang Rp 34 juta itu masih Rp 17,5 juta. Keterangan Ir. Ciputra, salah seorang komisaris dari Metropolitan Group, telah lebih menegaskan gejala pembelian yang menggila tersebut. "Kondisi pasaran kita saat ini sedang mengalami boom. Apa saja yang kita bangun pasti habis terjual," katanya. "Di Pondok Indah, misalnya, kami sudah tidak menjual lagi karena habis. Di Puri Indah juga langsung ludes. Berapa pun harga kami naikkan, asal masih wajar, pasti habis." Harga di Pondok Indah (termasuk PPn) bergerak dari Rp 424.890.400 sampai Rp 490.779.400. Di Puri Indah dari Rp 87.650.000 sampai Rp 109.160.000 (per Juli). Naik 30% lebih, dibanding harga bulan April. Rumah memang sudah menjadi komoditi -- dan bagi sementara pemilik dana, yang lazimnya sudah punya rumah, rumah juga investasi. Mereka mengantisipasi pertumbuhan ekonomi, yang ikut mendongkrak harga tanah. Ini paling terasa di sejumlah kawasan yang terletak tidak jauh dari proyek pengembangan bisnis, antara lain di Bekasi. Biarpun bunga kredit naik, dari rata-rata 18,5% (sampai akhir bulan lalu) menjadi 21% per tahun sekarang ini, kenyataan ini tidak menciutkan nyali golongan kelas menengah baru untuk menyambar peluang, memiliki rumah di kawasan segar. Kepala Consumer Services Citibank, Robert Thornton, mengatakan, "Khusus KPR Citibank, yang ditujukan untuk pembelian rumah tipe Papan Sejahtera sampai yang milyaran rupiah, tahun ini pertumbuhannya 30% sampai 40%." Menurut perhitungan Managing Director BTN, A. Asmuadji, pembelian rumah di kawasan menengah ke atas, sekitar 75% nya dibiayai oleh kredit komersial. Selain bank, sumber dana misalnya dari LKBB (Lembaga Keuangan Bukan Bank) sebangsa PT Gajah Surya Multi Finance (GSMF). Jumlah kredit komersial yang dikeluarkan GSMF untuk tahun ini naik sampai 30%. "Dari kredit komersial yang kami berikan sebanyak Rp 10 milyar, 45% di antaranya adalah untuk pembelian rumah," kata Wakil Presiden Direktur GSMF Jusak Widjaja kepada TEMPO. Tipe rumah yang diincar, harganya bergerak dari Rp 50 juta sampai Rp 150 juta. Bagi pihak GSMF, KPR tersebut dianggap tidak mengandung risiko. "Harga tanah akan naik terus," begitu alasan Jusak. Atau, bisa sebaliknya. Kenaikan harga terjadi karena pembeli berebutan. Sedangkan bank atau pun LKBB cenderung tidak mengerem pemberian KPR. Mereka terutama bank-bank swasta besar seperti BII Bank Bumiputera, Lippobank, BCA, masih bersemangat untuk mengucurkan dana pembelian rumah. Bahkan Citibank, yang selama ini tidak beriklan secara gencar, pada September nanti akan mengeluarkan produk KPR versi baru. "Kami melihat prospek yang bagus di bisnis KPR," kata Thornton. Keyakinan bahwa harga tanah tak mungkin turun tentu ada dasarnya. Menurut Iwan Jaya Azis, pakar ekonomi yang belakangan berkonsentrasi pada pengembangan regional, kenaikan harga tanah merupakan konsekuensi perkembangan masyarakat, yang pada hakikatnya adalah manusia ekonomi -- mencari untung di mana-mana. Paket Oktober ikut mempengaruhinya. "Bank buka cabang di pelbagai tempat. Itu menyebabkan permintaan tanah meningkat. Akibatnya, harga tanah naik, bahkan sampai ditingkat kabupaten," kata Iwan. "Masyarakat melihat harapan harga meninggi, maka mereka menyerbu." Ini bagi Iwan mengkhawatirkan karena dana yang dilepas bukanlah untuk kegiatan produksi, tapi konsumtif. Namun, seorang bankir mengatakan, hendaknya perangai masyarakat sedemikian itu jangan dinilai negatif. Pembelian tanah juga bukan merupakan tindakan spekulatif. Tapi, kata bankir itu lagi, dalam skala besar, pembelian tanah lebih merupakan hedging atau menanamkan uang melalui cara yang aman. Namun, ia juga tidak menutup mata pada gejala inflasi, yang kini menimbulkan rasa khawatir di pihak Bank Indonesia. "Saya melihat inflasi dari artinya yang paling dasar, yakni terlalu banyak uang mengejar sedikit barang," ucap bankir yang tidak mau disebut namanya itu. "Dan tanah terutama di kompleks yang bagus, sudah menjadi komoditi yang menggiurkan." Mohamad Cholid dan Yudhi Soerjoatmodjo (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus