Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Loto Srinaita Ginting, mengatakan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) seri Saving Bond Rate (SBR) 005 banyak diminati investor. "Realisasi sementara ini Rp 2,1 triliun, dari target atau kuota maksimal pemesanan Rp 5 triliun," ujar Loto, kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Adapun masa penawarannya dimulai pada 10 Januari dan akan ditutup pada 24 Januari 2019. Loto menuturkan, meski minat investor membeludak, nantinya tak akan ada penambahan kuota untuk SBR005 ini. Dengan demikian, investor harus bergegas melakukan pembelian jika tak ingin kehabisan kuota. "Sistem e-SBN dapat menolak pemesanan investor jika target maksimal sudah terpenuhi, meskipun masa penawaran belum berakhir," ucapnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SBR005 merupakan obligasi ritel pertama yang diterbitkan pemerintah tahun ini. Batas minimal pemesanan sebesar Rp 1 juta, untuk tenor dua tahun, dengan tingkat kupon mengambang (floating) batas bawah 8,15 persen. Loto sebelumnya menjelaskan bahwa penetapan kuota dilakukan mengingat jatah penerbitan obligasi ritel tahun ini dibatasi antara 9-10 persen dari total penerbitan SBN keseluruhan sebanyak Rp 825,7 triliun atau berkisar Rp 74,3-82,57 triliun. "Di samping itu, kami juga perlu menyebar jatah penerbitan obligasi ritel untuk 10 kali, sehingga disiapkan penjatahan."
Sambutan positif dari masyarakat dan investor itu juga diutarakan oleh mitra penjualan atau distribusi pemerintah. Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA), Santoso, mengatakan, hingga 20 Januari lalu, BCA telah menerima permintaan SBR005 sekitar Rp 850 miliar. "Minat masyarakat positif karena suku bunga yang ditawarkan cukup tinggi," ujarnya. "Selain itu, pemesanan dapat dilakukan melalui Internet banking dan KlikBCA individu, sehingga memudahkan akses para nasabah."
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mengungkapkan hal serupa. "Minat investor cukup tinggi dan sampai saat ini kami sudah menjual lebih dari target minimal, yaitu Rp 55 miliar," ujar Direktur Strategi, Risiko, dan Kepatuhan BTN, Mahelan Prabantarikso.
Menurut Mahelan, meskipun kenaikan imbal hasil (yield) SBN sudah terbatas, jika dibandingkan dengan aset investasi lainnya, instrumen tersebut masih lebih menarik. "Dan juga kembali masuknya dana asing ke pasar SBN seperti yang terjadi saat ini dapat mendorong harganya naik dan meningkatkan potential gain di 2019."
Kepala Divisi Wealth Management PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Neny Asriany, pun optimistis pemesanan SBR005 akan memenuhi target perseroan sebesar Rp 600 miliar. "Saat ini sudah Rp 225 miliar dan biasanya memang mendekati hari-H penutupan, penjualan akan naik signifikan," kata dia.
Bukan hanya oleh mitra perbankan, berkah penjualan SBR005 juga dirasakan oleh perusahaan teknologi finansial seperti Investree. "Kami on the track mencapai target Rp 45 miliar karena minatnya tetap besar dengan yield dan promo cashback yang diberikan," ujar Chief Executive Officer Investree, Adrian A. Gunadi.
Menurut dia, menjadi mitra penjualan obligasi pemerintah akan mendapatkan benefit, yaitu pendapatan berbasis komisi (fee-based income). "Dan juga diversifikasi produk untuk lender kami."
Analis Obligasi BNI Sekuritas, Ariawan, berujar bahwa SBR005 menjadi sangat menarik bagi investor ritel karena suku bunganya yang berada di atas suku bunga deposito. "Ditambah pajak yang lebih rendah dan dijamin penuh oleh undang-undang membuat instrumen ini sangat layak untuk menjadi pilihan investor ritel," katanya. GHOIDA RAHMAH
Perbanyak Obligasi Ritel
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo