Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana Tugas Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan diskon tarif listrik pada Januari 2025 menjadi penyumbang utama deflasi bulan tersebut. BPS mencatat perekonomian Indonesia mengalami deflasi hingga 0,76 persen secara bulanan atau month-to-month dari Desember 2024 ke Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Amalia menilai diskon tarif listrik 50 persen untuk pengguna dengan daya 2.200 volt ampere (VA) ke bawah berperan besar dalam menghasilkan deflasi. "Deflasi ini terjadi akibat adanya diskon 50 persen pada Januari 2025. Kami sampaikan diskon itu dicatat dalam perhitungan inflasi jika kualitas barang atau jasa sama dengan kondisi normal," kata Amalia dalam konferensi pers di Kantor BPS, Jakarta pada Senin, 3 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tarif listrik itu, kata Amalia, masuk dalam penghitungan inflasi mengikuti panduan indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index. Menurut Amalia, tarif komoditas listrik dihitung berkontribusi terhadap deflasi atau inflasi oleh seluruh kantor statistik di dunia.
Pada Januari 2025, Amalia menyampaikan tarif listrik di Indonesia mengalami deflasi hingga 32,03 persen. Jumlah tersebut memiliki andil 1,47 persen terhadap deflasi keseluruhan.
Adapun deflasi 0,76 persen dihitung dari penurunan harga pada Januari 2025 dari Desember 2024. "Terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen dari 106,80 pada Desember 2024 menjadi 105,99 pada Januari 2025," kata Amalia.
Sementara itu, Amalia menyampaikan Indonesia mengalami inflasi jika penghitungan dilakukan secara tahunan atau year-on-year. Jika dibandingkan dengan Januari 2024, kata Amalia, perekonomian Indonesia mengalami inflasi sebesar 0,76 persen.
Lebih jauh, Amalia berujar deflasi pada Januari 2025 ini merupakan yang pertama kali sejak beberapa bulan terakhir. "Deflasi bulanan pada Januari 2025 ini merupakan deflasi pertama setelah terakhir kali terjadi di September 2024," ucap dia.
Deflasi bulanan pada Januari 2025 ini, menurut dia, didorong oleh komoditas dengan komponen harga diatur pemerintah. Kelompok komponen tersebut mengalami deflasi hingga 7,38 persen dengan andil deflasi sebesar 1,44 persen. Komoditas yang memberi dorongan besar di antaranya tarif listrik, tarif angkutan udara, dan tarif kereta api.
Sementara itu, komoditas dari komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,3 persen dengan andil inflasi keseluruhan 0,2 persen. Komoditas yang dominan dalam komponen tersebut termasuk minyak goreng, emas perhiasan, biaya sewa rumah, kopi bubuk, mobil, hingga sepeda motor.
Sedangkan komoditas dari komponen harga bergejolak mengalami inflasi 2,95 persen dengan andil inflasi 0,48 persen. "Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi pada komponen harga bergejolak adalah cabai merah, cabai rawit, dan daging ayam ras," ucap Amalia.