Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Post-script Terhadap Unctad V

23 Juni 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BANYAK yang menarik perhatian masyarakat Indonesia mengenai sidang UNCTAD-V di Manila, walaupun sekarang sudah lalu dan seolah-olah lekas dilupakan. Oleh karena sidangnya diadakan di tempat yang dekat, maka banyak sekali perhatian di negeri kita. Oleh karena dekatnya maka cukup banyak wartawan Indonesia dapat dikirim. Laporan-laporannya baik dan banyak mendidik masyarakat pembaca yang berminat kepada persoalannya. Katanya, wartawan-wartawan Indonesia ini di Manila juga dilayani cukup baik oleh para pejabat anggota delegasi Indonesia. Setiap minggu ada pertemuan briefing. Timbul suatu pertanyaan: kalau delegasi (Pemerintah) Indonesia dapat bersifat mengajak dan terbuka kepada pers mengenai suatu masalah dunia mengapa tidak dapat dilakukan uluran dan pembinaan yang sama untuk mengcover masalah-masalah ekonomi dalam negeri? Pers yang mengerti dan gairah ternyata dapat memainkan peranan yang positif dalam pendidikan dan penerangan masyarakat. Mengenai kesudahannya sendiri, umum berpendapat hasilnya tidak seberapa. Seorang anggota delegasi mengatakan tiga tahun lalu, di Nairobi, hasilnya lebih nyata, yakni pendobrakan dalam hal Dana Bersama. Tapi, penilaian banyak tergantung dari sikap diplomasi juga. Ketua Konperensi, Menteri Carlos Romulo dari Pilipina, tidak mau menamakannya suatu kekalahan, namun juga bukan suatu kemenangan. Beliau tidak ingin melihat sidang UNCTAD ini sebagai suatu konfrontasi antara yang miskin dan yang kaya di dunia ini. "Kita harus menyadari UNCTAD bukanlah suatu pertemuan hanya satu kali saja (one shot affair). UNCTAD adalah suatu rangkaian pertemuan yang berjalan terus. Yang penting adalah kontinuitasnya, dan untuk memelihara suatu diskusi yang hidup dan saling memberi rangsangan. Hasil akhir UNCTAD adalah suatu akomodasi, bukan suatu kekalahan, ataupun suatu kemenangan," kata Romulo. Kalau kita membaca pernyataan dari delegasi Amerika Serikat maka yang ditekankan juga tercapainya beberapa resolusi yang memberi harapan, misalnya dalam bidang perdagangan internasional, komoditi, teknologi, bantuan kepada negara-negara yang paling terbelakang, dan sebagainya. Delegasi Amerika Serikat beranggapan hasil sidang UNCTAD V itu sungguh-sungguh (honest). Artinya, kalau pendapat negara industri kelompok-77 masih terlalu jauh perbedaannya, maka lebih baik hal demikian dinyatakan, daripada membuat resolusi yang tokh tidak dapat dijalankan. OPEC Menang Rupanya, tempat sidang di Manila, yakni di Asia (Tenggara) ada pengaruhnya: semangat kooperatif dan akomodatif dari Asia dalam dialog Utara-Selatan ini memang merupakan suatu kenyataan sehari-hari. Semangat Amerika Latin dan Afrika Hitam sering lebih radikal. Di UNCTAD, kelompok-77 mempunyai kelebihan suara. Oleh karena itu selalu ada kemungkinan untuk memaksa suatu resolusi dengan pemungutan suara. Tapi kalau negara-negara industri tidak mau menyetujui resolusi demikian maka pelaksanaannya juga tidak dapat dipaksa. Dalam hal demikian, apakah lebih baik tidak dibuat suatu resolusi dan mengajak negara-negara industri untuk melanjutkan pembicaraannya di sidang atau di forum yang berikutnya? Atau memaksa suatu resolusi di mana golongan negara berkembang menang suara, tapi tidak ada pelaksanaan, walaupun ada suatu "kemenangan moril" yang dapat dipakai untuk menekan negara industri dalam pertemuan selanjutnya? Sering negara-negara Afrika dan Amerika Latin mempunyai selera politik yang lain daripada negara-negara Asia. Delegasi Indonesia merasa bahwa dalam bidang komoditi telah tercapai kemajuan yang cukup berarti. Ini mungkin juga berkat ketrampilan diplomasi Saudara Alex Alatas yang memimpin negara-negara kelompok-77 di komisi ini lagipula pokok pembicaraan ini sudah dilicinkan di Jenewa. Isyu lain yang sebetulnya sangat penting, yakni perdagangan internasional dan proteksionisme, tidak dapat mendatangkan kemenangan bagi negara berkembang. Tuntutannya adalah untuk membuka kembali perundingan MTN Tokyo Round. Tapi negara industri sama sekali tidak mau melayani. Dapat dimengerti, oleh karena di antara mereka sendiri isyu ini sangat sulit dan peka. Mereka mau lekas-lekas meratifikasi apa yang baru saja telah disetujui di antara mereka sendiri. Ini berarti bahwa negara berkembang harus menerima saja segala peraturan permainan yang sudah ditetapkan dalam hasil Tokyo Round ini, dan merundingkan konsesi-konsesi secara bilateral. Sebetulnya, timing dari pembicaraan mengenai proteksi ini juga tidak baik. Harus menunggu keadaan dan waktu yang lebih baik. Persatuan barisan negara berkembang di Manila juga tidak terlalu kokoh. Tidak aneh karena negara berkembang ini beraneka ragam. Masalah minyak bumi di Manila hampir memecah barisan, karena negara-negara Amerika Latin merasa terpukul oleh kenaikan-kenaikan harga, sedangkan negara-negara OPEC tidak mau memasukkan persoalan ini dalam agenda di Manila. Akhir-akhirnya negara-negara OPEC "menang", tapi mereka harus sadar dan waspada, bahwa masalah harga minyak ini betul-betul menyusahkan banyak negara-negara teman yang lain, dan sesuatu sikap dan usul untuk menolong harus datang kelak. Negara-negara OPEC yang kaya harus membantu negara-negara berkembang yang mendapat kesulitan besar. Kalau tidak, persatuan ini tidak akan dapat langgeng. Siasat Kembar Setelah UNCTAD-V, bagaimana meneruskan perjuangannya? Masih banyak kesempatan. Tahun ini akan ada suatu konperensi internasional (PBB) besar mengenai teknologi dan pembangunan. Maka kemufakatan yang telah timbul di Manila, tapi yang masih memerlukan kebulatan, dapat diteruskan pembicaraannya. Prinsipnya suatu Code of Conduct untuk pengalihan teknologi sudah mendapat kemufakatan, tapi mengenai luas isinya dan apakah harus mengikat atau suka rela, ini masih belum disetujui bulat. Secara optimis mungkin kita dapat mengharapkan kebulatan ini merupakan soal waktu (yang mungkin masih memerlukan beberapa tahun). Dalam musim rontok tahun 1980 akan ada Sidang Khusus PBB untuk menentukan Siasat Pembangunan Dekade 1980. Sidang ini sangat penting, dan dapat dipandang sebagai medan perjuangan besar lagi untuk berusaha memperoleh kemajuan bagi tersusunnya Orde Ekonomi Dunia yang baru. Selain daripada sidang dan forum PBB, masih ada banyak pertemuan lain dalam rangka dialog Utara-Selatan, yang semua penting dalam rangka memelihara kesinambungan dialog itu. Kelompok-77 sebelum datang ke Manila, telah mempersiapkan siasat perjuangannya di Arusha, Tanzania. Mereka menelorkan Arusha Declaration. Perjuangannya bersiasat kembar: di satu fihak diusahakan negosiasi dengan negara industri untuk merebut berbagai konsesi, di lain fihak dipersiapkan usaha-usaha berdikari dalam semangat collective selfreliance. Setelah perundingan dengan negara-negara kelompok-B (industri) tidak menghasilkan banyak, maka siasat kedua, collective self-reliance, harus diamalkan. Konsep ini terdiri dari dua pl ogra kerja sama ekonomi, Economic Cooperation among Developing Countries (ECDC), dan kerja sama teknik, Technical Cooperation among Developing Countries (TCDC). Semuanya ini sebetulnya sudah ada permunculan-permunculannya secara spontan. Di kawasan ASEAN kita sudah mengamalkannya dalam batas-batas yang mungkin. Sidang di Manila juga mau memprakarsai suatu kerja-sama di bidang perdagangan antara negara berkembang, seperti di ASEAN dengan sistim preferensi dagang. Kesulitan masih banyak sekali, tapi banyak juga tergantung dari semangat dan kemauan politik. Apakah hasil-hasil UNCTAD-V ini vital bagi Indonesia? Dalam jangka pendek tidak, karena ekonomi Indonesia kebetulan kuat berkat minyak bumi dan komoditi-komoditi yang sedang mengalami konjungtur tinggi. Tapi dalam jangka panjang kepentingan Indonesia sungguh besar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus