Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Investor Mengerti ?

Meningkatnya aksi pemogokan buruh di berbagai tempat bisa menggelisahkan pengusaha yang sudah beroperasi di sini. Rencana mereka memperluas investasi mungkin diundurkan/dibatalkan. (eb)

23 Juni 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENINGKATNYA aksi buruh di berbagai tempat belakangan ini ternyata membuat banyak kening berkerut. "Pers jangan membesar-besarkan ini. Akibatnya bisa menggelisahkan pengusaha yang sudah beroperasi di sini. Rencana mereka untuk memperluas investasinya mungkin diundurkan atau dibatalkan. Sedang yang bakal masuk pun akan berpikir-pikir dulu," kata Menteri Nakertrans Harun Zain pada TEMPO pekan lalu. Pihak pengusaha Indonesia malahan melihat bayangan yang lebih gelap lagi. "Kalau kegelisahan di beberapa tempat yang telah menjurus pada aksi pemogokan tidak segera ditanggulangi, maka akan terjadi situasi yang sulit dapat dikendalikan lagi, yang akhirnya nanti membuat situasi ekonomi lebih parah serta mengganggu stabilitas nasional." Begitu antara lain bunyi pernyataan PUSPI/KADIN akhir Mei lalu. Benarkah semua kekhawatiran ini? Dan bagaimana pendapat para pengusaha asing sendiri? "Tidak banyak pengaruhnya," tutur seorang bankir Jepang di Jakarta. Walaupun kemudian ditambahkannya: "Tapi kalau aksi buruh terus meningkat mungkin saja akan ada pengaruhnya." Menurut dia, yang lebih membuat investor asing berpikir sebelum berusaha di sini adalah Kenop 15. Tuntutan buruh untuk adanya penyesuaian gaji setelah Kenop 15 dinilainya wajar karena biaya hidup memang naik. Pendapatnya tentang gerakan buruh di Indonesia? "Gerakan buruh di Jepang mempunyai tendensi politik, sedang di sini masih lemah," ujarnya. Kecamannya pada SB di sini masih menumpang fasilitas perusahaan, misalnya kantor dan telepon. Faktor Kecil Seorang konsultan Jepang dari JETRO lebih blak-blakan. "Sukar sekali kalau dikatakan aksi-aksi buruh belakangan ini mempengaruhi niat investor asing untuk berusaha di sini. Lebih tepat kalau dikatakan yang mempengaruhi niat ini adalah akibat devaluasi, pasaran yang lemah dan inflasi," katanya pada Bachrun Suwatdi dari TEMPO. Tuntutan buruh? "Wajar sekali kalau buruh menuntut kenaikan upah antara 25-30%. Paling sedikit buruh harus mendapat kenaikan 20%," jawabnya. Kesimpulannya: aksi buruh belakangan ini dianggapnya faktor kecil dalam mempengaruhi iklim investasi. Gejolak perburuhan tampaknya juga tidak membuat jerih investor asing untuk memperluas investasinya. "Kami merencanakan untuk meningkatkan jumlah karyawan dari 4200 yang sekarang menjadi 6000 orang dalam 2 tahun mendatang," kata J. Larry Smart (31 tahun) Presdir PT airchild, suatu perusahaan perakitan alat elektronikasemi konduktor dari Amerika Serikat. Menurut Smart, aksi buruh tidak akan terjadi kalau ada menejemen yang baik. Perselisihan majikan dan buruh bisa dihindari dengan adanya keterbukaan dan saling pengertian. Resep Smart "Kita harus berusaha menjadi bapak yang baik, mendengarkan keluhan mereka. Kalau keluhan mereka tersalur, masak mereka akan ribut," tuturnya. Fairchild merupakan perusahaan semi konduktor nomor 3 terbesar di dunia. Ketika sebelum 1974 perusahaan ini memutuskan untuk menanam modal di Asia, ada 2 pilihan untuk lokasi pabrik perakitan: Hongkong atau Jakarta. Jakarta terpilih karena buruh Indonesia dianggap lebih tenang. Smart mengakui, bahwa aksi-aksi buruh berpengaruh pada iklim investasi. Namun situasi perburuhan di Indonesia dianggapnya terbaik di Asia Tenggara. Malah masih lebih baik dibanding Hongkong atau Jepang. "Buktinya sesudah Kenop 15 ini ada 3 perusahaan semi konduktor AS yang berniat menanamkan modal di sini," tutur Smart. Bahwa hubungan baik antara perusahaan dan buruh bisa mencegah sengketa perburuhan agaknya dianggap sistim preventip terbaik. "Banyak pengusaha yang bersikap kaku pada karyawannya. Jangankan berbicara, bertemu muka sekali setahun pun tidak pernah. Hal seperti ini tidak seharusnya dibiarkan," kata seorang direktur sebuah pabrik perakitan elektronika patungan Indonesia-Jepang. Di perusahaannya, sekali sebulan diadakan pertemuan besar antara buruh dan pimpinan. "Pimpinan tidak boleh memikirkan duit melulu. Faktor manusia yang ada di perusahaannya harus juga difikirkan," ujarnya. Sebagai bukti ia menunjukkan perusahaannya yang selama ini bebas dari sengketa buruh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus