Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Manggi Habir
Oktober adalah saat bagi pelaku usaha untuk merancang rencana bisnis tahun berikutnya. Dan kali ini, latihan akan jauh lebih sulit dibanding tahun-tahun sebelumnya. Tren indikator ekonomi untuk memperkirakan pendapatan usaha tak mudah ditebak akibat pergerakannya yang tak menentu, khususnya nilai rupiah. Mata uang kita sudah melemah hampir 10 persen ke tingkat Rp 14.700 per dolar Amerika Serikat, sebelum merangkak kembali ke level Rp 13.500 akhir pekan lalu. Menguatnya rupiah terjadi bersamaan dengan pengumuman paket ekonomi keempat yang sudah lama ditunggu.
Paket keempat yang terbit pekan lalu adalah bagian dari serangkaian kebijakan untuk merangsang investasi, membawa kembali dana hasil ekspor agar mendukung nilai rupiah, dan memulihkan lesunya ekonomi. Dua paket pertama ditujukan untuk menyederhanakan proses perizinan dan persetujuan pemerintah, dengan memangkas secara drastis tahapan dan waktu mendapatkan keputusan.
Lalu paket ketiga mengandung insentif pajak bagi eksportir untuk membawa pulang dana hasil ekspor mereka, yang selama ini sering diparkir di luar. Ini dimaksudkan agar persediaan mata uang asing di dalam negeri meningkat, sehingga mengurangi tekanan terhadap rupiah. Pemerintah juga mengumumkan penurunan harga berbagai sumber energi, seperti listrik, gas, dan solar, bagi pelaku usaha dan segmen masyarakat berpenghasilan rendah agar ekonomi dapat pulih kembali.
Melalui paket keempat, pemerintah hendak mengendalikan kenaikan upah minimum sesuai dengan formula yang terkait dengan inflasi. Jumlah dan cakupan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) juga ditambah, dengan memasukkan tenaga kerja Indonesia di luar negeri ke daftar calon penerimanya. Pelaku pasar yang sudah lama menunggu menyambut positif rangkaian kebijakan ini. Rupiah menguat, indeks harga saham gabungan pun meningkat.
Tapi perlu dicatat bahwa, pekan lalu, dolar Amerika memang melemah terhadap kebanyakan mata uang lain, akibat data ekonomi Amerika yang kurang baik, sehingga ada kemungkinan kenaikan suku bunga Amerika akan tertunda. Kita juga masih harus menunggu empat paket kebijakan itu diimplementasikan secara konsisten, sehingga dampak positifnya akan perlu waktu.
Ketidakpastian tentang kapan Federal Reserve Amerika menaikkan suku bunga tetap mengganggu. Demikian pula halnya dengan kemungkinan reaksi dana asing di pasar negara berkembang, bila nantinya bunga The Fed jadi dinaikkan. Apakah mereka akan bertahan atau secara tiba-tiba dapat hengkang lagi?
Masalah lain berkaitan dengan tingkat perlambatan ekonomi Cina, yang selama ini menjadi tujuan ekspor utama Indonesia. Jika kondisi mereka terus melemah, rupiah pun akan terkena imbasnya, sehingga timbul kemungkinan perlunya suku bunga dinaikkan. Dan itu akan mengganggu pertumbuhan kita.
Pernyataan berbagai pihak di pemerintah yang tak konsisten juga menambah persoalan. Maju-mundur keputusan mengenai proyek kereta cepat, misalnya, sangat membingungkan pasar.
Inilah sebabnya mengapa dampak dari paket stimulus kita akan bergantung pada berbagai faktor. Ada yang di luar kendali kita, seperti kapan The Fed menaikkan suku bunga Amerika dan tingkat perlambatan ekonomi Cina. Tapi ada juga yang di bawah kendali pemerintah, yakni konsistensi pelaksanaan paket kebijakan tersebut. Ini yang perlu mendapat perhatian. Jangan sampai memperburuk kredibilitas, yang saat ini sangat dibutuhkan.
Kontributor Tempo
KURS
Rp per US$
Pekan lalu 13.412
13.418
Penutupan 15 Oktober 2015
IHSG
Pekan lalu 4.589
4.507
Penutupan 15 Oktober 2015
INFLASI
Bulan sebelumnya 7,18%
6,83%
Sept. 2015 YoY
BI RATE
Pekan sebelumnya 7,5%
7,5%
CADANGAN DEVISA
31 Agustus 2015 US$105,4 bn
US$ billion 101,7
30 Sept, 2015
PERTUMBUHAN PDB
2014 5,0%
5,1%
Target Pemerintah 2015
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo