BAGI Bank Tabungan Negara (BTN), 1 April depan akan menjadi titik tolak penting dalam menentukan langkah-langkah sepanjang Pelita V. Kalau tak pandai-pandai mengatur siasat, BTN bisa keblinger menyalurkan KPR untuk 450 ribu unit rumah sederhana. Ini jauh meningkat ketimbang target Pelita IV, yang 300 ribu unit. Tampaknya, langkah penyesuaian yang diambil BTN sudah masuk jalur yang benar. Mula-mula, menggebrak tunggakan debitur, diikuti komputerisasi, lalu peluncuran beberapa produk tabungan baru, dan mulai Oktober 1989, BTN menjadi bank umum. BTN pun mendapat izin dari BI untuk menerima jasa giro serta boleh ikut dalam kliring. Sesudah berbagai produk tambahan itu tiba giliran Pemerintah untuk berlaku adil. Nah, kalau BTN sebagai bank umum tetap bisa menyalurkan KPR rumah sederhana, mestinya bank-bank swasta pun memperoleh kesempatan yang sama. Maka, mulai awal tahun ini, Bank Dagang Bali (BDB), yang berpusat di Denpasar, memperoleh kepercayaan BI dan BTN untuk menyalurkan KPR yang sama sebesar Rp 10 milyar. Polanya begini. BTN meramu pelbagai sumber dana (BI, Bank Dunia, Pemerintah, dan dana masyarakat), lalu disalurkan ke BDB. Pola ini, menurut Menpera Siswono Yudohusodo dan Dirut BTN Mahfud Jakile, akan diterapkan di lima bank swasta lainnya (antara lain Sejahtera Bank Umum, Bank Summa) dan empat Bank Pembangunan Daerah (BPD DKI, Ja-Bar, Ja-Teng, dan Kal-Bar). "Yang memilih adalah Tim 15, yang diketuai oleh Dirjen Moneter, dan anggotanya dari Kantor Menpera, bank-bank, dan BI," ungkap Jakile, ketika ditemui TEMPO di Pulau Batam, pekan lalu. Kriteria penentuannya adalah: kesehatan bank dan kemampuannya menyalurkan KIK dan KMKP. BDB milik I Gusti Made Oka, misalnya, tercatat sebagai bank yang lancar menyalurkan KIK/KMKP, dan tak terbelit tunggakan debitur. Selain pola BDB tadi, ada kemungkinan Pemerintah akan menyalurkan KPR untuk rumah sederhana langsung kepada 10 bank-bank swasta. Kesepuluh bank itu adalah BCA, Panin Bank, BII, Bank Duta, Bank Niaga, serta lima BPD (Sum-Bar, Ja-Teng, Ja-Tim, Sul-Ut, dan NTB). Tapi Senin pekan ini, Jakile menjelaskan bahwa pola itu masih dibahas lagi oleh BI. Orang kedua di Bank Duta, Dicky Iskandar Di Nata, menanggapi penyaluran KPR lewat banknya dengan bersemangat. Bank Duta, yang pernah aktif memberikan kredit konstruksi kepada developer rekanan BTN, merasa lebih plong kalau ikut terjun langsung di KPR rumah sederhana. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh bos Bank Internasional Indonesia, Indra Widjaja. Kendati belum tahu berapa milyar dana KPR yang bakal disalurkan lewat BII, Indra yakin pasti ada keuntungan yang bakal dipetik dari situ. "Kita akan mampu menjual melalui 40 cabang yang kita miliki," tandasnya. Bagi BTN sendiri, jaringan bank-bank swasta itu amat penting untuk mempercepat penyaluran KPR. Tak terbayangkan, berapa milyar dana yang mesti disediakan BTN, kalau setiap kali mesti membuka cabang baru. Sambutan yang positif juga terbit dari kalangan developer. Enggartiasto Lukita, salah satu ketua di Real Estate Indonesia, berkomentar pendek. "BTN semakin realistis dan tanggap terhadap daya jangkau masyarakat dalam pemilikan rumah," katanya. Maklum, belakangan, memang banyak konsumen rumah sederhana yang mengeluh, karena besarnya uang muka yang harus mereka keluarkan. Januari lalu di Yogyakarta, Siswono dan Jakile mengumumkan, cukup dengan uang muka 10%, konsumen bisa membeli rumah sederhana lewat KPR BTN. Dan yang lebih penting, bunga 12% untuk T-21 ke bawah, tetap dipertahankan. Dan mulai 1 April ini, debitur baru BTN, untuk dua tahun pertama, boleh mengangsur 75% uang cicilannya. Inilah yang disebut angsuran berjenjang itu. "Kita beri kesempatan, supaya bikin pagar rumah," tambah Jakile. Bachtiar Abdullah dan Yopie Hidayat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini