Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Tantangan Mewujudkan Kiblat Harga CPO Dunia

Sejumlah pihak ragu akan harga referensi di Bursa CPO Indonesia bisa terbentuk pada kuartal I 2024.

20 Februari 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Instalasi pengisian CPO (crude palm oil) di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, 4 Agustus 2023. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pemerintah ingin menjadikan Indonesia sebagai kiblat harga CPO dunia seperti laiknya bursa Malaysia dan Rotterdam.

  • Bursa CPO Indonesia perlu terhubung dengan pasar multilateral.

  • Pengusaha sawit mewanti-wanti potensi munculnya biaya tambahan akibat transaksi di bursa CPO.

JAKARTA — Saat meluncurkan bursa minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) pada tahun lalu, pemerintah punya mimpi menjadikan Indonesia sebagai kiblat harga dunia seperti laiknya bursa Malaysia dan Rotterdam. Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) kala itu, Didid Noordiatmoko, optimistis harga referensi bisa terbentuk dalam waktu kurang dari setengah tahun.

"Kami berharap pada triwulan I 2024 sudah mampu mewujudkan harga referensi," tuturnya dalam acara peresmian Bursa CPO Indonesia pada 13 Oktober 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun kini, mendekati akhir triwulan I 2024, tidak sedikit yang ragu keinginan tersebut bisa terwujud. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi merupakan salah satunya. "Kalau melihat pengalaman bursa CPO lainnya, butuh waktu 10-15 tahun untuk menjadikan bursa kita sebagai rujukan," kata dia saat dihubungi Senin, 19 Februari 2024. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Status Indonesia sebagai produsen dan eksportir sawit terbesar di dunia tidak serta-merta menjamin pembentukan harga referensi. Dia mencontohkan harga batu bara yang masih berkiblat pada bursa di Australia. Padahal volume ekspor batu bara Indonesia lebih tinggi daripada Australia. Merujuk pada data Kpler, pada 2023 pangsa pasar ekspor batu bara Indonesia mencapai 50,2 persen. Sedangkan Australia hanya 19,4 persen. 

Terhubung dengan Pasar Multilateral

Penyimpanan crude palm oil (CPO) di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, 4 Agustus 2022. TEMPO/Tony Hartawan

Ibrahim menuturkan pembentukan harga di pasar perdagangan fisik sangat bergantung pada besarnya transaksi di Bursa. Artinya, semakin banyak perusahaan yang bergabung, semakin kuat posisi Bursa CPO Indonesia. Dia berujar Bursa CPO Indonesia yang saat ini masih diisi oleh pemain domestik butuh perdagangan multilateral. "Misalnya tersambung dengan pasar di Amerika atau Eropa."   

Sayangnya, praktik tersebut sulit dilakukan mengingat skema lelang masih mendominasi pasar CPO domestik dengan pengelolanya adalah PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN). Adapun Bursa CPO Indonesia, menurut dia, lebih berfungsi sebagai sarana pendataan ekspor. Layanan perdagangan fisik lewat Bursa membantu pemerintah melacak volume ekspor dan mengurangi potensi ekspor ilegal. 

Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede berpendapat bahwa pemerintah masih punya banyak pekerjaan rumah untuk menjadikan Indonesia sebagai rujukan perdagangan dunia. Sama seperti Ibrahim, Josua menilai perlu ada peningkatan partisipasi perusahaan di Bursa CPO Indonesia. Merujuk pada data Bappebti, pada 2023 terdapat 34 perusahaan yang terdaftar sebagai anggota Bursa CPO Indonesia. 

Menurut dia, kunci sukses Bursa adalah meningkatkan sosialisasi dan edukasi. Di samping itu, optimalisasi peran Bursa juga butuh dukungan infrastruktur. "Pemerintah dapat memperluas cakupan pelabuhan transaksi untuk meningkatkan efisiensi bursa," katanya. Merujuk pada data Bursa Komoditi & Derivatif Indonesia (ICDX), sudah ada 19 pelabuhan yang menjadi tempat transaksi CPO.

Jika Bursa berjalan optimal, Josua menambahkan, kehadirannya bisa membantu menciptakan transparansi harga bagi petani. Petani bisa mengetahui harga tandan buah segar (TBS) dan menikmati harga yang lebih adil. Namun bukan berarti dengan demikian fluktuasi harga bisa hilang. "Harga CPO ditentukan oleh berbagai faktor yang tidak dapat diatur Bursa, seperti permintaan global, kondisi ekonomi global, serta regulasi di negara tujuan ekspor," katanya. 

Petani Belum Merasakan Manfaat Bursa CPO

Ketua Umum Serikat Petani Kelapa Sawit Sabarudin mengklaim kehadiran Bursa CPO belum banyak berpengaruh terhadap harga jual TBS petani. Pasalnya, belum ada kebijakan yang bisa mensinkronkan pasokan TBS petani hingga menjadi CPO yang diperdagangkan di Bursa. "Apalagi kami yang beranggotakan petani swadaya sawit," ujarnya. 

Dia berharap Bursa CPO Indonesia yang dikelola oleh ICDX bisa bersinergi dengan KPBN untuk membuat pasar menjadi lebih likuid dan kompetitif. "Jika diperkuat transaksi yang terjadi di KPBN, keberadaan Bursa CPO Indonesia dapat membantu kelancaran perdagangan CPO asal Indonesia."

Sabarudin mencatat harga jual di bursa CPO dalam negeri bisa merespons keberadaan TBS lebih cepat daripada bursa di luar negeri. "Kalau panen TBS sedang susah, harga CPO dapat naik. Sedangkan kalau panen raya, harga TBS akan menyesuaikan," ujarnya. Dia pun mengharapkan Bursa CPO bisa semakin lihai mengatur jumlah pasokan dan penjualan tiap harinya sehingga harga jual CPO dapat mendorong kesejahteraan petani. 

Potensi Munculnya Biaya Tambahan

Pekerja melakukan pengisian CPO (crude palm oil) untuk truk tangki di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, 4 Agustus 2022. TEMPO/Tony Hartawan

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) Eddy Martono mengatakan pada 2024 sudah ada 40 perusahaan yang terdaftar sebagai anggota Bursa CPO Indonesia. Menurut dia, salah satu catatan pengusaha buat perdagangan fisik melalui bursa adalah munculnya biaya tambahan. "Selama ini, perdagangan fisik anggota Gapki sifatnya business to business. Dengan perdagangan via bursa, pasti akan ada biaya tambahan," ujarnya.

Situasi ini, ucap dia, perlu dicarikan solusinya supaya bisa menarik lebih banyak partisipasi pengusaha. Cara lain untuk menarik perhatian pengusaha adalah menciptakan transaksi perdagangan nonfisik di bursa. "Karena ini bisa digunakan untuk melakukan hedging (lindung nilai)," dia menuturkan.

Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Pasar Bappebti Tirta Karma Senjaya mengatakan pihaknya bakal mengevaluasi pelaksanaan Bursa CPO Indonesia supaya bisa menciptakan harga referensi. "Paling tidak di akhir Februari ini kami sudah bisa menentukan langkah-langkah apa yang harus dilakukan," katanya di sela acara Indonesia Crypto Outlook 2024 pada 31 Januari lalu. 

Dengan pembentukan harga referensi ini, pemerintah berharap tak lagi mengacu pada harga bursa CPO di Malaysia maupun Rotterdam lagi. Selain itu, harga Bursa CPO Indonesia bisa dijadikan acuan untuk membuat berbagai kebijakan, seperti penghitungan harga patokan ekspor. 

VINDRY FLORENTIN | ANTARA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus