Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Harga Tiket Naik, Daya Beli Turun: Jumlah Penumpang Pesawat Anjlok

Jumlah penumpang pesawat domestik dan mancanegara turun. Kenaikan harga tiket dan pelemahan daya beli menjadi penyebabnya.

27 November 2024 | 12.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pada September 2024, jumlah penumpang pesawat domestik turun 2,69 persen dibanding pada Agustus 2024. 

  • BPS mencatat penurunan jumlah penumpang pesawat berkaitan dengan kenaikan harga tiket pesawat.

  • Potongan pajak bandara dan diskon dari maskapai hanya sementara, sehingga efeknya pun sementara.

MESKI pemerintah sudah membentuk satuan tugas khusus, permasalahan harga tiket pesawat masih terjadi hingga menurunkan jumlah penumpang pesawat. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada September 2024, jumlah penumpang angkutan udara domestik sebanyak 5,4 juta orang atau turun 2,69 persen dibanding pada Agustus 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jumlah penumpang tujuan luar negeri juga turun 4,13 persen menjadi 1,7 juta orang pada September 2024. Serupa dengan jumlah penumpang, jumlah barang yang diangkut menggunakan angkutan udara domestik anjlok 5,96 persen menjadi 53,6 ribu ton.

Namun, jika dilihat secara tahunan, total penumpang pesawat meningkat. Sepanjang Januari hingga September 2024, penumpang pesawat domestik sebanyak 47,5 juta orang atau naik 2,2 persen dibanding pada periode yang sama tahun lalu. Jumlah penumpang pesawat internasional juga meningkat 23 persen menjadi 14 juta orang. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tapi capaian tersebut masih di bawah jumlah penumpang sebelum masa pandemi Covid-19 pada 2019. Jumlah penumpang pesawat domestik pada 2019 menembus 79,46 juta. Sedangkan jumlah penumpang pesawat internasional sebesar 37,29 juta.

Pelaksana tugas Kepala BPS, Amalia A. Widyasanti, mengungkapkan penurunan jumlah penumpang terjadi secara signifikan di beberapa bandar udara. Antara lain Bandara Ngurah Rai Denpasar sebanyak 6,02 persen, Bandara Hasanuddin Makassar 1,98 persen, dan Bandara Soekarno-Hatta Tangerang 1,76 persen. 

Penurunan jumlah penumpang penerbangan domestik di Bandara Soekarno-Hatta menjadi yang terbesar, yaitu sebanyak 1,6 juta orang atau 29,79 persen dari total penumpang domestik. Di posisi kedua adalah Bandara Juanda Surabaya dengan penurunan jumlah penumpang sebanyak 435.600 orang atau 8,04 persen dari total penumpang domestik. 

Menurut Amalia, penurunan jumlah penumpang angkutan udara berkaitan dengan tingginya harga tiket pesawat belakangan ini. “Jumlah penumpang angkutan udara turun secara bulanan karena adanya peningkatan harga tiket pesawat serta low season,” katanya pada 1 November 2024. 

Kenaikan harga tiket pesawat menjadi sorotan sejumlah kementerian. Menteri Koordinator Infrastruktur Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono melakukan rapat koordinasi untuk menurunkan harga tiket pesawat agar jumlah penumpang bisa bertambah. 

Agus menargetkan penurunan harga tiket hingga 10 persen pada Natal dan tahun baru. Ia menyatakan telah berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan, Kementerian Keuangan, Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, serta Kementerian Pariwisata. Dia berpandangan bahwa pengaturan harga tiket pesawat perlu segera dilakukan mengingat perayaan Natal dan tahun baru sudah dekat. 

Agus berharap harga tiket pesawat yang terjangkau dapat mengundang banyak wisatawan lokal hingga luar negeri. Dengan demikian, perekonomian Indonesia juga bisa terdongkrak. "Kami ingin menurunkan harga tiket yang diharapkan bisa makin baik buat masyarakat dan tentunya akan memutar perekonomian, terutama di sektor pariwisata," ujar Agus saat ditemui di Menteng, Jakarta Pusat, Jumat, 15 November 2024.

Selama masa libur Natal dan tahun baru, pemerintah juga memberikan potongan pajak bandara sebesar 50 persen. Adapun Kementerian Perhubungan memprediksi jumlah penumpang pada periode Natal dan tahun baru 2025 bakal mencapai 3,91 juta orang untuk penerbangan domestik serta 864 ribu untuk penerbangan mancanegara. Angkanya naik 4 persen dibanding pada tahun lalu. "Prediksi jumlah penumpang pada Natal dan tahun baru 2025 ini telah mendekati Nataru 2019," ucap pelaksana tugas Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Lukman F. Laisa, Selasa, 26 November 2024. 

Lukman optimistis langkah-langkah yang dilakukan pemerintah akan mendongkrak jumlah penumpang pesawat dengan recovery rate sebesar 79 persen untuk penerbangan domestik dan 94 persen untuk internasional. Ia memastikan kapasitas angkutan udara pada masa perayaan Natal dan tahun baru 2025 telah terpenuhi melalui kapasitas reguler dengan total 417 pesawat.

Adapun Kementerian Perhubungan memprediksi puncak arus mudik atau liburan dimulai pada 21 Desember 2024 dengan proyeksi jumlah penumpang sebanyak 297.129 orang, dengan rincian 240.413 penumpang domestik dan 56.716 penumpang internasional. Lalu pada 28 Desember 2024 sebanyak 260.196 penumpang, dengan rincian 202.873 penumpang domestik dan 57.323 penumpang internasional.

Sedangkan untuk puncak arus balik, Kementerian Perhubungan memperkirakan terjadi pada 3 Januari 2025. Proyeksi jumlah penumpang pesawat pada tanggal ini mencapai 259.816 orang, dengan 202.820 penumpang domestik dan 56.996 penumpang internasional. 

Sejumlah maskapai juga berupaya menawarkan harga khusus untuk menarik minat masyarakat menggunakan angkutan udara. Salah satunya dilakukan oleh Garuda Indonesia. Maskapai pelat merah itu menghadirkan sedikitnya 500 ribu kursi penerbangan dengan harga khusus untuk periode perjalanan hingga akhir 2025.

Penumpang berjalan menuju pesawat di Bandara Internasional Juanda, Surabaya, Jawa Timur, 3 November 2024. ANTARA/Indrianto Eko Suwarso

Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani berujar, saat ini perusahaannya terus berkoordinasi dengan beberapa pemangku kepentingan untuk meningkatkan jumlah penumpang tahun ini. "Kami berharap berbagai inisiatif ini nantinya dapat makin menambah pilihan bagi masyarakat dalam melakukan perjalanan selama periode Natal dan tahun baru,” kata Wamildan dalam keterangan resminya pada Kamis, 21 November 2024.

Garuda Indonesia menggandeng Bank Mandiri menggelar Garuda Indonesia Travel Festival 2024 pada 29 November hingga 1 Desember 2024 di Istora Senayan, Jakarta. Sejumlah penawaran tiket dengan harga khusus tersedia untuk penerbangan yang dilayani oleh beberapa airline partner, seperti KLM, Air France, ITA Airways, Qatar Airways, Qantas, dan Bangkok Airways. 

Sekretaris Jenderal Indonesia National Air Carriers Association Bayu Sutanto menilai penurunan jumlah penumpang pada September 2024 memang dipengaruhi oleh harga tiket yang tinggi dan low season. Tapi ia memperkirakan pada akhir tahun ini kondisi justru akan berbalik. 

Bayu menuturkan segmen angkutan udara umumnya merupakan kalangan menengah hingga menengah atas. "Segmen ini kurang sensitif terhadap perubahan harga tiket, terutama selama peak season seperti liburan," tutur Bayu kepada Tempo, Selasa, 26 November 2024. 

Selain itu, mayoritas penumpang pada masa liburan telah membeli tiket jauh hari sebelumnya karena sudah direncanakan. Bayu membeberkan saat ini ada enam bandara yang memiliki permintaan stabil pada masa libur Natal dan tahun baru, yaitu Soekarno-Hatta Tangerang, Ngurah Rai Bali, Kualanamu Medan, Hasanuddin Makassar, Juanda Surabaya, dan Yogyakarta International Airport. 

Analis independen bisnis penerbangan, Gatot Rahardjo, juga berpandangan harga tiket pesawat yang mahal menjadi salah satu penyebab menurunnya jumlah angkutan udara saat ini. Buktinya, kata dia, diskon atau promo tiket secara signifikan meningkatkan minat masyarakat untuk membeli tiket dan melakukan perjalanan. "Hal ini menunjukkan sensitivitas masyarakat terhadap harga," ujarnya.

Gatot berujar, penumpang maskapai yang menawarkan tarif rendah atau low-cost carrier sangat sensitif terhadap kenaikan harga tiket. Sedangkan maskapai medium dan full service hampir tidak terpengaruh karena sebagian besar merupakan pelaku bisnis atau kelompok ekonomi atas. Karena itu, ia menilai kebijakan pemerintah akan sangat berperan dalam meningkatkan jumlah penumpang pesawat.

Di sisi lain, pengamat penerbangan dari CommunicAvia, Gerry Soejatman, menilai ketidakpastian ekonomi, seperti penurunan daya beli, mempengaruhi perjalanan non-esensial, seperti liburan atau wisata. Terlebih, pada tahun-tahun sebelumnya, kebijakan yang sama dari pemerintah tidak banyak mempengaruhi jumlah penumpang. Karena itu, ia memperkirakan jumlah penumpang pesawat pada akhir tahun ini masih melandai.

Untuk menurunkan harga tiket, Gerry menyebutkan, pemerintah tidak bisa hanya memberikan potongan pajak. Ia menekankan pemerintah perlu berupaya menurunkan nilai tukar dolar terhadap rupiah karena banyak biaya operasional maskapai, seperti sewa pesawat dan pembelian suku cadang, dibayar dalam dolar. Dia juga menyarankan pemerintah merevisi aturan tarif batas atas agar maskapai mendapat insentif ekonomi untuk menambah kapasitas penerbangan.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Daniel A. Fajri berkontribusi dalam penulisan artikel ini 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus