MENINGKATNYA aksi buruh di berbagai tempat belakangan ini
ternyata membuat banyak kening berkerut. "Pers jangan
membesar-besarkan ini. Akibatnya bisa menggelisahkan pengusaha
yang sudah beroperasi di sini. Rencana mereka untuk memperluas
investasinya mungkin diundurkan atau dibatalkan. Sedang yang
bakal masuk pun akan berpikir-pikir dulu," kata Menteri
Nakertrans Harun Zain pada TEMPO pekan lalu.
Pihak pengusaha Indonesia malahan melihat bayangan yang lebih
gelap lagi. "Kalau kegelisahan di beberapa tempat yang telah
menjurus pada aksi pemogokan tidak segera ditanggulangi, maka
akan terjadi situasi yang sulit dapat dikendalikan lagi, yang
akhirnya nanti membuat situasi ekonomi lebih parah serta
mengganggu stabilitas nasional." Begitu antara lain bunyi
pernyataan PUSPI/KADIN akhir Mei lalu. Benarkah semua
kekhawatiran ini? Dan bagaimana pendapat para pengusaha asing
sendiri?
"Tidak banyak pengaruhnya," tutur seorang bankir Jepang di
Jakarta. Walaupun kemudian ditambahkannya: "Tapi kalau aksi
buruh terus meningkat mungkin saja akan ada pengaruhnya."
Menurut dia, yang lebih membuat investor asing berpikir sebelum
berusaha di sini adalah Kenop 15. Tuntutan buruh untuk adanya
penyesuaian gaji setelah Kenop 15 dinilainya wajar karena biaya
hidup memang naik. Pendapatnya tentang gerakan buruh di
Indonesia? "Gerakan buruh di Jepang mempunyai tendensi politik,
sedang di sini masih lemah," ujarnya. Kecamannya pada SB di sini
masih menumpang fasilitas perusahaan, misalnya kantor dan
telepon.
Faktor Kecil
Seorang konsultan Jepang dari JETRO lebih blak-blakan. "Sukar
sekali kalau dikatakan aksi-aksi buruh belakangan ini
mempengaruhi niat investor asing untuk berusaha di sini. Lebih
tepat kalau dikatakan yang mempengaruhi niat ini adalah akibat
devaluasi, pasaran yang lemah dan inflasi," katanya pada Bachrun
Suwatdi dari TEMPO. Tuntutan buruh? "Wajar sekali kalau buruh
menuntut kenaikan upah antara 25-30%. Paling sedikit buruh harus
mendapat kenaikan 20%," jawabnya. Kesimpulannya: aksi buruh
belakangan ini dianggapnya faktor kecil dalam mempengaruhi iklim
investasi.
Gejolak perburuhan tampaknya juga tidak membuat jerih investor
asing untuk memperluas investasinya. "Kami merencanakan untuk
meningkatkan jumlah karyawan dari 4200 yang sekarang menjadi
6000 orang dalam 2 tahun mendatang," kata J. Larry Smart (31
tahun) Presdir PT airchild, suatu perusahaan perakitan alat
elektronikasemi konduktor dari Amerika Serikat. Menurut Smart,
aksi buruh tidak akan terjadi kalau ada menejemen yang baik.
Perselisihan majikan dan buruh bisa dihindari dengan adanya
keterbukaan dan saling pengertian. Resep Smart "Kita harus
berusaha menjadi bapak yang baik, mendengarkan keluhan mereka.
Kalau keluhan mereka tersalur, masak mereka akan ribut,"
tuturnya.
Fairchild merupakan perusahaan semi konduktor nomor 3 terbesar
di dunia. Ketika sebelum 1974 perusahaan ini memutuskan untuk
menanam modal di Asia, ada 2 pilihan untuk lokasi pabrik
perakitan: Hongkong atau Jakarta. Jakarta terpilih karena buruh
Indonesia dianggap lebih tenang. Smart mengakui, bahwa aksi-aksi
buruh berpengaruh pada iklim investasi. Namun situasi perburuhan
di Indonesia dianggapnya terbaik di Asia Tenggara. Malah masih
lebih baik dibanding Hongkong atau Jepang. "Buktinya sesudah
Kenop 15 ini ada 3 perusahaan semi konduktor AS yang berniat
menanamkan modal di sini," tutur Smart.
Bahwa hubungan baik antara perusahaan dan buruh bisa mencegah
sengketa perburuhan agaknya dianggap sistim preventip terbaik.
"Banyak pengusaha yang bersikap kaku pada karyawannya. Jangankan
berbicara, bertemu muka sekali setahun pun tidak pernah. Hal
seperti ini tidak seharusnya dibiarkan," kata seorang direktur
sebuah pabrik perakitan elektronika patungan Indonesia-Jepang.
Di perusahaannya, sekali sebulan diadakan pertemuan besar antara
buruh dan pimpinan. "Pimpinan tidak boleh memikirkan duit
melulu. Faktor manusia yang ada di perusahaannya harus juga
difikirkan," ujarnya. Sebagai bukti ia menunjukkan perusahaannya
yang selama ini bebas dari sengketa buruh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini