Perusahaan cerutu tertua di Indonesia, Taru Martani, menurut pemeriksaan Badan Pengawas Ke-uangan dan Pembangunan (BPKP), tahun lalu menumpuk kerugian ratusan juta rupiah. Rinciannya, Rp 795,3 dari piutang tak tertagih, dan klaim ganti rugi sebesar Rp 868,6 juta. Namun, perusahaan daerah Yogyakarta itu malah menyebutkan bahwa tahun lalu Taru Martani membukukan keuntungan Rp 725 juta. Lo, mana yang benar?
Maka, pertengahan November lalu Taru Martani harus menjelaskannya kepada Komisi C DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta. Laporan audit BPKP jelas mengatakan bahwa laporan keuangan perusahaan cerutu yang didirikan sejak 1918 itu tidak disajikan secara wajar.
Menurut C. Soetrisno, Direktur Utama Taru Martani, kerugian ataupun klaim yang disebut BPKP berasal dari American Western Cigar Company (AWCC). Perusahaan Amerika itu menilai kualitas cerutu yang dikirim dari Yogya pada April 2000 tidak memenuhi standar. Karena AWCC tidak dapat menjualnya, ia tidak mau membayar ke Taru Martani. Malah, AWCC juga menuntut ganti rugi sebesar US$ 90.534,4 atau Rp 868,6 juta.
Untuk menyelesaikan masalah itu, 7 Maret lalu AWCC dan Taru Martani berunding. Akhirnya Taru Martani setuju membayar klaim ganti rugi. Namun, kerugian itu belum dilaporkan dalam laporan buku tahun 2000, yang diaudit BPKP. "Sebab, persetujuan ganti rugi baru ditandatangani 7 Maret 2001," kilah Soetrisno.
Karena itu, laporan buku tahun 2000 memang masih menyebutkan Taru Martani untung Rp 725 juta. Alhasil, cukup berat bagi Taru Martani untuk mengakhiri tahun ini dengan keuntungan di kantong. Bisnis cerutu yang ditekuni Taru Martani selama puluhan tahun tampaknya bukan bisnis yang "wah" seperti industri rokok, yang untuk biaya promosi saja bisa miliaran rupiah. Tahun lalu, menurut Kepala Pemasaran Taru Martani, Johanes M. Kedang, Taru Martani memproduksi 10 juta batang cerutu. Dari jumlah tersebut, 70 persen diekspor ke Amerika Serikat, Belanda, dan Eropa Timur, sementara yang 30 persen untuk konsumsi lokal. Dan, begitulah, untungnya?belum memperhitungkan klaim ganti rugi?baru berkisar sampai ratusan juta rupiah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini